Semburat ceria begitu terlukis indah diwajah cantik Shea. Indonesia membuat nya nyaman tanpa beban. Bukan lah hal mustahil jika gadis itu memiliki kenangan buruk ditanah kelahirannya. Namun semua itu tak mengalah kan rasa bahagia saat kemabali menghirup udara Nusantara.
Huftt,,,
Shea menghempaskan tubuh nya di king size nya, kamar yang bernuansa biru langit itu tak berubah sedikit pun, masih sama seperti awal ditinggali nya.
Kemudian Shea mengedarkan pandangan nya kesemua penjuru kamar nya, terdapat Perpustakaan kecil disamping meja belajar nya. Lemari pakaian nya yang tinggi menjulang, disamping meja rias nya. Dan yang terpenting jangan lupakan lemari kaca yang berisi buku kesayangan dari awal SMP, yang selalu membuat nya rindu akan semuanya. Apa lagi kalau bukan buku Diary.
Gadis itu, memang hoby dalam tulis-menulis, tidak salah jika di waktu SMP nya, Shea masuk sebagai anak sastra dengan ekstrakurikuler Jurnalis, yang diketuai sendiri oleh nya.
Namun setelah pindah ke LA, Daddy nya tidak pernah mendukung hoby nya. Sehingga sekolah nya disana hanya tentang dunia bisnis dan bisnis. Daddy nya memang sedikit egois.
Drrrttt,,,,
Suara getaran ponsel nya menyadarkan nya dari dunia seribu hayalan.
" Hallo Daddy... "
" Hallo sayang,,, Apakah kamu sampai dengan selamat? " Daddy nya meneliti anak perempuan nya itu lewat wajah sang putri dari layar ponsel nya. Benar mereka sedang Vidcall.
"Seperti yang daddy liat. " Jawab Shea Antusias.
" Mama mu merindukanmu sayang. "
Mama? ya, dia ibu tiri Shea yang dibawa pindah oleh sang daddy nya ke Los Angeles. Ibu tiri nya memang tak sekejam cerita bawang putih dan bawang merah, bahkan ibu tiri nya sangat menyayangi Shea seperti anak kandung sendiri. Entah itu karena dia tidak memiliki anak atau apa, Shea tak mengerti.
"Hallo Shea, mama merindukan mu. kapan kamu kembali sayang. " Panggil saja dia Dhena, sang mama tiri yang baik untuk Shea, tapi bukan berarti Shea setuju dengan keputusan daddy nya untuk menggantikan posisi sang mommy.
"Mama apaan si? Shea baru sampai lho. Ingat daddy ngasih Shea waktu liburan satu tahun di Indonesia. " Shea pulang ke Indonesia memang bukan untuk selamanya, perlu di garis bawahi bahwa setelah bercerai dari istri nya, hak asuh Shea jatuh kepada Daddy nya. Kerana daddy nya memang sangat licik.
"Well, but lihat lah sekarang kami dimana? " Girang Dhena kepada anak tirinya.
" Santa Monica? " Gumam Shea saat menyaksikan pantai tersebut.
Ya, Santa Monica, sebuah area di pesisir Los Angeles. Pantai ini adalah magnet bagi para wisatawan, seperti untuk berenang, berselancar, atau sekedar bermain Volly pantai. Dan jangan lupa dengan keindahan sunset nya menjelang malam yang membuat orang betah berada disini.
"Ya,kami sedang berlibur. "
" Selamat berlibur kalau begitu. "
"Shea jangan lupakan janji mu sayang. " Sekarang Dave Zyan mengambil alih ponsel dari istri nya.
Owh iya, berbicara tentang janji. Shea, gadis ceria yang tak ingin menampakkan ke terkekangannya kepada sang mommy.
Sebenarnya kepulangan nya ke Indonesia, hanya karena sebuah perjanjian bersama daddy nya. Yang mana daddy memberikannya waktu setahun untuk kembali menginjakkan kaki nya ketanah kelahiran nya, dan setelah itu Shea harus menuruti kemauan sang Daddy, yang lain dan tak bukan adalah perjodohan nya dengan anak teman bisnis sang Daddy, dia seorang Ceo DNS Group.
