Chereads / Shea adalah rindu. / Chapter 4 - Empat.

Chapter 4 - Empat.

Alfa dan El hanya bisa menatap punggung gadis itu berlalu. Ada rasa penyesalan dalam hati kecil Elzico Gafvino Akalanka.

Shaleta Qiunsha Zyan, gadis sombong yang dulu selalu berusaha menaklukkan hati dingin nya, gadis cuek yang dulu selalu berusaha mencuri secuil perhatian dari nya, dan gadis penulis yang dulu selalu menuliskan cerita tentang nya. El tau akan semua hal itu bahkan sangat tau. Sesal nya datang saat mengingat diri nya yang selalu berpura-pura sadar.

Ternyata benar kata pepatah yang selalu dituliskan gadis itu, akan ada saat nya yang dulu sibuk mengejar, malah akan sibuk menghindar.

El tertawa hambar ketika mengingat semuanya, taqdir memang selalu benar, tak kan pernah salah antar.

" Al, gue nggak jadi ikut reuni. " Alfa menatap El penuh tanda tanya.Tapi seketika Alfa sadar, mungkin itu karma untuk sahabat nya yang dulu selalu mempermainkan banyak perempuan.

" Lho nggak bisa gitu dong El, kita udah sampai ini. " Alfa tak terima dengan keputusan entah itu bodoh atau konyol Alfa juga tak tau.

" Terserah,,, Yang jelas gue pamit. " Alfa tak percaya, jika El benar-benar akan pergi meninggalkan nya. Setau Alfa, El belum pernah sebegitu mementingkan seorang perempuan, sekalian itu kekasih nya sendiri, El tak peduli.

Lantas, seberapa besar kah pengaruh Shea untuk El? Bahkan setalah bertahun-tahun gadis itu menghilang tanpa kabar. Alfa benar-benar tak habis fikir.

___________________

Ditempat yang berbeda, Shea sedang kesal kepada kakaknya yang sukses membuat nya sangat khawatir, padahal Alesha putri nya hanya demam biasa.

" Lo nggak mikir apa? Gue cemas kak. " Kesal Shea sambil melipat tangan didepan dada nya.

" Biasa aja muka nya dek. Ya, gue bingung Alesha nanyain lo terus. Ya udah gue desak aja lo pulang." Wajah tanpa dosa Gallen sangat membuat Shea jengkel setengah mati.

" Ya, nggak gitu juga kali kak. Untung aja mobil gue nggak masuk jurang. "

" Lebay lo dek. "

Hufttt,,,

Shea menarik nafas nya kasar, percuma saja berdebat dengan seorang Gallen, hanya akan menambah emosi.

" Ok, to the point aja, lo kasih gue tugas apa? " Tanya Shea menatap kakak nya garang.

" Gue ada perlu kekantor bentar dek, Allena sama mommy pulang mau ngambil baju ganti Alesha. "

" Alah, nggak usah basa-basi, langsung ke inti aja. " Jujur Shea sudah terlanjur bad mood sekarang.

" Tolong jagain Alesha didalem. gue___"Belum sempat Gallen menyelesaikan perkataan nya, Shea langsung menyelonong masuk ke ruang Alesha dirawat.

" Duh, gini amat gue dapet adek. " Gumam Gallen sambil tersenyum tipis.

Sesampainya nya diruangan bernuansa putih bersih itu, Shea menatap bocah kecil yang tetbaring dibrankar ruangan nya. Shea melemparkan senyuman penuh arti kepada ponakan nya yang sudah membuka mata.

" Hallo Alesha, gimana keadaan kamu? udah baikan? " Tanya Shea sambil mengecup kepala Alesha lembut.

" Ounty? Acha lindu ounty, Acha mau jalan-jalan sama ounty, boleh ya?" Shea tersenyum manis mendengar ucapan Alesha barusan, baru bertemu sehari udah nempel gini, bagaimana nanti jika Shea pergi secara tiba-tiba? Oh no, memikir nya saja sudah membuat Shea pusing.

