Chereads / Parallel dimensional explorer: becoming another future / Chapter 35 - Chapter 10 Part 4/4 Oprasi Tangan Besi

Chapter 35 - Chapter 10 Part 4/4 Oprasi Tangan Besi

"Chk!! Tikus sialan!"

Tia mendecak kesal melihat bagaimana musuh menghindari serangan bertubi-tubi. Bahkan dengan bantuan Drone di atas langit masih belum bisa mengimbangi mobilitas lapis baja musuh.

Tia terus mengejar satu unit yang tersisa, bersama dengan bawahannya. Dia terus mendorong musuh agar menjauh dari pemukiman.

Proyektil terus di tembakan, setiap kali Tia menembak, musuh selalu berlindung di balik gedung. Jika serangan mengenai target, itu belum cukup untuk menembus baja.

Terlihat jelas bagaimana pola baja miring memiliki peran untuk mengurangi dampak penetrasi. Itu juga berlaku untuk tangan Albion.

Albion Tia mengulurkan tanganya dengan posisi miring, sehinga peluru yang di arahkan tepat di kepala atau dada dapat terpental ke arah samping. Itu membentur tembok lalu menyebabkan peluru menempel tepat di beton bagunan.

Jika seseorang melihatnya dengan jelas, maka akan mirip dengan ketika paku di hantam ke atas kayu rapuh. Membuat retak dan batu kecil berjatuhan.

Bagaimanapun juga, memperhitungkan letak pilot di bagian dada serta layar kamera besar di bagian kepala menjadikannya titik vital utama unit lapis baja. Jelas kedua belah pihak menghindari hal itu.

"Gigih sekali, semua rekanmu telah di habisi. Menyerahlah dan mati di tanganku."

Setelah dia merengek di depan layar, Tia menekan banyak sekali tombol di samping dengan kecepatan tinggi.

"Drone protokol tahap 13, code : serangan terkordinasi. Di terapkan!"

Unit Drone di atas langit melayang ke arah Tia. Code yang Tia kirim merupakan suatu pola serangan standar tahap 13 unit lapis baja kekaisaran. dimana ketika Drone tempur mendeteksi gelombang kusus dari unit lapis baja sekutu, kemudian mengikuti pergerakan mereka dan menembak ke arah pola pergerakan target ketika itu menghindari tembakan dari unit Albion.

Menekan musuh dari depan untuk memicu serangan. Ini adalah serangan yang bisa di katakan semi-manual. Ketika Albion menembak ke titik A maka Drone akan menembak ke titik B dekat dengan titik A secara bersamaan.

Layaknya dua unit yang menyatu menjadi satu, dimana ketika satu pihak mengerakan tangan, pihak lainpun akan mengerakan tangan.

Tia melepaskan tembakan ke arah musuh, sehinga musuh menghindar namun mencoba membalasnya kembali. Saat musuh menembak, Unit Drone di dekat Tia mengenai target dan membuat semacam goresan kecil di lengan musuh.

"Bagus, sekarang kawan-kawan. Kepung musuh dan ratakan menjadi abu."

Gelombang angin kencang menerbangkan debu, serta suara mesin berat mulai mengaung dan udara-udara samar akibat suhu panas mulai terlihat. Tiga bawahan Tia mulai maju mendekati target.

"Sersan!! Ledakan sampah itu!"

Rentetan tembakan terkordinasi langsung diarahkan. Dengan tingkat presisi yang tinggi membuat target tidak bisa menghindari serangan, ledakan kecil akibat penetrasi mengakibatkan lengan lapis baja menerbangkan potongan baja ke udara.

Tetapi itu hanyalah armor bagian luar, sementara bawahan Tia terus menembak. Target mendekat ke arah salah satu unit berupaya untuk masuk ke arena bertarung jarak dekat.

Dengan gerakan gesit, musuh meraih salah satu bawahan Tia. Meriam di tembakan tepat ke area dada membuat lapis baja Albion meledak dan menciptakan asap hitam.

"Sersan!!!"

Kesenjagan persenjataan terlihat jelas dari hasil pertempuran. unit kekaisaran sejak awal mengagap musuh hanyalah pasukan infanteri biasa tanpa mempertimbangkan kemungkinan adanya senjata rahasia berupa unit lapis baja.

