Selepas Ashar, mereka sudah sibuk di taman. Bi Entin, Mang Jajang, Kusno dan Asep juga mereka ajak bergabung bersama.
Tadi Sisi membeli Ikan Bawal, gurame dan Nila, Seekor ayam dan tak lupa jagung manis dari pasar.
Mang Jajang juga meminta Bi Entin untuk membuat gorengan dan memasak nasi. Malam ini mereka akan makan-makan sampai kenyang.
Menjelang maghrib, mereka masuk ke kamar masing-masing dulu untuk shalat. Setelah isya barulah mereka kembali ke Taman. Ternyata sebagian ayam dan jagung sudah dibakar Mang Jajang. Alasannya biar mereka tak menunggu lama dan akhirnya kelaparan. Bergantian mereka membakar, ikan ayam dan jagung. Edo juga memutar lagu-lagu dari ponselnya. Suasana begitu ceria, canda tawa sesekali terdengar diantara mereka.
Mimi asyik memakan jagung bakar yang baru saja Edo berikan padanya. Tak lama Bi Entin datang membawa bandrek, yang langsung diserbu oleh mereka. Minum bandrek di cuaca dingin seperti ini memang pas.
Setelah puas makan, mereka berkumpul di gazebo. Mang Jajang dan keluarga sudah kembali ke rumah.
"Belum pada ngantuk kan?" tanya Edo.
"Belum," jawab yang lain serempak.
"Kita main game yuk!" ajak Edo.
"Game apa?" tanya Sisi.
"Game ceritakan tentang kamu," jawab Edo.
"Teknisnya gimana?" kali ini Irfan yang bertanya.
"Jadi gini, nanti kita undi, siapa yang kena dia harus cerita tentang dirinya, jeleknya, baiknya dan tentu aja harus jawab pertanyaan yang ditanyakan ke dia. Ngga boleh skip, ngga boleh bohong, harus jujur," jelas Edo.
"Oke siapa takut," kata Sisi. Yang disetujui juga oleh yang lain.
Edo mengambil botol minuman kosong. Mereka duduk melingkar.
"Gue putar botol ini, bagian atasnya botol mengarah kemana, dia yang harus mulai bercerita. Setelah itu, yang bercerita, tunjuk aja siapa berikutnya. Gimana?"
Mereka setuju, dan Edo mulai memutar botolnya. Dan ternyata botol mengarah pada Sisi.
Mereka langsung tertawa, dan siap menyerang Sisi dengan Pertanyaan-pertanyaan. Namun sebelum itu, Sisi harus bercerita dulu tentang dirinya.
"Gue Sisi, umur 19 menjelang 20. Anak pertama dari 3 bersaudara. Kata orang gue orangnya ndablek, susah dikasih tahu. Padahall sebenarnya ngga, asal yang ngasih tahu gue itu pakai cara yang tepat untuk gue. Gue paling ngga suka sama orang yang kepo. Gue juga setia, kalau suka sama cowok pasti tahan lama," kata Sisi sambil tersenyum kecil diikuti sorakan yang lain. "Apalagi ya? Udahlah, kalian aja yang nanya gue," kata Sisi.
"Gue mau nanya ya?" kata Edo sambil mengacungkan tangan, "lo masih suka sama Alan? soalnya sekarang gue lihat lo jarang ngomongin dia lagi. Atau udah nyerah?"
"Gue masih suka kok sama Alan. Tadi kan gue udah bilang, kalau gue setia. Cuma atas nasehat seseorang, gue disuruh rehat sejenak. Biar Alan istirahat dulu, supaya dia ngga gumoh gara-gara perhatian dari gue udah over dosis," jawab Sisi sambil tertawa.
"Gue lah nanya," kata Irfan. "Hal paling konyol yang ngga sengaja pernah lo lakukan apa?"
Sisi sempat berfikir keras. "Ooo waktu SMP, gue baru pindah rumah. Kan namanya komplek perumahan baru, rumahnya masih bangunan asli, belum pada renovasi seperti sekarang. Nah, pulang sekolah gue masuk rumah. Karena lapar, gue langsung makan yang ada di meja makan. Setelah selesai makan, gue mau masuk kamar, gue baru sadar kalau gue salah masuk rumah orang," kata Sisi sambil tertawa mengingat kejadian itu.
"Trus habis itu gimana?" tanya Irfan dengan ekspresi geli.
"Gue ngga tahu banget ya, soalnya gue langsung kabur karena malu. Tapi katanya nyokap akhirnya ngirim makanan ke tetangga buat gantiin lauknya yang gue habiskan." jawab Sisi. "Udah kan, ngga ada lagi?" tanya Sisi.
Karena tak ada yang menjawab akhirnya Sisi langsung menunjuk Irfan untuk bercerita.
"Gue Irfan, umur 20 tahun. Anak kedua dari tiga bersaudara. Suka photography. Gue orangnya transparan banget. Artinya, apapun yang terjadi sama hati gue, langsung terlihat diwajah gue. Gue paling ngga bisa ngumpetin perasaan gue. Suka ya bilang suka, ngga ya ngga. Tapi gue setia kawan, dan ngga suka keributan. Lainnya, kalian tanya aja," kata Irfan..
"Pernah patah hati ngga?" tanya Sisi to the point.
Irfan menggaruk-garuk kepalanya, sementara yang lain langsung tersenyum mendengar pertanyaan Sisi.
