Pernah berjuang namun disia-siakan. Pernah bertahan namun diabaikan.
Lantas, masih pantaskah dia menjadi pilihan disaat ada orang lain yang membuat nyaman?
Naqueen_Zhea.
***
Terkadang dengan melihat kebelakang lah, yang membuat ku kembali mengenang. Aku tetaplah aku, seseorang yang selalu ragu dihadapkan dengan dua pilihan yang pasalnya kelabu.
Lucu memang...
Dia kembali disaat rasa ini hampir mati. Dan itu yang membuat ku merutuki kebodohan ku sendiri, bagaiamana bisa aku tak rela jika dia harus pergi.
Lalu bagaimana dengan seseorang yang berhasil membuatku nyaman disaat hatiku tertikam ? Seseorang yang berhasil membuat ku terhibur disaat hatiku terbentur ?
Egois?
Mungkin, tapi itu perihal hati, yang diluar kendali manusiawi. Bahkan aku yang mengalami nya sama sekali tak mengerti.
"Hey, mikirin apa? " Tanya Alfian yang membuyarkan lamunan ku. Pasalnya sekarang kami sedang berada dikls nya Pak Ardhan. Sang guru matematika dengan seribu satu cerita cinta.
Aku menoleh kan pandangan ku kebelakang kearah sumber suara.
"Hm, nggak ada. " Jawabku singkat.
Fokus Zhea, fokus. Jangan fikirin orang lain dulu. Hufh..
"Cinta yang terhalang kursi dan meja, hm, kayak nya bagus Al, buat judul novel baru kamu. Dari pada senja mulu. " Astaga, benar-benar nih guru. Jelas amat nyindir aku dan Alfian yang lagi ngomong. Untung guru.
Seketika pasangan mata 12ipa1 tertuju kearah ku dan Alfian. Alfian hanya menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal. Seketika dia melihat kearahku yang menunduk dan pasti nya wajah ku udah kayak tomat tukang sayur karena malu.
"Lah, kok bapak bisa tau, saya jago nulis kayak begituan, Jangan-jangan bapak sering baca novel lagi, biar keingat masa muda." Canda Alfian yang sukses memecahkan suara hening dikls dengan seketika. Bisa-bisa tambah panjang nih urusannya. Kan pak Ardhan pantang dimulai.
"Murid yang pinter. 100%benar Alfian, lain kali buat judul nya Alfian berdiri dilapangan jam pak Ardhan. " Sontak seisi kls tertawa karena tau tujuan arah ngomongnya pak Ardhan.
"Idih, nggak elit banget pak request judulnya. Mending pak Ardhan yang baik hati tidak pernah menghukum murid nya yang berprestasi. Ia nggak guys? "
Hahaha, ngakak juga Alfian main sindir-sindiran sama Pak Ardhan.
"Benar pak. "
"Ia pak, senja nya jangan dihukum kasian. "
"Lah pak,kalau senja kenapa- kenapa gimana pak? Populasi cogan di kls ini kan jadi berkurang. "
"Nggak tega pak. "
"Judul yang bagus senja. "
"Kita setuju sama senja pak. "
Bikin suasana riuh aja. Udah tau disini banyak senja lovers, masih aja bikin ulah, seakan- akan nambah fansnya aja. Nggak di fikirin apa, ada yang cemburu nih.
"Udah -udah, untuk kali ini aja, kamu nggak saya hukum. "
"Makasih pak, bikin tambah cinta deh sama matematika. " Balas Alfian asal.
Cinta-cinta pala lo. Belajar aja kagak pernah, tapi aneh sih kenapa bisa pinter yah.
"Its okey, sekarang kerjakan soal hal 122.kimpul hari ini sama ketua kls, saya ada urusan kemungkinan lama. "
Jelas pak Ardhan.
Suatu surga bagi kls 12 ipa1, nggak akan ada yang jamin jamkos seperti ini dimanfaatin dengan baik oleh seluruh siswa untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh pak Ardhan.
Buktinya, sekarang kls kami sudah kacau, baru beberapa menit ditinggal pak Ardhan.
Apa lagi coba, selain konser dadakan yang dibintangi oleh Zikran dan yang lain.
"Okey guys, kembali lagi bersama kami Zikran's group yang akan mempersembahkan sebuah tarian yang berjudul__"
"Lagu goblok. " Intropeksi Fathur sambil menoyor jidat Zikran.
"Huww.. " Sorakan dari anak-anak cewek yang merasa terganggu.
Aku hanya memutar bola mata ku jangah. Bosan lihat Zikran terus. Ngidam apa sih tante Sarah sampai lahirin anak gini amat.
"Eh, senja mumpung jamkos foto bareng yuk, percuma dikls most wanted Albaihary ada dikls kita, kalau nggak punya bukti. " Suara itu berhasil mengalihkan perhatikan ku ke belakang. Pasalnya sekarang aku sedang mencoret-coret buku mengerjakan tugas Pak Ardhan bersama Chaira.
Alay, aku aja yang cewek nya nggak pernah tuh, anggap dia most wanted Albaihary.
Apalagi coba, Aqil tersenyum gitu belum tau siapa Zhea? Awas aja kalau sampai nurutin.
"Ekhm." Dehem Alvarez yang berusaha menyadarkan Alfian akan aku.
"E_eh Maudy, mau foto bareng ya, boleh_". Hah..! Apaan tuh langsung dibolehin gitu.
" Tapi izin dulu sama bidadari depan."kerja yang bagus Alfian makin tambah cinta deh.