Dengan asumsi musuh adalah unit infanteri yang pandai bersembunyi dari sela gedung, membuat Tia dan mungkin perwira kebanyakan melihatnya dengan cara yang sama. alih-alih senjata berat yang di kususkan untuk menembus baja, unit Tia hanya mempersiapkan senjata ringan Anti-infanteri.

Itu semua karna senjata yang di kususkan pada kecepatan dan daya tembak penembus baja, tidaklah cocok untuk digunakan pada musuh yang kabur melalui lorong sempit.

Salah satu bawahan Tia dihancurkan, dua yang tersisa breaksi dengan menembaki target. Namun seperti yang sebelumnya, jika rentetan tembakan tidak terkonsenterasi, itu hanya akan membuat armor lapis baja musuh lepas tanpa benar-benar menghancurkan bagian dalam.

Percikan api dan suara bising logam bertabrakan terdengar sangat keras.

Tangan mekanik musuh mengapai senjata bawahan Tia kemudian mengarahkannya ke atas langit. suara tembakan yang bergemuru meneriaki udara.

Tanah seakan bergetar ketika itu terus ditembakan tanpa henti. Tangan mekanik Albion terus di tekan oleh musuh ke arah samping menuju unit lain yang saat ini kehabisan amunisi. Bawahan Tia yang lain tak sempat menghindar dan malah terkena serangan.

Ribuan peluru menusuk jauh lapisan baja, tepat mengenai bagian dada lalu percikan merah mulai menembus dan menyebabkan ledakan.

DUARRR!!!

Api merah setelah ledakan membumbung tinggi ke angkasa.

"Sialan!! Cepat, Pergi dari sana!"

Tia berteriak dari kokpit untuk memerintahkan bawahannya yang tersisa agar segera melarikan diri.

Roda Albion Tia mulai berputar, dia maju dengan kecepatan tinggi ke arah target.

Hantaman keras Albion saat menerjang musuh mengunakan bahu mekanik, membuat kedua robot terpental. Sementara satu-satunya bawahan Tia terdorong lalu menghantam gedung, Tia mengepalkan tangan mekanik dan mulai menuju musuh.

Pukulan keras pada bagian dada dan kepala memercikan cahaya api.

Tetapi musuh sepertinya mempunyai keterampilan pilot yang tidak bisa di remehkan, sebagai serangan balik, pukulan keras menghujani lengan mekanik Albion yang secara reflek mencoba untuk menahan serangan.

Tia menekan palatuk senjata lalu menembak, tembakan mengenai target pada bagian lengan kiri sehinga rentatan tebakan menembus dan membelahnya pada bagian lengan, namun musuh mencoba meminimalisir dampak kerusakan dengan mencengram senjata kemudian mengarahkan ke bawah secara vertikal.

DARRR!! DARR!!

Trus menembak dan terus menembak, sampai akhirnya amunisi terakhir mencapai tanah.

Kotak amunisi senjata Albion jatuh ke tanah, dibarengi kotak battrei pada bagian pangkal melontar ke udara.

Dalam waktu relatif singkat, palka Albion terbuka lalu suara hantaman sepatu militer mengenai logam padat.

Tia keluar dari kokpit kemudian meraih kotak battrei saat itu melayang di udara, pergelangan Tia akhirnya mencapai kotak yang ukurannya sepanjang satu meter.

Sarung tangan kulit ketika meremas baja membuat suara decitan halus, sambil membawa kotak, Tia melompat ke arah target bertujuan untuk menusukan kotak battrei ke bagian lengan putus yang masih memercikan listrik dari kabel besar.

"Akan aku akhiri!!"

Kotak battrei menancap ke lengan musuh. Cahaya listrik bertegangan tinggi mulai memunculkan petir-petir kecil pada kotak.

Tangan Tia melepaskan pengangan kemudian melompat ke udara dan mendarat ke atas tanah.

Cahaya biru terang akibat sinar listrik membuat Tia harus menutup mata dengan lengan. Kotak besar yang Tia tingalkan, kini sedikit mengelembung pada bagian unjung.

Kapasitas penyimpanan sepertinya melebihi batas, masalah terbesarnya adalah kotak battrei di desain untuk menyerap energi listrik ketika tegangan dialirkan pada bagian input.

Kaki Tia mencoba berlari dari bencana yang akan datang. Dari belakangnya sinar cahaya biru mulai menjadi merah, ledakan besar terjadi dan melahap kedua badan lapis baja.