"Jujur ya, bukan sombong. Tapi gue belum pernah patah hati. Kayaknya tiap gue deketin seseorang pasti sukses deh. Putus, gue yang mutusin, ngga pernah diputusin," kata Irfan dengan senyum tengilnya. "Eeeh, tapi kayaknya gue otw patah hati sih?" sambungmya lagi.
"Haaahh?" yang lain langsung tampak antusias mendengar pengakuan Irfan.
"Serius lo otw patah hati? jadi maksudnya lo lagi suka sama orang, tapi dianya ngga?" tanya Edo takjub. Maklum, selama ini diantara mereka bertiga, Irfan lah yang paling sering gonta ganti pacar. "Ah gila kalau benar, gue bakal ngasih hadiah buat orang yang bikin lo patah hati. Dia hebat!" kata Edo sambil tertawa senang. Sementara Irfan tersenyum kecut.
"Udah, sekarang gue tunjuk Mimi buat cerita," kata Irfan.
Mimi membetulkan duduknya sebelum akhirnya bercerita, "gue anak bungsu dari dua bersaudara. Kakak gue laki-laki. Gue manja sekaligus introvert. Tapi kalau udah cocok dan dekat sama orang, gue akan banyak bicara. iIntinya gue harus nyaman aja. Gue punya keunikan, tapi ngga akan gue ceritain sekarang," kata Mimi, yang langsung diprotes oleh yang lain, akhirnya terpaksa Mimi bercerita. "Gue punya keunikan, kalau malam gue mimpi, besoknya jadi kenyataan. Walau ngga sama persis, tapi yang di mimpi pasti jadi nyata. Kalau ngga percaya tanya Edo dan Sisi."
Edo dan Sisi mengangguk membenarkan.
"Sayangnya, dia ngga pernah mimpi soal ujian," gerutu Sisi yang langsung disambut dengan lemparan tissue oleh yang lain.
"Aku mau nanya ya?" kata Tama. "Kira-kira, 5 tahun kedepan kamu udah jadi apa?"
Mimi terdiam sejenak, "5 tahun lagi aku udah lulus ya, pasti aku udah jadi wanita karir, ataaaau aku udah jadi istri orang," jawab Mimi sambil tersenyum.
Mendengar hal itu semua langsung heboh. "Cieee jadi istri. Emang lo mau nikah cepat Mi?" tanya Edo.
"Why not? Siapa takut?" jawab Mimi, disambut tepukan Tama dan Irfan.
"Gue juga mau nanya, siapa itu lelaki kabut?" tanya Irfan.
Edo dan Sisi seketika menatap Mimi dengan pandangan bertanya, seolah berkata, "kok dia bisa tahu?".
Sementara Tama hanya menatapnya ingin tahu.
" Ceritanya panjang, intinya itu gara-gara keunikan yang gue jelasin tadi. Nah, lelaki kabut ini udah tiga kali datang ke mimpi gue, tapi ngga pernah jadi nyata. Makanya gue penasaran," jawab Mimi.
Sekarang gue minta Tama untuk cerita.
"Ngga ada yang spesial sih dari aku, aku anak ketiga dari empat bersaudara, adikku perempuan, sementara kakak laki-laki semua,, umur aku 20 tahun. Suka main alat musik, terutama gitar. Sedikit pendiam, tapi seperti Mimi, kalau sudah cocok, aku juga cenderung banyak bicara. Ngga suka kalau ada yang bohongin. Pernah sekali dibohongin, aku marah. Walau akhirnya baik, tapi kecewanya ngga hilang sampai sekarang," kata Tama.
"Lo udah pernah pacaran belum sih Tam?" tanya Edo.
Tama menggeleng,
"Serius belum pernah pacaran?" tanya Sisi takjub. "Lo kurang apa coba, cakep, pintar, kaya, baik pula," kata Sisi tanpa malu-malu.
"Ya karena aku ngga mau. Aku mau sekali untuk selamanya. Jadi nanti ngga ada cemburu-cemburuan sama masa lalu. Karena aku orangnya pencemburu," jelas Tama.
"Sama tuh sama Mimi. Cuma dia karena belum ada yang pas aja. Kalau ada yang pas juga dia ngga nolak. iya kan Mi?" tanya Sisi.
Mimi mengendikan bahu. "Gue ngga anti pacaran sih. Cuma gue ngga mau pacaran cuma karena teman udah pada pacaran, atau karena gengsi. Gue itu semuanya pakai hati." kata Mimi sambil tersenyum.
Terakhir Edo yang harus bercerita.
"Gue 19 tahun mau 20. anak tunggal. Makanya gue senang kumpul-kumpul seperti ini karena kalau di rumah sendirian. Sepi jadinya. Gue orangnya ekstrovert, gampang dekat sama orang. Kata orang gue usil. Itu karena gue kepengen orang gembira aja. Karena keusilan gue kan bikin ketawa, " cerita Edo.
"Gue mau tanya, lo kan dekat sama Mimi dan Sisi. Diantara mereka ada yang lo taksir ngga?" tanya Irfan.
Edo tersenyum kecut mendengar pertanyaan Irfan. Sebenarnya mau skip, tapi tadi dia yang bikin aturan ngga boleh di skip. Akhirnya terpaksa jujur.
"Pernah naksir dua-duanya," kata Edo tersenyum malu.
"What???" kata Mimi dan Sisi serempak. Sementara Tama dan Irfan tertawa puas melihat ekspresi Edo yang terlihat nelangsa.
"Udah ah... kok gue jadi gerah," kata Edo. "Tidur yuk tidur," katanya lagi sambil berlari ke dalam.
Yang lain hanya bisa tertawa melihat tingkah Edo.
"