Chereads / Shea adalah rindu. / Chapter 2 - Dua.

Chapter 2 - Dua.

Reuni,,,

Satu kata yang terngiang dikepala laki-laki sekitar 22 tahun itu. Delapan tahun yang lalu dia lulus dari salah satu SMP terelit di Jakarta. Dan tahun ketiga setelah tamat terakhir ia mendatangi reuni angkatan nya.

Dia Elzico Gafvino Akalanka, laki-laki yang akrab dipanggil El itu merupakan seorang most wanted SMP nya 8 tahun yang lalu. wajah nya yang sangat tampan, berkulit putih,hidung mancung, tinggi, dada bidang serta dengan muka blasteran Oppa nya membuat kaum hawa lansung terpikat. Tapi jangan lupakan dengan gelar nya seorang play boy.

"Gue nggak bisa datang, kalau nggak ada lo. " Gumam nya sambil menatap wajah cantik seorang gadis diponsel nya.

El bukan lah seorang yang mudah untuk jatuh cinta, meski dengan gelar nya yang mendukung. Selama hidupnya hanya ada satu perempuan yang mampu mengacak-acak hati nya, ada rasa sendu, pilu, dan bahkan rindu.Sebelumnya dia belum pernah sehancur ini dalam mempertahankan cinta. Dan perempuan itulah yang membuat nya mendapatkan gelar sial itu, namun jangan lupakan bahwa perempuan itu pula yang membuat nya kembali berubah menjadi lebih baik.

"Gue janji, bakal menemui lo. Entah itu esok, lusa, atau bahkan seratus tahun lagi, kalau gue masih hidup. " El tersenyum miris dengan kata yang diucapkan nya barusan. Tak ada kata yang dapat mewakili hati nya selain kata patah, rapuh, dan tenggelam.

Penyesalan nya hari itu, tak pernah luput dari keputus asaan nya. Saat ini El benar-benar frustasi. Kata andai dulu, emang tak pernah berguna untuk kenyataan. Pahit, bahkan kerongkongan nya tak mampu menelannya. Sepi, bahkan tawa palsunya tak dapat menutupi nya.

" Astaga Ellllll, gue kagetttt"

" Dih, biasa aja ekspresi nya."

" Gimana mau biasa, gue kagetan orangnya. Lo nya aja yang tiba-tiba ngebrak meja. "

" Gue sengaja.hehe."

" Untung gue cuma kagetan, gimana kalau misal nya gue punya penyakit jantung. "

El tersenyum sumbang sambil mengingat kejadian delapan tahun yang telah berlalu. Masa itu benar-benar sangat dirindukan nya. Andai saja waktu bisa di lipatnya kembali ke tragedi sederhana itu.

Taqdir memang suka bermain, sehingga membuat diri nya dan waktu sering perperang bebas. Realita nya memang tak seindah scenario yang dirancang nya.

"Gue suka sama seseorang, masih teman sekelas kita. "

" Siapa? "

"Elzico, lo nggak marah kan? "

"Hah, ya e_enggak lah. Emang gue siapanya? "

"Bagus lah. Gue bakal dapetin El. "

"Silahkan."

Seketika El mengingat dialog antara dua orang perempuan itu yang dulu tak sengaja didengar nya.

"Gue tau lo itu suka sama gue. Tapi kenapa lo biarin orang lain mencintai gue. Lo tau, mereka hanya sekedar terobsesi sama gue. " El kembali berkata kepada foto yang berada di dalam ponsel nya. Tak ada yang dapat menyembuhkan luka nya saat ini.

El terdiam sambil sesekali menyentuh layar ponsel nya yang menampilkan foto seoarang perempuan cantik dengan seragam SMP nya. Lalu kembali tersenyum miris.

Waktu itu telah pergi jauh, tapi mengapa El merasa semuanya terjadi baru kemarin.Hari-hari nya begitu suram setelah kepergian gadis yang berhasil membuat nya jatuh cinta, dengan kata cinta monyet. Tak dapat dipungkiri jika sekarang hidup nya tidak baik-baik saja.

"Lo nggak punya hubungan kan El sama dia? "

"Hmmm."

"Lo benar cinta kan sama gue? "

"Iya."

