Chereads / Our Dream [Indo Ver] / Chapter 8 - BOOK 1 CHAPTER 8

Chapter 8 - BOOK 1 CHAPTER 8

―Aku punya beberapa rumah di negara ini,‖ kata Mike. ―Bagaimana pun, setelah makan, aku akan hidup dan berbaur dengan manusia.‖

―Oh ....‖

―Dan aku tidak perlu bekerja heboh seperti kalian,‖ kata Mike. ―Jadi, jangan harap sambutan yang mewah. Sebagus apapun bangunannya nanti, kau takkan temukan makanan manusia.‖

―Ahh ....‖

―Hanya perabotan, maksudku,‖ tegas Mike. ―Jangan bayangkan aneh-aneh ada daging mutilasi atau apa. Aku ini iblis dengan kasta tinggi, tidak seperti mitos-mitos menggelikan yang berkembang diantara bangsamu.‖ (*)

(*) Kasta Iblis: Iblis juga hidup dengan peraturan layaknya manusia, tetapi tidak patuh pada Tuhan. Mereka memiliki kaisarnya sendiri, menaati dengan sumpah suci, dan sering digambarkan sebagai musuh manusia.

Mike bilang, saat dirinya dalam wujud asli seperti ini yang mampu melihatnya hanya Ace. Dan anehnya, Ace merasa hal tersebut justru mengagumkan.

―Kau indah, tetapi bukan Drake.‖ Kelopak mata Ace turun perlahan. ―Bukan manusia juga. Jadi, kuharap aku segera melupakan rasa sakit ini. Biar aku sembuh, dan kau pun bisa bebas menjalani hidup seperti sebelum bertemu denganku.‖

***

Ace menatap layar ponselnya. Benda itu mati. Dia yakin bukan karena kehabisan batrei, melainkan diajak terbang Mike. Karena hanya digenggam, kecepatan luar biasa membuatnya rusak. Namun, daripada marah Ace justru tak peduli. Kehilangan kontak dengan siapa pun mungkin lebih baik. Sebab dirinya takkan diganggu saat masih berduka seperti ini.

―Ambil abu kekasihmu seminggu lagi,‖ kata si penjaga rumah duka saat tubuh Drake masuk ke ruang kremasi. ―Kami butuh waktu untuk merapikan segalanya. Lebih-lebih bukan hanya dia yang yang mati dalam kejadian ini. Sopir mobil dan tiga penumpang yang lain juga.‖

―Baik.‖

Jika boleh, Ace akan meminta Mike membuat altar khusus kekasihnya di rumah iblis itu. Ace belum sanggup membawanya pulang.

―Hei, berhentilah melamun,‖ kata Mike. Dia dalam wujud kucing, kini melompat ke kenop pintu untuk menarik turun tuasnya. ―Kita sudah sampai. Masuklah.‖

Aroma hujan khas Mike kembali merasuk ke hidung Ace. Dia menatap ke sekitar sejak mulai melangkah masuk. Dia pikir, Mike akan membawanya ke sebuah tempat sederhana, tetapi mansion ini sungguh berlebihan.

Iblis itu tak berbohong soal isinya hanya perabotan. Tak ada siapa pun, meskipun pelayan yang bertugas membersihkan bagian dalamnya yang agak berdebu. ―Hatchi!‖ Ace pun tak tahan geli hidung dan menutupnya punggung tangan.

Kemewahan adalah hal yang menimbulkan tanda tanya dalam benak Ace. Ada lampu gantung besar yang berada di ruang tamu. Televisi 75 inch. Sofa-sofa minimalis berjejeran. Patungpatung keramik di setiap sudut ruang. Lukisan-lukisan ala Romawi kuno. Kolam ikan di dalam ruangan. Juga air mancur yang terjun bebas dari dinding lantai tiga.

Ace terpana melihat curahan air yang mengalir di dinding kaca indoor itu. Ada tanaman perdu yang menggelantung di sana, juga kupu-kupu yang bermain di sekitar bebungaan yang mekar.

Apa Mike bekerja setelah hidupnya terbebas tugas? Jika tidak, mustahil. Sebab hal ini sungguh nyata. Ace bahkan tak bisa membandingkan rumah barunya bersama Drake dengan tempat ini.

―Anggap saja rumah sendiri,‖ kata Mike. Iblis itu melompat di atas sofa dan menggulung diri di sana. Ekor kucingnya bergoyang-goyang, dan dia langsung mengatupkan mata begitu saja.

―Jadi, terserah kau mau tidur di mana. Ada banyak kamar di tempat

ini. Cari saja.‖

Ace jelas tak selancang itu. Dia pun memilih duduk di sisi

Mike. ―Terima kasih,‖ katanya. ―Boleh aku tanya sesuatu lagi?‖

―Hm.‖

Alis kucing Mike bergerak-gerak tanda dia mendengarkan.

―Umn, kau bilang rumah duka tadi merupakan wilayahmu,‖ kata Ace. ―Jadi, kau tak bisa memangsa selain di tempat itu?‖

―Ya.‖