Chapter 8 - El Scaro

"Hei touka-chan, Bukannya ini terlalu lama?" Tanya shiro sambil memainkan sihir pemulih Mana nya. "Mereka sudah hampir 2 hari tak kembali, Aku jadi khawatir sama Maika." Ujar touka. "Awas saja kalau maika kembali dengan keadaan tak lengkap, Ku habisi dia." Ancam shiro.

"Shiro-kun, Kau tau cerita tentang putri dari dewi specia sang dewi kehidupan?" Tanya touka. "Aku... Tidak tau, memangnya gimana?." Tanya shiro pada touka. "Biar ku ceritakan."

>Ratusan Tahun Lalu

"Tuan pendekar, Aku mendengar desas desus tentang cahaya pembawa sial di daerah gurun pasir, setiap orang yang berjalan lewat sana, mereka pasti tidak pernah kembali, bolehkah anda menyelidikinya?." Pinta seorang pria pada orang yang di panggilnya pahlawan. "Cahaya pembawa sial? Baiklah, akan ku selidiki kasus ini." Sang pendekar yang memiliki perawakan mirip dengan shiro itu menyetujui nya. Yup, dialah Pahlawan masa lalu yang sudah banyak menyelamatkan dunia, Takeru (ngarang).

"Cahaya pembunuh,ya? Itu sangat menganggu pikiran ku." Sang pahlawan memakai Zirah nya, membawa pedang panjang 1 tangannya. Tak lupa disertai perisai kecil di tangan kiri nya. "Aku penasaran akan makhluk yang berada dalam cahaya itu."

Sang pahlawan berlari menuju gurun pasir yang diceritakan orang orang. Setiap monster yang menghadangnya, ia langsung memotong monster itu dengan pedang nya.

Slash!!

Ia memotong monster ikan yang menghadangnya.

Beberapa jam ia berlari tanpa istirahat,  akhirnya ia menemukan cahaya monster itu.

"Ah, akhirnya datang juga manusia, Aku specia sang dewi kehidupan, Berikan aku jiwa mu."Ujar suara yang keluar dari dalam cahaya itu. Bola cahaya itu memancarkan sinar menuju sang pahlawan. Namun untungnya ia berhasil menghindarinya.

"Mana mungkin dewi specia menjadi pembunuh!!" Sang pahlawan menebas cahaya itu dengan pedangnya.

"AKH!!" Cahaya itu memudar dan terlihat sosok anak kecil yang mirip dengan iblis memegangi luka di tubuhnya. "Sudah ku duga, Kau bukanlah dewi specia, Kau sudah membunuh banyak orang, bahkan kau mengaku sebagai dewi specia, itu adalah perbuatan yang tak bisa dimaafkan." sang pahlawan menyimpan pedangnya di leher gadis iblis itu. "Kumohon, dengar dulu ceritaku!" pinta gadis itu. Sang pahlawan langsung menyimpan pedangnya,karena ia tau betul kalau ada alasan dibalik semua ini. "Baiklah,Ceritakan alasanmu melakukan ini." Sang pahlawan memegang bahu gadis yang sedang terduduk kesakitan itu. Ia menyembuhkan luka sayatan yang ada di tubuhnya.

"Namaku seele zauga, ibuku adalah dewi specia, namun, sesaat setelah ia menciptakan ku, ia meninggal karena mencabut nyawa nya sendiri. Akhirnya aku tercipta dengan tubuh yang tidak sempurna. Aku harus mengambil kehidupan manusia untuk terus bertahan hidup." Jelas Seele.

"Jadi kau adalah makhlum yang gagal ya."

"Seele..." Suara lembut datang dari langit. "I-ibu?" Seele tersentak kaget. Sang pahlawan terkejut karena kecantikan dewi specia, tak heran kalau para dewa berperang demi mendapatkan cinta nya.

Dewi specia mengulurkan tangannya, butiran cahaya bertebaran menuju seele. Kini tubuh seele diselimuti cahaya. Tak lama kemudian, Cahaya itu memudar dan memperlihatkan sosok gadis cantik dengan sayap putihnya. "Aku.. Sudah.. Sempurna.." Mata merah seele berkaca kaca.