Gelombang kejut akibat ledakan sangat besar sehinga Tia yang belum terlalu jauh terdorong beberapa meter, menghantam tanah dan mulai berguling kemudian menghantam tembok kaca.

Bercak darah keluar dari mulut Tia, lalu matanya mulai tertutup.

Serpihan kaca melukai pipinya seperti sayatan pisau. Itu terus mengalirkan sedikit darah sampai mencapai leher.

Jika saja dia bangun, maka masalah yang akan menantinya hanyalah tubuh kaku yang tidak bisa di gerakan untuk beberapa waktu.

############

Malam hari setelah keributan di kota.

Seorang laki-laki penuh darah bersandar ke tembok sambil menatap ke arah langit.

Dia memiliki bulu halus di sekitar dagu yang sangat mencolok. orang itu terlihat seperti seorang pria berumur 36 tahun, namun dengan mata hitam seperti ikan mati.

Dia membuka mulutnya mencoba untuk terus bernapas, seakan-akan jika saja satu nafas tidak dia ambil maka akan berarti kematian.

Tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakan dan hanya bisa pasrah pada nasib di depan mata.

Mata kiri tertutup akibat darah yang mengalir dari bagian kepala. Kini tugas terakirnya hanyalah mati akibat dinginnya malam, tapi tubuh yang kebal akibat hawa dingin membuatnya harus menerima rasa sakit lebih lama lagi.

Meletakan tangan ke leher, mungkin salah satu pilihan. Tangan yang sama sekali tidak bisa digerakan, adalah suatu berita buruk untuk hidupnya.

Laki-laki itu membuka mulut mencoba menghabiskan waktu untuk akhir hidupnya.

"Kekaisaran, pada awalnya memang ini tugas bunuh diri. Tapi aku tidak menyangka akan secepat ini."

Orang ini tahu bawah dirinya hanyalah pion yang bisa di korbankan kapan saja. Oleh karna itu setidaknya untuk menenangkan diri dari kebahagiannya yang sedikit, dia harus mengungkapkan apa yang ada di isi kepala terdalamnya. Tidak ada orang yang mendengar, sejak awal bukanlah masalah.

Namun, ketika orang itu mulai berbicara—

Suara langkah kaki seorang pria mengangunya. Pria itu mendekat lalu mulai berjongkok, mata mereka bertemu satu sama lain.

Kemudian, sang pria mangambil nafas lalu berkata dengan nada agak datar. Tetapi sesuatu yang terpikiran lelaki itu ketika melihat wajah si pria, hanyalah perasaan penuh tanda tanya.

"Aku tidak pernah berfikir bahwa kalian akan di habisi dengan sangat cepat. Ini akan menambah pekerjaanku lebih dari sebelumnya, cukup lama aku bergantung pada kalian."

Pria itu mengatakan sesuatu yang tidak bisa dimengerti sama sekali.

Dia terlihat seperti seorang pria yang melihat surat pengunduraan diri dari rekan kerjanya selama ini, rekan kerja yang sudah bersama menjalani pahitnya kehidupan dan pusingnya masalah, sampai pada akhirnya semacam ikatan kebersamaan tercipta dari pengalaman mereka berdua. Meski di satu sisi kemungkinan itu sangat tidak masuk akal, tapi ekspresi empatinya tidak bisa ditutupi.

Oleh karna itu, dia bertanya.

"Apa yang kau bicarakan?"

"Tidak ada, Aku hanya ingin berterima kasih padamu karna telah membantuku sejauh ini. ya, meski kau tidak sebaik kelompok intelijen satunya, tapi kau sangat berguna. Sayang sekali pihak kekaisaran lebih cerdik dari yang terakhir kali."

"Intelijen satunya? Pihak kekaisaran? Aku tidak mengerti apapun yang kau katakan."

Pria itu menutup matanya sesaat kemudian berdiri.

Matanya menatap ke arah bawah, tepat melihat bercak darah memenuhi leher sang lelaki. Ekspresi wajahnya berubah, kini dia terlihat memandang dengan wajah datar, seakan melihat realita berbeda dari yang pernah dia lihat beberapa detik yang lalu.

Pria ini jelas, memperbaiki pikirannya agar sesuai dengan kondisi dia saat ini.

Saat mata sang lelaki memperhatikan wajah si Pria, dia mendapati mulutnya mulai terbuka lalu mencoba menjawab pertanyaan yang sempat tertunda.

"Huff.. Kau tidak harus tahu apa yang sebenarnya terjadi di belakangmu."