Setelah Reta dan Aura bertemu, mereka memutuskan untuk pergi ke kantin kampus terlebih dahulu karena sedari tadi perut Reta sudah mulai berteriak-teriak minta diisi.
Mereka berdua memilih bangku yang tidak terlalu mencolok dan tidak terlalu ramai.
"Ra, lu mau makan apa?" tanya Reta
" Ga ah, gua minum aja dari tadi haus banget nungguin lo." jawab Aura.
"Yeee itu mah bukan gara-gara nungguin gue, tapi gara-gara lu cekikikan kagak jelas selama nungguin gue" balas Reta.
Aura hanya tersenyum geli mendengar penuturan sahabatnya itu, yang tak lama kemudian pergi untuk memesan makanan dan minuman.
Aura mengeluarkan kembali buku yg tadi d bacanya dan mulai tenggelam dalam cerita di buku tersebut.
Tanpa dia sadari ada sepasang mata yang sudah sedari tadi memperhatikannya dengan seksama dari sebelah mejanya.
Rava dan Kevin masuk ke kantin dan berjalan menghampiri Jake yang tanpa sadar sedang fokus memperhatikan gadis d pinggir mejanya.
"Woy!" teriak Kevin sambil menggebrak meja yang otomatis membuat Jake terperanjat kaget setengah mati.
" Apa-apaan sih lo Vin" bentaknya
" Kaget kan gua njiiirrr." lanjutnya yang tanpa sadar melirik kembali k gadis yang berada di meja sampingnya. Tapi gadis itu tidak bereaksi apa-apa seolah dia tidak mendengar suara yang ada di sekitarnya, dia terus saja tertunduk fokus pada bukunya sesekali terlihat tersenyum. Aah betapa indahnya pemandangan itu.
"Lah malah ngelamun lagi lu! Hey, cepet pesen makan sana, jangan ampe ya gua d omelin nyokap lagi gara-gara lo sakit kayak kemaren!"
"Lu aja lah Vin yang pesen, gua mager nih." jawab Jake.
" Ampun si kampret manja bener ya lo mentang-mentang adek! Padahal lahir cuma beda beberapa menit doank, manjanya kagak ketulungan!" ucap Kevin yang tetap saja pergi untuk memesan makanan walaupun sambil menggerutu.
Jake tersenyum geli melihat tingkah laku kakaknya yang walupun sering ngomel tapi tetap dengan tulus membantunya dalam segala hal. Dia tahu kalau saudara kembarnya itu sangat menyayanginya. Apalagi fisik Jake lebih lemah dibanding kakaknya Kevin, itu yang membuat Kevin dan kedua orangtuanya sangat memanjakannya tapi masih dalam batas yang wajar, tidak berlebihan.
" Lu tadi serius banget merhatiin sebelah, ada apa emang di situ?" tanya Rava tiba-tiba.
"Enggak, gua cuma liat sesuatu yang menarik aja" sahut Jake ringan.
Rava sebenarnya tahu kalau Jake sedang memperhatikan gadis itu, gadis yang sedari tadi ia perhatikan juga, gadis yang entah kenapa membuatnya tak bisa melepaskan pandangan k arah yang lain.
Padahal gadis itu tidak begitu cantik, masih banyak gadis yang lebih cantik dan seksi darinya di antara gadis-gadis yang mengejarnya. Tapi tidak ada satupun yang berkesan bahkan sampai membuatnya tertarik seperti ini.
Tak lama kemudian Reta datang membawa nampan berisi makanan dan minuman untuk dia dan Aura. Tapi begitu dilihatnya bahwa sahabatnya tengah asyik membaca buku, terlintas sedikit ide jahil d benaknya.
Dia meletakkan makanannya perlahan dan mengambil segelas es teh manis untuk Aura.
Dia menempelkan gelas es teh manis itu ke pipinya. Sontak saja Aura kaget dan berteriak
"Aaah dingin!" pekiknya
"Ish jail banget sih lu Ret" lanjutnya sambil mengusap pipinya yang dingin dan cemberut k arah Reta. Sahabatnya itu malah tertawa terbahak-bahak melihat raut wajah Aura yang sekarang ini sangat menggemaskan. Tak hanya Reta, tetapi para pemuda yang duduk di samping meja mereka pun ikut tertawa melihatnya. Sontak Aura tertunduk malu,
"Elu sih Ret, kan malu gue jadinya di ketawain orang" rengeknya.
"Elu jail banget sih Ret, kasian tuh temen lu." ucap Kevin yang sudah kembali ke mejanya.
" Hehehe, abis gue gemes banget kalo liat dia udah anteng sama bukunya ke' tadi." jawab Reta.
Kevin,Jake,dan Reta adalah teman dari SMA jadi mereka sudah akrab dan tidak canggung lagi jika sedang bersenda gurau seperti ini. Tanpa diduga Reta mengajak Kevin,Jake dan Rava untuk makan bersama di mejanya. Aura memandang Reta dengan tatapan tidak setuju tapi diabaikannya. Maka mereka bertiga pun pindah, ikut bergabung Raka, Kevin dan Reta duduk berjajar disebrangnya Jake dan Aura.