"Pahlawan, Terimakasih karena sudah mengampuni kesalahan putriku, bagaimana pun, ini adalah salahku sendiri, Namamu akan dikenang seluruh manusia dan dewa sampai hari akhir. Seele, Kau harus ikut aku ke Noieverre, alam yang lebih tinggi dari alam 12 dewa dewi." Dewi specia angkat suara.

"Ibu.. Aku ikut!" Seele senang. Sebelum ia pergi, ia mendekat kearah sang pahlawan.

Cup

Ia mencium pipi sang pahlawan dan berkata "Terimakasih, pahlawan, Semoga kau mendapat keturunan sebaik dan seberani dirimu." Ujar seele.

Mereka berdua terbang ke arah langit. "Ini.. Pasti mimpi." Sang pahlawan mimisan karena melihat dua sosok yang sangat cantik.

>Masa sekarang

>Gerbang dunia lain

"Jadi, Orang yang menyadarkan nona Seele adalah leluhurku ya." Shiro tersenyum simpul. "Tidak, Kau adalah reinkarnasi dari sang pahlawan, semua orang tau itu, jadi, yang menyadarkan Nona Seele itu adalah dirimu yang di masa lalu." Senyuman touka membuat jantung shiro sedikit berdetak kencang.

"Kalau bisa, Aku ingin bertemu dengan nona seele, aku penasaran akan kecantikannya yang sampai membuat sang pahlawan mimisan." Ujar shiro. "Mungkin kamu bisa menemuinya dengan cara memakan jamur beracun." Canda Touka.

"Kami kembali." Ujar Ayato dan Maika bersamaan, di tangan maika terdapat sebuah benda bercahaya, sepertinya itu Premier gem untuk menetral kan tempat ini. "Akhirnya kalian sampai juga, Maika, Dia tidak berbuat macam macam padamu?" Tanya shiro. "Ngghh, Ayato-san tidak mau berbagi makanan denganku." Ujar maika.

"Sudahlah, Dengan begini, kabut kabut menjengkelkan ini sudah hilang, kita bisa melanjutkan perjalanan." Ujar touka. "Touka-san, Kami baru datang,lho! Setidaknya biarkan kami beristirahat sebentar.

"Ayato!" Panggil seseorang yang terlihat familiar, Balft. "Balft, Ada apa?" Tanya ayato. "Dewi pino memintaku untuk mencari kalian, Dan dia bilang aku harus menggantikan kalian untuk menyelidiki lebih dalam, memang merepotkan sih." Ujar balft. "Lalu, bagaimana dengan kami?" Tanya touka. "Dewi pino akan memberikan misi baru pada kalian, beliau sudah menunggu." Ujar balft.

"Kalau begitu, Aku serahkan tempat ini pada kalian, Balft, triel." Ujar shiro.

>Beberapa jam kemudian

>Kota Sofya

"Ah, Kalian datang juga, maaf karena sudah memanggil kalian dengan tiba tiba, Aku mendapat laporan kalau banyak monster berkeliaran di daerah Calle Mort. Aku ingin kalian membasmi monster yang berada di sana karena monster monster itu mengganggu jalan para arwah yang akan pergi ke alam kegelapan." Dewi pino memberi misi.

"Tapi, Pasti ada alasan kenapa monster monster itu berkeliaran di sana, aku ingin kalian mencari tau penyebab para monster itu berkeliaran di sana. Kumohon, pulanglah dengan selamat."Lanjut dewi pino. "Calle Mort ya." gumam maika. "Kenapa maika?" Tanya shiro. "Ah, Dulu aku bertemu dewi dunkelis di sana, Seharusnya beliau sudah membereskan para monster, kenapa beliau membiarkan para monster itu berkeliaran?"