" Tapi kamu masih sakit Alesha. Jalan-jalan nya besok aja yang sayang. " Bujuk Shea, tapi malah membuat Alesha berkaca-kaca. Mata bulat bocah itu sudah siap menumpah kan air mata.

"Hey, jangan nangis sayang. Ya udah, kita main ke taman. Tapi kamu pakai kursi roda aja ya. " Putus Shea, yang tak mungkin menolak Alesha.

Taman...

Shea melihat wajah ceria terlukis indah dimuka Alesha. Seketika Shea mengingat pristiwa 8 tahun yang telah berlalu, dimana taman rumah sakit pernah menjadi saksi kenangan nya bersama laki-laki yang bernama Elzico Gafvino Akalanka. Lalu gadis itu mengeluarkan sebuah diary yang berada di tas selempang nya.

Dear rinduku,,,,,

Sepuluh tahun yang lalu, awal kita bertemu, tanpa kita mau apa yang Tuhan mau. Bahkan waktu itu miris berakhir, tanpa pernah menuntut kita untuk ikut berfikir.....

Kau tau, sekarang ku sedang terpuruk siksa, dan terjatuh dalam lembah duka. Hidup ku mulai berubah, saat dulu aku memutuskan untuk pergi, tanpa pernah sedikit pun mengingat kapan harus kembali....

Dan kau tau? Aku hanya lah sebuah harap yang sedang mengekang ego ku sendiri, dalam menguatkan hati, agar mampu membunuh rindu-rindu ku agar secepatnya mati....

Bahkan aku sama sekali tak faham...

Shea_13.

" Ounty, lihat bunga nya sangat cantik. " Pekik Alesha membuyarkan semua lamunan Shea. Shea tersenyum hangat sambil meletakkan diary biru nya.

" Iya sayang, cantik seperti kamu. "Shea langsung mencium pipi bakpao Alesha secara bergantian. Gemas sendiri melihat tingkah bocah itu.

" Acha sayang sama Ounty. " Balas Alesha.

" Ounty juga sayang sama Alesha."

" Alesha tante mau ke toilet bentar, kamu disini dulu ya sama suster." Pamit Shea sambil menitipkan Alesha kesalah seorang suster yang berlalu lalang disekitar taman.

__________________

El, berjalan santai menyusuri lorong-lorong Rumah sakit, pasal nya setelah kepergian nya dari tempat reuni dia pergi ke tempat kerja nya. Ya, dia seorang dokter.

Seketika netra menangkap seorang anak kecil yang sedang menikmati indah nya taman. Entah tarikan dari mana, El langsung mendekati bocah perempuan yang sekitar berumur tiga tahun menurut penafsiran nya.

" Hai, cantik. " Sapa El sambil membawa setangkai mawar putih yang sengaja dipetik nya.

" Astaga,,, om dokter ngagetin aja. " Pekik nya sambil mengelus dada nya. El terkikik geli melihat ekspresi balita itu.

El meneliti setiap wajah bocah itu, sepertinya mirip dengan seseorang. Tapi entah lah. El tidak berani menyimpulkan nya sendiri.

" Nih, buat kamu. " Lanjut El sambil memberikan setangkai bunga mawar putih.

" Ih, om Acha nggak suka mawar putih, nggak menalik sama sekali. " El mengerutkan dahi nya. Acha? Benar, bocah itu adalah Alesha ponakan nya Shea.

"Kenapa nggak suka? Bunga nya cantik lho. " Bujuk El, berusaha menarik perhatian bocah kecil yang sedang duduk dikursi roda nya, tapi tatapan nya sama sekali tak melihat kearah El. Satu kata yang terbesit dihati dokter tampan itu, sombong.