Dherrel Nagyan Syam, seorang Ceo yang notabene nya adalah tunangan Shea. Aneh memang bahkan Shea sendiri tak tau kapan hari pertunangan itu terjadi. Siapa lagi kalau bukan kerjaan daddy nya yang gila didunia bisnisnya.
" Baik lah Daddy, Shea capek ingin istirahat dulu. " Kata nya sambil memutuskan sambungan Vidcall nya.
"E_eh ada mommy? " Jawab Shea kegalapan. Pasalnya mommy nya sudah berdiri didepan pintu bertepatan saat Shea melempar ponsel nya sembarangan. Shea memang tak ingin mommy nya tau. Bahkan tentang sang putri nya sudah bertunangan pun Shavena, mommy Shea tak tau.
" Janji apa? " Tanya mommy nya dingin. Shea menggeleng ragu. Apa yang akan terjadi jika sang mommy mengetahui semua ini? Salah Shea kah tentang keluarganya yang brokenhome nya?
"Jangan berbohong Shea, mommy yang melahirkan mu. Apa Dhena lebih berhak tau tentang diri mu dari pada mommy? " Shavena menatap putri nya sendu.
"Nggak ada apa-apa mom.Btw, mommy bawa apa? " Shea berusaha mengalihkan topik pembicaraan. Bukan nya apa, Shea hanya tak ingin menambah beban orang tua paruh baya ini.
Hufttt,,,
Shavena menarik nafas nya gusar, Shavena sangat tau bahwa putri nya mencoba mengalihkan pembicaraan, tapi Shavena mencoba memberi Shea waktu untuk menjelaskan nya diwaktu yang tepat.
" Undangan." Jawab Shavena singkat.
" Undangan? Married? " Tanya Shea tak heran lagi. Karena semenjak Shea di LA, undangan sudah bertumpuk di perpustakaan kecilnya. Menurut info yang didapat nya dari sang mommy, undangan tersebut merupakan undangan married teman-teman SMP nya dulu.
"Nggak.Mungkin reunian. " Hah, reuni? Shea tidak pernah berpikir untuk kembali bertemu dengan teman-teman SMP nya.Semenjak tamat dari SMP Shea memang tak pernah sama sekali ikut reunian.
"Ini serius mom? Sore ini? " Shea membulat kan mata nya sempurna, setelah membuka Undangan tersebut.
" Yang reunian kamu, ngapain tanya mommy. " Balas Shavena ketus.
" Mommy, turun dulu.Mau nemanin Alesha main. " Pamit Shavena.
" Baik lah. "
__________________
Shea menatap diri nya dipantulan cermin. Seketika senyuman miris terlukis diwajah nya. Masih teringat jelas dibenak nya bagaimana masa SMP nya dulu. Shea yang selalu tampil natural, Shea yang selalu tampil sederhana meskipun berada, Shea yang bodo amat dengan semuanya.
Jauh berbeda dengan Shea sekarang, Shea bukan lah gadis bodoh tentang make up, Shea bukan lah gadis bodoh tentang fashion.Tentu saja, perubahan itu membuat sekilas orang lupa tentang dirinya.
Entah lah,,, Shea tak tau apa yang terjadi setelah reuni ini...
" Onnty, au mana? " Tanya Alesha saat Shea melewati ruang keluarga nya, menuju perkiran mobil.
" Ounty mau pergi bentar. " Sahut Shea.
" Acha au ikut. " Pinta Alesha penuh harap.
" Eh, jangan dong sayang. Alesha kan kurang sehat. " Sambung Allena memperingati putri tercinta nya.
" Lah, Alesha sakit kak? " Tanya Shea sedikit khawatir akan ponakan lucu nya itu.
" Iya, nggak tau nih. Tiba-tiba saja badan nya panas.Tapi kayak nya nggak papa deh, cuma sedikit panas aja." Jelas Allena sambil memangku tubuh Alesha.
" Oo, ya udah Shea pamit dulu ya kak. Nanti kalau ada apa-apa hubungin Shea aja. "
" Iya, Hati-hati. "
Satu jam kemudian.
Shea sudah sampai di sebuah gedung yang sudah dihiasi. Shea menarik nafas nya pelan ketika turun dari mobil.