"Jawabannya hanya satu, Jalankan misi ini dan kita akan mendapat petunjuk." Ujar shiro dengan serius."Sepertinya kau mulai serius, tuan pahlawan." Ujar Ayato. "Kalau begitu, Aku takkan kalah." Ayato menyimpan busur nya ke jendela inventory nya dan mengambil sebuah katana berwarna emas, Adamantium. "Kalau begitu, Oni-chan, sesuai permintaanmu dulu, Aku akan menggunakan Katana. Terimakasih karena sudah membelikanku katana ini." Maika memegang katana berwarna ungu dengan hulu pedang berbentuk tengkorak itu. "Jujur aku kurang menyukai bentuknya, tapi, ini adalah katana pemberian dari reinkarnasi sang pahlawan." Lanjutnya.

"Kalau aku, Aku akan menggunakan tongkat air ini sebagai senjata utama.Dan sayap sihir Fairy Peace ku."

Touka angkat suara. "Aku takkan mengganti senjata ku, Proto is the best." Ujar shiro. "Kalau begitu, Dewi pino, Kami pamit dulu." Pamit shiro sambil membungkukkan badannya. "Hati hati, jangan lengah walaupun musuh tak ada di hadapanmu." Dewi pino memberi nasihat.

Mereka berempat segera pergi dari kuil sekaligus balai kota itu menuju calle mort. "Kalau dilihat di peta, Kita harus melewati padang kelana sebelah el scaro." Ujar shiro sambil melihat peta. "Sebelum ke calle mort, kita istirahat dulu di El Scaro, Karena kita akan melewti Jurang Dunkel sebelum ke Calle Mort, dan menurut keterangan di buku panduan ini, Jurang Dunkel terbilang tempat yang berbahays.", Jelas Shiro.

"Baik, Pak." Sahut maika. "Oy siapa yang kau panggil pak?" Tanya shiro. "Karena nii bicara seperti orang tua, aku panggil pak deh." Sahut maika dengan muka yang tak bersalah. "Huft, terserah anda tuan puteri." Ejek shiro."Iya manusia mesin." Maika tak terima.

"NENEK PEOT!"

"KAKEK KERIPUT!"

"RAMBUT PUTIH!"

"HAH? RAMBUT SHIRO NII JUGA PUTIH!"

"KACANG BUNCIS!"

"ONI!" (Oni=Setan)

"Sudahlah, ejekannya makin ngawur." Ujar shiro.

"Salah nii sendiri." Maika melipat tangan nya di bawah dada.

"Hentikan perkelahian kalian, Kita sudah berada di Dusun Douce." Ujar Touka. "Onii chan!, lihat monster itu, imut sekali!" Maika menunjuk monster Coryn yang melompat kesana kemari. "Kayaknya enak kalo dimakan." Ujar shiro. "Makan saja dan kau akan diabetes, tuan pahlawan."

"Woi pedo! Berhenti memanggilku tuan pahlawan."

"Woi kakek rambut putih! Berhenti memanggilku Pedo!" 

"Teruslah berdebat sampai ajal menjemput." Umpat touka.

>5 Jam Kemudian

"Jadi ini yang dinamakan padang kelana, luas sekali ya, El Scaro terlihat jelas dari sini." Kagum Touka. "Kamu memang tidak pernah ke sini, touka-chan?" Tanya shiro. "Jangankan ke sini, ke dusun douce juga aku susah, karena Lahan bakar witeka sangatlah menjadi musuh bagi hidungku." Touka memasang wajah suram.

"Untungnya hidungku normal." Ujar ayato sambil memakai masker hitam dan memakai tudung jaketnya.

"Kau malah mirip maling, Pedo." Ejek shiro. "Akan ku curi batang peotmu itu, Kakek." Kesal Ayato. "Sudahlah, kalian bicara makin sini makin joroK." Touka angkat bicara. "yang penting, kita laksanakan dulu persyaratan masuk ke kota ini, orang luar yang ingin masuk harus mencoba membunuh monster Grylle itu." Jelas ayato. "lantas kenapa kau memakai masker begitu?" Tanya shiro.

"Ah, Ini sarung leher, Ini berguna supaya Mana ku terisi lebih cepat, lalu aku mengenakan tudung ini karena tudung ini bisa menyerap Mana yang berada di udara." Jelas Ayato. "Begitu, Seperti Mana Steal ya." Guman shiro. "Kita ke penjaga kota dulu." Ajak ayato.