"Kenapa halus milih yang cantik om, kalau masih ada yang baik. "Wow, El tampak terkejut dengan penuturan bocah kecil itu. Bukan, El bukan terkejut karena kebijakannya, melainkan perkataan itu mengingatkan nya akan lembaran lama yang tak bisa ditutup nya.

" Sorry, gue nggak suka sama mawar putih. "

" Lah, kenapa? "

"Warna putih itu pantes nya polos, tapi ternyata mawar nya berduri.Kalau merah mah jelas, setidak nya warna nya tidak muna. "

" Tapi kan bunga nya cantik. "

"Selama masih ada yang baik, ngapain milih yang cantik tapi malah munafik. "

El kembali bernostalgia ke masa lalu nya, terlihat bocah itu menatap nya tanpa ekspresi, lagi dan lagi wajah lugu Alesha mengingat kan nya pada seseorang yang selama ini berhasil menghantui hidup nya.

" Tapi, nggak ada salah nya kan kamu terima mawar putih itu dari om. " Bujuk El lagi sambil berjongkok dihadapan Alesha. Entah mengapa El semakin penasaran dengan bocah dihadapan nya.

" Huaaaa, om maksa Acha... huaaa. "

" Hey, kenapa nangis? " El tak habis fikir, bagaimana bisa dia membuat anak kecil ini menangis dengan notabene nya seorang dokter anak.

Seketika bola mata El menangkap sebuah diary yang berada diatas bangku taman yang tadi diduduki nya.

Tulisan ini? Bathin nya.

Shea_13. Oh Tuhan, siapa sebenarnya gadis kecil ini ?

El membaca puisi itu dengan teliti, tidak salah lagi, fikir nya lagi. Karena fokus nya membaca nya, sampai dia melupakan bocah yang dibuat nya mewek tadi.

" Alesha. " Sontak El melirik kepada sumber suara. Tiba-tiba Alesha berdiri dari kursi roda nya sambil berlari kearah Shea langsung memeluk tubuh Shea erat.

" Huaa, om dokter jahat.Acha mau sama papa aja." Tanpa basa-basi El lansung mendekati kedua gadis itu.

El menatap kedua nya bergantian, ribuan tanda tanya mulai menyerang otak nya. Perlahan tubuh nya mulai gemetar. Apakah ini akhir dari taqdir nya?

" Pantas saja, sikap bocah ini sama dengan lo." Shea menyernyitkan kening nya heran. Jujur, Shea sangat merindui sosok laki-laki itu. Namun, semua nya telah berubah.

" Ma_mak___"

" Gue tau Shea, selama ini gue banyak salah sama lo. Gue benar-benar minta maaf, gue suka sama lo, gue sayang sama lo, gue cinta sama lo. Itu kan yang selama ini lo tunggu dari gue? Sekarang lo udah dengar, tapi seperti nya sia-sia. " Pembicaraan Shea langsung dipotong begitu saja oleh El. Refleks Shea menutup mulut nya, seakan-akan tak percaya dengan ungkapan El barusan.

" Lo ngomong apa El? " Shea benar-benar tak mengerti apa yang sedang ada difikiran El.

"Siapa? " Tanya El datar.

" Siapa apa nya? "

" Papa yang dimaksud bocah ini? " El tersenyum miris kearah Shea, berbeda dengan Shea yang mengerutkan dahi nya.

" Tidak pernah kuduga, jika pertemuan kita akan jadi seperti ini. Anak lo cantik sama kayak lo, anak lo bijak sama kayak lo, anak lo sombong sama kayak lo, anak lo nggak suka mawar putih sama kayak lo. " El menarik nafas nya dalam-dalam. Shea kemudian terdiam berusaha menangkap tujuan bicara El.

" Gue nggak ngerti apa yang lo omongin El, gue capek. Dia Alesha ponakan gue. Anak nya kak Gallen. Bukan anak gue. " Shea menekan setiap kata yang dikeluarkan nya, berharap El akan mengerti.

" Anak kak Gallen? "

"Hm."

****