"Bidadari? "
"Iya itu, yang lagi nengokin kita. " Seketika Maudy langsung melirik kearah ku dengan tampang kesalnya.
Skip.
***
Author pov.
Hari ini adalah hari dimana Zhea harus memantapkan pilihan. Perihal Hafidz atau Alfian, sebenarnya tanpa ditanya pun pasti perempuan itu akan memilih Alfian. Namun bukan berarti dia ingin Hafidz menghilang dari hidupnya begitu saja. Siapa yang berani mengatakan 13 tahun adalah waktu yang sebentar.
Hafidz Huril Ilham.
Bahagia pertama nya setalah mengenal cinta. Dan selama itu mereka menjalani hidup bersama dalam sebuah ikatan persahabatan. Apa mungkin perasaan mereka baik-baik saja saat harus melepaskan dan mengikhlaskan.
"Ternyata lo masih Zhea yang dulu, Zhe yang peduli,dan Zhea yang over protective.Jujur, gue rindu. " Ujar laki-laki itu sambil menyeret sebuah koper yang lumayan besar.Ya, saat ini mereka berada disalah satu bandara internasional.
Gadis itu hanya tersenyum tulus,Hafidz benar-benar tak percaya dengan senyuman yang saat ini alami terlukis untuk nya, senyuman yang sempat pudar beberapa waktu dulu.
"Apa ini tanda, lo udah memilih gue. " Seketika senyuman tulus itu langsung hilang digantikan dengan senyuman miris. Dingin dan datar.
"Lo jawab iya Zhea. Jangan diam. " Desak nya sambil melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. 14.00 berarti masih ada waktu kurang lebih dua setengah jam lagi.
Tidak ada jawaban dari Zhea, dia masih saja bungkam.
"Gue sayang sama lo Fidz. " Lirihnya yang masih terdengar jelas oleh Hafidz.
"Tapi maaf, gue udah ambil keputusan. Selamat jalan sahabat kecil Zhea.Zhea bakal rindu Hafidz. Dan terimakasih untuk semuanya. " Balasnya telak. Gadis itu menelan ludahnya susah payah. Tenggorokan nya langsung memanas setelah mengucapkan kata
"Gue nggak nyangka Zhea, lo tega ngomong itu. Gue fikir lo kesini buat ubah niat gue, tapi ternyata salah. "
Shit.
Satu bulir air mata gadis itu lolos dari kelopak matanya. Kini dia bukan lagi Zhea yang kuat yang tegar menahan semua kenyataan pahit. Lalu Apakah kehilangan lebih pahit dari semua kenyataan yang ada.
Hafidz menatap perempuan itu sendu. Refleks laki-laki itu langsung menghapus air matanya yang turun begitu saja.
"Berjanjilah, ini adalah tangisan yang terakhir. " Hafidz memang tak melihatkan kesedihan nya dengan airmata. Namun jauh di lubuk hatinya kelut seolah dia adalah orang yang terbodoh dan tersedih sedunia.
"Andai saja ada alat pemutar waktu, bakal gue beli Zhe, seberapa pun harganya. Agar gue bisa memperbaiki kesalahan terbesar gue dimasa lalu. Namun semua nya sudah di usia senja. Gue memang bodoh. " Segitu besar kah penyesalan seseorang yang datang diakhir.
Hati memang mudah luluh, namun bukan berarti mustahil untuk rapuh.
Mudah dimasuki namun sulit untuk menerima kembali. Jadi berfikir sebelum bermain dengan nya.
"Udah Fidz, semuanya adalah taqdir, selama ini gue ikhlas mencintai lo, dan gue juga harus ikhlas melepaskan lo. Dan tentang perihal perasaan gue baru sadar jika perasaan gue selama ini hanya sebatas rasa sayang seorang sahabat tidak lebih. " Jelas Zhea lebih tenang. Namun berbeda dengan Hafidz ada sesuatu yang sesak mendengar penuturan gadis itu.
Apakah ini yang dinamakan karma? Dulu dia yang semudah itu berkata tentang persahabatan tapi sekarang malah sebaliknya.
Tanpa fikir panjang laki-laki itu langsung memeluk tubuh Zhea tanpa permisi.
"Ini adalah salam perpisahan kita, dan hati ini adalah hari pertemuan terakhir kita. Karena gue nggak akan yakin akan kembali menginjakan kaki ke Indonesia lagi. " Kata-kata yang cukup menusuk hati gadis itu. Dan perlahan mulai melepas pelukannya.
"Jangan sedih, jangan nangis, jangan nakal. Jaga diri baik-baik. Hafidz sayang Zhea selamanya." Tangisan Zhea benar-benar tidak dapat lagi ditahannya mendengar salam perpisahan dari sahabat kecilnya.
"Senyum dulu, biar Hafidz tenang ninggalin Zhea." Kali ini Zhea begitu patuh terhadap apa yang diperintahkan Hafidz. Mungkin ini adalah permintaan terakhir nya setelah 13 tahun bersama.
"Ya udah, pulang sekarang ya. Hafidz bentar lagi pergi, jangan liatin Hafidz naik pesawat. Biar Hafidz yang liatin Zhea naik Taxi. " Tak ada sahutan. Gadis itu hanya memperhatikan wajah laki-laki itu dengan seksama. Apakah mungkin wajah itu suatu saat akan asing di mata nya?
"Zhea pamit. Bye.. " Kata nya sambil melambaikan tangan nya dengan mata sendu.
"Bye." Hafidz membalas nya dengan senyuman semanis mungkin.
***
Ada yang nangis nggak?? 😭😅
Sedihnya, kalau inget sahabat lama. Hehe
Happy reading ya..