"Touka-san, Ayato-san terlihat serius ya." Bisik maika."Ya, Karena tempat ini dekat dengan Neraka abadi, tempat yang menjadi musuhnya sampai saat ini." Jelas Touka. "memangnya apa yang terjadi disana?" tanya maika. "Stop maika, Jangan menggali terlalu dalam masa lalu pria." Ayato tersenyum, walaupun wajahnya tertutup masker namun bisa terlihat dari matanya.

"maaf."

Mereka berjalan menuju El scaro, kota faksi Resistle, dan kebanyakan dari Faksi Resistle itu adalah Ras Elf.

Omong-omong, Ada 4 Faksi di dunia ini, Faksi pertama adalah faksi Fixion, lalu ada faksi Straye, faksi Resistle, dan faksi Technisia.

Dan juga ada 4 Ras di dunia ini, Ada Ras Elf, Ras Cule, Ras Diel dan Ras Hume.

"Tunggu! Kelihatannya kalian bukan dari faksi Resistle, Sebutkan tujuan kalian memasuki kota ini!" Tegas seorang penjaga tua. "Kami dari kota sofya, kami diberi misi oleh Dewi pino sang Dewi kearifan untuk menyelidiki Calle Mort, namun, Hari sudah menjelang malam, kamu butuh istirahat dan kebetulan kami melewati kota ini." Jelas Ayato dengan wajah tegasnya.

'Si pedo ini, Tumben serius.' Batin shiro.

"Baiklah, tapi ada 1 persyaratan, yaitu kalian harus bisa membunuh monster Grylle yang berkeliaran dan sering mengganggu petualang, apa kalian sanggup?"Tanya penjaga itu. "Tentu, Jangan remehkan Faksi Straye"Ujar ayato dengan serius.

Note: Straye => petualang

Sring

Ayato mencabut katana adamantium nya. Mata pedangnya yang berwarna emas terlihat berkilauan.

Sring

Maika pun mencabut katana Kuwagumo nya.

Touka hanya mengeluarkan sayap air nya.

Shiro mencabut pedang kembarnya.

Mereka berjalan menuju padang kelana yang berada di depan kota El Scaro. Mereka berempat berlari menuju monster Machina Grylle yang tubuhnya puluhan kali lebih besar daripada Greg.

"Aku tak tau apa yang membuatmu jadi seserius ini, tapi, Mari kita putuskan kaki besi itu!" Shiro berputar di udara dengan kedua tangannya yang direntangkan.

SKILL : AIR SPINNING SLASH

Pusaran udara tajam terbentuk dan membuat goresan di tubuh bagian atas Grylle. Tak sempat membalas, kini Grylle langsung mendapatkan serangan kombinasi katana dari Maika dan Ayato.

Tap tap tap

Mereka berdua berlari beriringan dengan katana yang siap di tebaskan.

COMBO 1: TENRYU TENSEI! HASSO HAPPA

Ayato dan Maika berlari mengelilingi monster raksasa itu sambil terus menerus menebas dengan sekuat tenaga.

"Maika, Mari kita lakukan!"

"Ya!"

Entah dari mana, tiba tiba bertebaran ribuan hingga jutaan bunga sakura di sekeliling Grylle.

Sstt

Ssttt

Maika dan Ayato melesat menjauh.

Trak

Trak

Mereka memasukkan katana nya ke dalam sarung katana.

SRING

TRANG

SRING

SRING

SRING

Semakin lama bunga sakura yang bertebaran itu berputar dengan cepat hingga dapat menyayat zirah besi Grylle, Jutaan sayatan diterima Grylle, namun monster laba laba besi tetap tegar.

"Giliranku."

Ujar touka dengan santai sambil melayang di depan cahaya matahari, siapa pun yang melihatnya pasti akan menyangka itu adalah dewi yang turun dari langit.

SIHIR: LEDAKAN ES

Touka merapal mantra yang panjang untuk menciptakan sebuah ledakan. Namun Grylle juga mengumpulkan energi mana yang tersebar di udara untuk dilesatkan ke arah Touka.

"Takkan ku biarkan, Laba laba besi." Shiro melesat menuju meriam yang terdapat di punggung besar Grylle.