" Woy Shea. Ini benaran lo? Astaga lo kapan balik? Lo baik kan? udah delapan tahun lo nggak ketemu. Nggak kangen lo apa? " Serbuan pertanyaan dari Kanayya, sahabat kecil Shea.Serta dengan serangan pelukan secara tiba-tiba.
" Lebay lo." Ketus Shea.
Shea dan Kanayya duduk bersebelahan. Mereka memang bersahabat dekat, dulu dimana ada Shea pasti ada Kanayya. Begitu juga sebalik nya. Mereka bercerita ria, sambil bernostalgia ke masa lalu. Waktu memang berlalu begitu saja.
" Eh Btw, gue juga mau ngasih undangan nih, dateng ya. " Shea hanya cengo melihat undangan pertunangan Kanayya dan Alfa. Jodoh memang tak kemana, teman SMP pun bisa jadi taqdir.
" Congrats ya, Kanayya zyeng, semoga nyampe pelaminan.Ngomong-ngomong si Alfa mana? nggak dateng? " Shea heran, pasalnya sedari tadi Kanayya bersama Shea, tak ada batang hidung Alfa.
" Terlambat katanya. Oh iya, lo udah nikah? atau tunangan gitu? " Nggak salah Kanayya bertanya seperti itu kepada Shea, ditempat mereka sekarang ini aja sudah banyak bocah kecil, belum lagi suara tangisan bayi.
" Belom. " Shea bukan nya berbohong, tapi benarkan cuma daddy nya saja yang berkata bahwa putri nya sudah bertunangan.
"Ounty, gendong. " Tiba-tiba bocah laki-laki sekitar 3 tahun datang menghampiri Shea dan Kanayya.
" e_eh. " Cengo Shea.
" Reynand, anak nya Jessie. " Jelas Kanayya. Seketika tembok pembatas Shea dan masa silam benar-benar hancur.
" Sama___"
"Sama Varo. Bukan El. " Potong Kanayya.
𝙏𝙞𝙣𝙜.
Satu notifikasi line ponsel Shea.
𝙠𝙖𝙠 𝙂𝙖𝙡𝙡𝙚𝙣.
Shea, anak gue masuk RS.
Tanpa berniat membalas lagi Shea, langsung pergi meninggalkan Kanayya dengan wajah panik nya.
" Kanayya, sorry gue nggak bisa lama-lama." Ucap Shea sambil berlalu meninggalkan Kanayya.
" Shea, mau kemana? " Pertanyaan Shea barusan hanya seperti angin yang berlalu begitu saja diangkasa.
Shea setengah berlari menuju pintu keluar, sangat tergesa-gesa. Fikiran nya sekarang hanya Alesha.
Brukkk...
"Awww." Pekik Shea saat tak sengaja menabrak seseorang yang ingin masuk gedung.
" Sh_Shea kan? " Tanya laki-laki itu ragu. Mendengar nama nya Shea mengangkat wajah nya.
"Ya ampun, masih hidup lo ternyata. Lo apa kabar? " Tanya Alfa, ya yang masuk itu adalah Alfa dan El yang dateng terlambat.
" Iya, Sorry gue buru-buru. " Shea ingin kabur begitu saja. Namun El dengan cepat menahan pergelangan tangan kiri nya.
" S__Shea, gue minta maaf, gue mohon jangan menghindar. " Sendu El sambil menatap lurus wajah Shea yang terlihat masih gelisah tak menentu.
Drrttt....
Ponsel Shea kembali bergetar, menampilkan panggilan masuk.
📞...𝙠𝙖𝙠 𝙂𝙖𝙡𝙡𝙚𝙣 𝙞𝙨 𝙘𝙖𝙡𝙡𝙞𝙣𝙜.
Tanpa babibu Shea lansung menepis tangan El.
" Shea, lo dimana sih dek? Alesha nanyain lo mulu dari tadi. " to the point Gallen.
" Ia kak, bentar lagi gue dateng. "
"Cepatan."
" Ok ok . "
Tut, panggilan itu diputuskan secara sepihak oleh Gallen.
" Sorry, gue nggak bisa lama-lama. " Shea langsung berlalu tanpa menunggu basa-basi dari Alfa dan El.
***