Sebenarnya Aura tidak terlalu suka duduk dengan orang asing, tapi karena mereka adalah teman-teman Reta, mau tak mau dia pasrah saja mengikuti keinginan temannya.
"Kamu ko g makan?!" tanya Jake sambil memandangi Aura.
"Hah? Umh, Oh itu... aku engga lapar!" jawabnya agak terkejut karena tidak menyangka orang yang duduk d sebelahnya akan bertanya kepadanya.
Rava yang duduk d sebrang mereka sesekali mencuri pandang dan memperhatikan keduanya. Entah kenapa dalam hatinya terasa sesuatu yang tak nyaman.
"Itu temen lo Ret? Namanya siapa?!" tanya Kevin.
"Iya sohib gue namanya Aura. Oh iya Ra ampe lupa gue, ini orang rese' namanya Kevin, yang duduk sebelah lo kembarannya yang kalem namanya Jake dan yang di ujung itu namanya Rava kalo g salah." Reta memperkenalkan teman-temannya kepada Aura.
"Sialan lu, ganteng gini di bilang rese'!" umpat Kevin.
"Diih kenyataan emang lu rese juga deh." jawab Reta tak perduli.
Aura tersenyum geli melihat Kevin dan Reta yang seperti kucing dan tikus. Senyumnya yang menawan tanpa sadar sudah menjadi magnet yang sangat kuat untuk Jake dan Rava. Mereka berdua tidak berkedip sedikitpun melihat Aura tersenyum.
Setelah menghabiskan makanan masing-masing mereka pun pergi bersama menuju parkiran.
" Reta, ko lu bisa kenal sma Aura? Kenal dimana? Perasaan waktu SMA gua g pernah liat dia, berarti dia g satu sekolah ama kita kan?" tanya Kevin.
Pertanyaan itu bukan hanya mewakili rasa penasarannya saja tapi juga rasa penasaran Jake dan Rava.
"Ish kepoan banget sih lu, kenapa emang lu pengen tau?! jawab Reta.
" Ya gua penasaran aja soalnya lu kan g terlalu bisa gaul ama anak cewek dari dulu. Jadi gua heran aja ko lu bisa akrab banget sama Aura?! lanjut Kevin.
" Itu sih terjadi secara alamiah. Gua cuma g sengaja ketemu, terus kenal, terus akrab deh ampe sekarang." jawab Reta acuh
" Lah elu mah serius dodol, gua nanya bener-bener juga malah jawab ngasal ke' gitu." timpal Kevin.
" Gua juga serius bambank! kalo d ceritain kejadian sebenernya bisa panjang banget ntar bukannya cerita, gue malah jadi bikin novel donk. Harry potter aja bisa kalah tebel dari novel gua." jawab Reta sambil tertawa.
Aura dan kedua pemuda lainnya hanya tertawa saja mendengar Kevin dan Reta yang sedari tadi terus berbicara tanpa henti.
Akhirnya mereka sampai k tempat dimana mobil mereka d parkir. Kevin dan Jake sudah tentu berada dalam mobil yang sama. Reta bersama dengan Aura, sedangkan Rava dia bersiap mengendarai motornya.
Rava segera pergi meninggalkan parkiran kampus menuju ke rumahnya. Tapi entah kenapa kali ini bayangan Aura masih saja tidak mau pergi dari benaknya.
"Ya ampun ko' gua bego sih" teriak Jake tiba-tiba sambil menepuk jidatnya yang membuat saudara kembarnya terkejut.
"Lo kenapa Jake?" tanya nya khawatir.
"G kenapa-kenapa ko', kayak ada yang ketinggalan" jawab Jake. Padahal dihatinya dia bergumam bego banget sih gue ga minta no hpnya Aura.
" Udah besok lagi aja, sekarang kita pulang dulu entar mami khawatir lagi kita belom pulang jam segini." lanjutnya.
Kevin pun tancap gas dan mengemudikan mobilnya meninggalkan area kampus.
Sementara itu, Reta agak sedikit aneh melihat sahabatnya termenung sepanjang jalan.
" Ra, elu kenapa deh bengong gitu?!" Gue jadi ngeri liatnya.
"Hah?! Enggak Ret gue cuma bingung aja" jawab Aura sekenanya.
" Bingung kenapa sih? Curhat donk sama gue." ucap Reta.
" Entar aja deh gue ceritanya kalo gue lagi pengen curhat." jawab Aura.
" Ya udah kalo gitu, tapi inget apa-apa tuh jangan dipendam sendiri ya Ra. Elu tau kan ada gue dan keluarga gue yang selalu dukung lodan sayang banget sama lo."
Aura mengangguk lembut, ia sangat bersyukur bisa bertemu dengan Reta dan keluarganya saat itu. Tapi dia melamun bukan karena ada masalah, melainkan karena dirinya sendiri. Dia heran kenapa dia bisa memikirkan pemuda tadi, padahal selama ini dia tidak pernah seperti itu terhadap pemuda manapun.
Aura menggeleng lembut berusaha melenyapkan semua fikirannya yang aneh tadi dan mulai mengalihkan pandangannya ke samping.