SKILL: PEDANG SONIC

Shiro melesat dengan cahaya merah yang mengikutinya.

TRANG!!

kedua pedang kembar milik shiro berhasil mematahkan meriam energi yang berada di punggung Grylle.

Shiro segera lari menjauh supaya tidak terkena ledakkan yang dimunculkan oleh touka.

"Meledaklah bersama meriam patahmu itu!" Touka mengarahkan Tongkat airnya menuju Grylle. Cahaya biru muncul di atas grylle.

WUUUSHHH!!

JDAAR!!

Ledakan dingin terjadi dan menghancurkan tubuh raksasa grylle.

"M-mulai sekarang a-aku takkan membuatnya kesal." Ujar shiro gementaran.

"Kerja bagus semuanya, Kita berhasil menaklukkan Monster mesin itu. Omong omong, sejak kapan kalian belajar combo?" Tanya shiro.

"1 hari sebelum kita menyelidiki kota hilang, maika memintaku untuk berlatih skill kombinasi ini." Jelas ayato. "Keren juga, kan maika, sudah kubilang kan? Kamu cocok dengan katana." Ujar shiro sambil mengelus rambut berwarna perak mengkilap maika. "Ya, Aku akan terus mempelajari skill katana ini." Ujar maika.

"Baiklah, Adegan kakak adiknya ditunda dulu, Sekarang kita kembali ke kota untuk melapor ke penjaga." Touka berbicara dengan nada tinggi. "Kenapa touka-chan? Kau cemburu?" Goda shiro.

"B-Bukannya aku cemburu, tapi.. Etto.. Tapi waktu kita tak lama! Matahari sudah tenggelam." Wajah touka memerah padam. "Memangnya kami incest?" Tanya maika dengan wajah datar.

Mereka berempat berjalan menuju Kota El scaro. Melapor dan memesan 2 Kamar.

"Ayato, Geser sedikit, bau tau!" Ujar shiro yang tidak mau berbagi tempat tidur. "Justru kamu yang geser, Tempatku sudah sempit, lalu aku tidak bau sedikitpun." Kesal ayato.

Tok tok tok (Anggap saja suara ketukan pintu)

"Tunggu." Shiro berjalan menuju pintu dan membuka nya. Terlihat seorang gadis yang tinggi nya itu cuma se dada di shiro. "Oh loli baba, ada apa?" Tanya shiro. "Jangan panggil aku seperti itu, shiro-kun." Kesal touka. "Yang mana? Loli? Baba?" goda shiro lagi. "K-E-D-U-A-N-Y-A!!" maika bicara dengan nada kesal. "Baiklah, touka-chan yang imut, ada apa?" Tanya shiro.

"Ikut aku, Aku ingin bicara denganmu." Ujar Touka. "Ungkapan cinta mendadak?" Tanya shiro. "HAH?! B-BUKAN ITU!!" Wajah touka lagi lagi di buat merah. "P-pokoknya ikuti aku." Touka menarik tangan shiro.

>El Scaro

>Dekat papan penjualan

Shiro bersandar di pembatas antara kota dan jurang. "Lalu, apa yang ingin kamu bicarakan?" Tanya shiro. "Jadi begini.. Anu.."

"Ayo ayo ayo.." Maika menyemangati dengan suara pelan di balik toko pakar padu.

"Jadi begitu, Aku mengerti kelebihan mata kananku ini, Aku bisa membaca pikiran orang. Kau.. Ingin mengatakan kalau kamu menyukaiku kan?" Tanya shiro. "AA?! m-mata pembawa masalah. I-iya begitulah.." Touka menundukkan wajahnya untuk menyembunyikan rona merah yang berada di kedua pipi nya itu.

"Touka-chan, Ini salah." Ujar shiro sambil tersenyum. Senyuman malu malu touka menghilang dari bibir kecil nan tipisnya itu. "Eh?"

"Seharusnya, Aku yang mengungkapkan nya duluan, bukan?" Tanya shiro. Mata Touka mulai berkaca kaca. "Itu.. Itu berarti.."

"Touka-chan, Aku menyukai mu."

Bersambung