"Gue tau dia hanya iri sama kita. "

Lagi-lagi dialog sial itu, membuat nya bernostalgia kemasa silam nya. Tak ada lagi yang bisa diulang secara paksa, semuanya berlalu tanpa meminta persetujuan dari siapa pun.

Arghhh...

Sudah cukup El bukan lagi laki-laki yang kuat setelah kepergian gadisnya. El bukan lagi laki-laki yang tangguh setelah kehilangan.Pertahanan nya telah hancur ketika semesta menuntutnya untuk kembali berkelana ke masa lampau. Satu hal yang sangat El takut jika hidup nya akan seperti ini selamanya.

"El, lo sekarang sama Alexa? Lo lebih cocok lho sama sahabat gue. "

"Nggak,,, gue juga tau itu.Sahabat lo sekarang apa kabar? "

"Oh bagus lah. Gue nggak suka sahabat gue sampai sakit. Dia baik. "

"Katakan pada nya, gue titip salam."

"Ok. Btw, kalian memang pantes lho jadi couple goals, seperti yang anak-anak sekolah kita bilang. "

"Tentu."

"Gue percaya sama lo. "

Sejauh apa pun El berlari tetap saja semua kenangan itu akan mengejar nya. Percuma menghindar, jika semua nya akan kembali pada dirinya sendiri. El sangat kalut dengan kenyataan pahit yang menimpanya.

"Woy El, udah ditungguin tuh. " Sahut seorang laki-laki sambil menepuk pundak El santai.

"Gue nggak jadi pergi. " Cowok itu menatap El curiga.

"Nggak, nggak,, gue udah capek-capek dateng ke rumah lo, lo enak-enak aja batalin janji. Nggak kangen lo apa sama Alexa? " Dia, Alfa sahabat El dari SMP sampai sekarang. Dia seorang ceo di perusahaan bonyok nya sendiri.

Mendengar nama Alexa saja sudah membuat El mengepal kan tangan kirinya. Entah mengapa? bahkan Alfa saja tidak paham bagaimana hubungan mereka.

" Kalau nggak Alexa, Jessie juga ada, mungkin Laura, atau lo mau Kanaya? Tapi gue rasa lo lebih rindu Sheira deh. " Goda Alfa sambil mengabsen mantan seangkatan El. Alfa dulu juga sampat tak percaya dengan kelakuan sahabat nya itu setelah kepergian gadis nya.

"Diammm,,, lo bisa diam nggakkk.. " El merasa jengkel dan bahkan sangat marah dengan kebiasaan buruk Alfa yang selalu menggoda nya tanpa melihat suasana hatinya saat ini.

"Baik lah, tuan Elzico Gafvino Akalanka."

Hutfff,,,

El menarik nafas nya kasar. Emosi nya akan segera memuncak jika laki-laki terus mengungkit masa lalu nya. Sudah lah, El sendiri tidak pernah tau bagaimana cara menghilangkan ingatan nya tentang kejadian delapan tahun yang lalu.

"Lo masih belum berubah El. " Alfa menguatkan mentalnya untuk berbicara seperti itu kepada sahabat nya. Apapun resiko nya.

"Lo baru sadar? seberapa besar rasa cinta lo pada gadis itu? Lo baru menyesal atas semua yang lo lakukan? Ingat, lo nggak akan pernah bisa mengulur waktu. " Sejenak El berusaha mencerna apa yang dikata kan Alfa barusan.

" Gue nggak tau. "Singkat El.

" Lo emang nggak pernah ingin tau tentang orang lain El. Yang lo tau itu hanya diri lo. Egois emang. " Alfa adalah penasehat terampuh buat El, sekalipun laki-laki itu sering membuat nya marah dan jengkel.

"..... "

El masih bungkam tanpa suara apa pun.

"Lo boleh hancur, lo boleh marah, lo boleh menyesal, dan bahkan lo boleh melampiaskan semuanya El, tapi jangan paksa dan siksa diri lo sendiri. " Alfa menatap laki-laki itu tajam.

"Gue mau El yang dulu, bukan El yang delapan tahun yang lalu, tapi El sepuluh tahun yang lalu. " Sambung Alfa lagi. Sekali lagi El terdiam mendengar penjelasan panjang dari Alfa.

" Lo emang benar. "Sahut El singkat.

***