Chereads / Parallel dimensional explorer: becoming another future / Chapter 29 - Chapter 8 part 3/3 Hubungan yang tidak diinginkan.

Chapter 29 - Chapter 8 part 3/3 Hubungan yang tidak diinginkan.

Duar!!!..

Rentetan tembakan terdengar dari segala arah, kiri maupun kanan di terangi oleh kedipan-kedipan cahaya. Suara tembakan terdengar sejauh beberapa meter.

Mungkin karna malam hari membuat cahaya tembakan terlihat dari kegelapan. Sisi barat kota yang sepi kini ramai oleh pertempuran dari dua Organisasi misterius, mereka saling membalas tembakan dibarengi satu persatu personel mereka berjatuhan.

Lalu ledakan dasyat terjadi dari salah satu gedung menewaskan cukup banyak orang, asap ledakan membumbung tinggi ke atas awan yang akan terlihat apabila penduduk membuka jendela mereka dari pusat kota sekalipun.

Dari balik asap keluar satu Unit lapis baja Albion berwarna abu-abu gelap. Menerobos sangat cepat menyebabkan glombang angin kencang yang menghapus kabut tebal.

Unit lapis baja Albion memiliki semacam roda di kakinya, itu di fungsikan untuk bisa bermanufer di jalan raya kota meskipun didesain sedemikian rupa agar terlihat kuat sehinga bisa di angap kekuatan tempur, namun sebenarnya untuk pengunaan selama ini lebih seperti parade militer agar menanamkan rasa aman kepada para penduduk dari pada keperluan militer sesunguhnya.

Angkatan darat Kekaisaran tidak lebih dari simbol palsu kemiliteran atau sekedar tentara pengamanan masyarakat setara pihak kepolisian. Mereka tidak di beri kesempatan untuk menunjukan taring tumpulnya, tidak!, bahkan jika mereka bisa itu akan berakhir dengan tembakan meriam kapal luar Angkasa menusuk jauh ke isi kepala mereka.

Perang darat tidak lagi relevan, itu adalah kata yang tepat menurut militer Kekaisaran jika melihat sejarah 100 tahun terakhir.

Tetapi apa yang terjadi sekarang jelas-jelas pertempuran permukaan yang melibatkan satuan Infantri dan satuan Corps Lapis baja.

Unit lapis baja menerobos pertahanan musuh di antara gedung-gedung sambil menembaki mereka dengan brutal. Beton-beton keras hancur seketika layaknya batu bata yang dipukul dengan palu.

"Menganti Amunisi dengan peluru anti bungker.. Lakukan!! "

Senjata Albion abu-abu bersinar kemudian melemparkan benda kotak ke atas lalu jatuh ke tanah menyebabkan debu lontaran berhamburan ke segala arah.

"Tim Alpha,. Tim Beta, kelilingi garis pertahanan musuh. Jangan biarkan mereka kabur habisi mereka semua tanpa tersisa"

"Dimengerti komandan!!.. misi pemusnahan dilaksanakan"

Beberapa Tim dari arah lainya mulai bermunculan, semua serangan tembakan dan beberapa bom terfokus pas gedung terbengkalai dimana musuh kekaisaran membangun pertahanan.

Unit Albion menambaki di setiap pintu masuk, lalu regu Infantri mulai masuk melalui kabut-kabut yang masih belum memudar.

Darah-darah musuh berserakan di sekitar pintu masuk.

Rentetan tembakan terdengar dari setiap jendela kosong pada lantai satu, membuat suara bergema seakan meneriaki langit malam. cahaya kelap-kelip bermunculan setelah suara teriakan menghiasai pendengaran unit yang ada di luar.

Seorang komandan wanita di dalam Albion mendecakan lidahnya ketika mendengar suara tembakan yang masih belum berhenti.

"Cihk!! .. Terlalu lama"

Setelah beberapa waktu, kedipan cahaya dari layar hologram Albion muncul. Berkedip-kedip berwarna merah terang.

"Lapor komandan. Ini Regu pertama!! . Target telah menyerah.. Aku ulangi.. Target telah menyerah"

Setelah suara bising memenuhi kokpit. Wanita itu menekan tombol untuk mematikan laporan.

Unit Albion yang ada di sekitar lokasi, kini medekat lalu berkumpul tepat di depan pintu masuk bagunan. Membuat suatu barisan rapih pada kedua sisi sementara tepat di tengahnya unit yang di kendarai sang komandan mulai berlutut lalu kemudian di ikuti oleh unit lainya.

Asap-asap kecil di sebabkan tekanan angin cukup tinggi mulai keluar ketika palka depan beberapa Albion terbuka.

Seorang wanita berseragam militer keluar dari Albion di tengah. Setelah kaki wanita itu menyentuh tanah, dia langsung mengambil topi petugas lalu segera memasang di kepalanya.

Meletakan tangan kanan sejajar dengan pandangan kemudian menarik kencang sarung tangan kulit dan mengerakan jari-jari untuk membuatnya pas dengan pergelangan tangan. Angin berhembus membuat rambut panjang sang wanita berkibas seolah gelombang lautan pada malam hari.

Para pilot yang berbaris di sekitar comandan wanita memberi hormat. Salah seorang dari mereka yang masih mengenakan seragam pilot mendekat untuk melaporkan sesuatu.

"komandan. Regu Infantri membawa beberapa tawanan tersisa"

"Bawa mereka padaku"

"Baik"

Regu Infantri satu persatu keluar dari gedung sambil membawa tawanan dengan tangan di atas. Menodongkan senjata lalu membariskan para tawanan di depan komandan wanita itu.

Dia berjalan pelan menghampiri para tawanan. Namun ekspresi yang wanita itu pasang bukanlah ekspresi sewajarnya seorang atasan yang menerima kabar baik, tetapi ekspresi yang menunjukan kekecewaan.

"Siapa komandan Regu??"

Seorang pria yang tampaknya komandan Regu maju sambil memberi hormat.

"Sersan pertama, Loid Keruger siap memenuhi tugas"

Menutup mata sambil mengambil nafas pelan, kemudian wanita itu berkata dengan nada serius.

"Sersan Loid"

"Ya, komandan"

Wanita itu meletakan kedua tanganya di belakang, suara ketukan sepatu terdengar ketika dia mulai mendekat.

"Aku tahu anda bukan salah satu bawahanku. Tapi Meski begitu fakta bahwa atasan mengirim anda pada saya adalah satu hal yang harus anda sadari"

Wanita menurunkan sedikit bahunya sambil mengelengkan kepala dengan sorot mata menyeramkan.

"Bukankah begitu sersan?"

"Ya, saya mengerti"

Menaikan bahu, kemudian kembali kesikapnya semula.

"Bagus. dan sekarang aku ingin bertanya, apakah anda mendengar printah saya"

Sersan itu menghentakan kakinya, kemudian menjawab.

"Mengenai pemusnahan, saya rasa alangkah lebih baik bila kita menangkap mereka terlebih dahulu untuk mengali informasi"

Ketika wanita mendengar perkataan sersan, dia langsung menunjukan senyum manis, semanis madu yang diminum seseorang selama satu minggu.

"Ada sekawanan pengerat membuat sarang di kota, mereka bisa saja mencuri makanan kita atau bahkan menyebar semacam penyakit menular, itu tentu cukup merepotkan bukan??. Dan Para atasan membayar kita untuk menghabisi mereka, bukan... Malah.. Menangkapnya.. Mengerti sersan?"

Ketika kalimat terakhir selesai di ucapkan. Tangan si wanita mengambil pistol dari sakunya lalu mengarahkan ke arah kepala salah seorang tawanan.

Pelatuk di tekan.

DORR!!

DORRR!!

Tawanan itu terjatuh seketika, kemudian dari kepalanya muncul bercak merah. Layaknya genangan air di lantai, warna merah terus menyebar semakin cepat.

Wanita itu menjatuhkan tangannya untuk kemudian menyerahkan pistol yang masih berasap ke tangan Sersan Loid.

"Sekarang lakukan tugas anda. jika anda memang tidak mau di panggil pengadilan militer nantinya"

Mengambil pistol untuk kemudian mengarahkan ke arah tawanan. Sersan menunjukan suasana seperti dia mengerti apa yang dia lakukan, itu bukan masalah sepele jika menyakut pengadilan militer nantinya.

Dengan isarat tangan, sersan memerintahkan bawahanya agar siap menembak.

Wanita itu melangkah kembali ke unitnya. Namun sekumpulan orang yang baru sampai mendekat kearahnya. Orang-orang itu memakai seragam berbeda menandakan bahwa mereka berasal dari angkatan yang lain.

Sang komandan wanita melihatnya. Seseorang yang sepertinya dia kenal ada di antara mereka.

"Unit pembersihan, kah? "

Pemimpin unit itu mendekat lalu menyapa.

"Seperti yang diharapkan dari Mayor Tia, kerjamu sangat bagus"

Tia melihat Pria itu dengan tatapan merendahkan. Tatapan seperti melihat rekan bisnis yang dengan tega menyerahkan tumpukan kertas laporan ke meja kerjanya disaat Tia berencana untuk menikmati hari libur akhir tahun.

Tidak ada yang menjengkelkan lebih dari itu, untuk orang yang sangat bekerja keras.

"Sebenarnya Apa yang di lakukan Departement Intelejen, bagimana bisa kalian membiarkan tikus-tikus berkeliaran. Haruskah petugas pembersihan lokal mengurusnya?"

"Hmm.. Ya, Staf di atas akhir-akhir ini kerepotan.. Mengingat seberapa terampil buruan kami, tidak sulit untuk menebak wajah seperti apa yang mereka pasang sekarang"

Kemiliteran lokal yang biasaanya menjaga ketertiban regional untuk waktu lama. Menjadikan militer Kekaisaran sangat pandai dalam mengurus pengamanan, Administrasi, nama baik militer, serta hal lainya yang berkaitan dengan kepentingan internal publik. Namun fakta yang mereka hadapi sekarang, seperti memukul tembok dengan kepalan tangan untuk melihat ancaman apa yang mengintai di luar.

Maka hasilnya sudah jelas. Keputusan yang akan membuka mata mereka untuk menghadapi ancaman di depan mata. Hampir Sebagian perwira militer cerdik yang mencium kejangalan, setidaknya bisa menebak tindakan apa yang akan di lakukan atasan mereka di situasi saat ini.

"Berapa lama pembentukan unit Counter Intelejen. Bisakah itu segera di selesaikan?"

Meletakan tangan di saku, sambil mengambil nafas. Kemudian pria itu menjawab.

"Untuk saat ini masih dalam tahap pengumpulan data.. Jadi aku tidak tahu pasti kapan tahap perancangan Studi Personel dimulai"

Tia mulai kecewa, dia mendecakan lidahnya penuh kekesalan.

"Pemusnahan para hama, hanya bisa menguntungkan dalam batas tertentu. Jika kita tidak memahami cara mereka menyusup, usaha kita akan percuma"

Tia kemudian menoleh ke Sersan Loid lalu mengagukan kepalanya.

Pembicaraan malam hari oleh kedua perwira, diakhiri dengan suara tembakan dari unit Sersan Loid ketika menembaki para tawanan.