Chereads / Parallel dimensional explorer: becoming another future / Chapter 18 - Chapter 5 part 4/6 Duel

Chapter 18 - Chapter 5 part 4/6 Duel

Siang hari, sehari setelah percobaan pembunuhan Anastasya.

Media kota diisi oleh berita-berita yang membahas insiden tadi malam.

Memakan banyak sekali korban jiwa.

Beberapa di antaranya warga sipil, namun sebagian besar korban hanyalah pihak-pihak yang terlibat.

Korban dikalangan warga sipil sangatlah minim, membuat beberapa pihak tidak percaya, mengingat semasif apa baku tembak atas insiden tersebut.

Teori konspirasi pun bermunculan di kalangan masyarakat.

Untuk menghindari hal-hal meresahkan kedepannya, pihak militerpun berbicara.

Militer menjelaskan ke media bahwa insiden itu adalah perang antar geng mafia yang secara kebetulan terjadi di distrik ini.

Tentu saja keterangan tersebut tidak semata-mata langsung di percaya oleh umum, tapi setidaknya itu bisa mengurangi ya.

Beberapa reporter bodo mencoba menguak kebenaran ketika konferensi pers di adakan.

Namun segera setelah konferensi pers itu selesai.

Orang-orang yang berkumpul setelah acara membicarakan tentang seorang reporter di bawa oleh mobil hitam secara paksa.

Hal itu memberikan semacam tekanan tak terlukiskan di wajah para reporter lainnya.

Tak ada yang tau secara pasti insiden sebenarnya.

Kesaksian dari saksi mata seakan kurang diperjelas dari sumber berita yang di ketahui publik.

Di tumbuh personel militerpun sama.

Hanya sedikit orang yang tahu kisah sebenarnya.

Meski banyak sekali keanehan akan tetapi Siapapun di militer tahu, bahwa hal itu tidak boleh mereka sentuh sedikitpun, karna itu urusan para perwira.

Termasuk di antaranya orang-orang yang saat ini berada di ring tinju markas militer.

Duduk di atas kumpulan personel militer adalah seorang pria bernama Ferdinand.

Ferdinand sedang memegang tabel di tangannya.

"Kebohonganya sangat konyol, apa mereka tidak bisa mengarang suatu cerita".

Membuka-buka dan mencari berita.

Dia adalah seorang pria besar, dengan tinggi sekitar 180, penuh dengan otot-otot mencolok di perut dan tangannya, penampilannya seperti seorang binaragawan, namun Ferdinand adalah seorang tentara yang sudah lama mengabdi di militer Federasi.

Karna beberapa alasan Sekitar satu minggu yang lalu dia dipindahkan kemari.

Duduk dengan santai di atas belasan tentara terbaring, ekspresi ya tampak tampak tidak puas.

"kalian terlalu lemah untukku, coba lihat kerigatkupun belum bercucuran".

Memegang kepala dari seseorang yang babak belur lalu mulai mendekatkan wajahnya.

Pria itu mengumumkan sesuatu.

"Arrrrk... Apu...n....i".

"Aku tidak dengar, kau ini bicara apa".

Jengkel dengan pembicaraan tidak jelas, Ferdinand membenturkan kepala pria itu kelantai.

"Kurang ini masih kurang".

Banyak rumor beredar tentang Ferdinand di tempat dia ditugaskan dulu.

Dan semuanya berisi rumor buruk.

Bila seseorang mencari tahu lalu bertanya pada salah seorang rekannya dulu, maka sudah pasti dia akan menjawab "pria itu adalah bajingan di antara para bajingan".

Salah satu alasan kenapa Ferdinand tidak di berikan hukuman berat adalah karna keluarganya punya koneksi ke eksekutif tinggi Federasi.

Para atasannya dulu sering kali tutup mata dari masalah yang Ferdinand timbulkan, sembari secara diam-diam mengirim pesan ke saudaranya Alex, pesan-pesan yang secara tersirat mengatakan "Uruslah adikmu sendiri jangan libatkan kami", di setiap kali Ferdinand di tugaskan atasannya selalu mengeluh ke sekretaris Alex karna telah merekomendasikan pria bermasalah ketempatnya.

Tidak akan berlebihan bila menyebutkan bahwa semua hal yang mendeskripsikan bajingan, akan ada dalam diri Ferdinand.

Ferdinand berdiri, berjalan kedepan sembaring melihat keatas, dia kemudian meregangkan otot-ototnya.

Melihat kebawah ke orang-orang kesakitan.

Beberapa dari mereka meminta ampun lalu yang laen hanya berbaring tak sadarkan diri.

"Kalian menyedihkan".

Ferdinand melihatnya dengan mata hina.

(Orang lemah, memang selalu tertindas, tidak sepertiku yang jauh di atas kalian).

Menindas orang lain hanya untuk berwenang-senang, itu alasan kenapa Ferdinand melatih otot serta kemampuan beladirinya.

(walaupun begitu, tidak bisakah setidaknya aku memperoleh pertandingan yang terhormat).

Kemampuan bela diri Ferdinand bukanlah main-main, dia kuat, tapi meski begitu sekalipun tidak demikian pengaruh keluarganya akan selalu memberikan keunggulan untuk Ferdinand.

Oleh karna itu setiap Ferdinand bertengkar dengan seseorang atau sekelompok orang, Ferdinand lebih memilih tidak menggunakan pengaruh keluarganya, karna dia tahu itu tidak di perlukan.

"oke, baiklah, mungkin malam ini aku bisa bersenang-senang dengan seseorang, tapi siapa itu".

Berjonkok keorang di bawahnya yang tengah terbaring, lalu memegang rambutnya dengan kasar.

Mukanya penuh dengan luka Lebam.

(tidak, tidak, menjadikannya samsak tinju itu membosankan).

Keduanya saling menatap satu sama lain.

Selang waktu beberapa saat Ferdinand bertanya pada pria itu.

"hei, kau, apa kau punya kekasih atau adik perempuan, siapapun terserah mau itu keluargaku, kerabat atau kenalanmu, asalkan dia wanita cantik bisakah kenalan aku padanya?".

Pria itu mengelengkan kepala.

Siapapun akan melakukan hal sama bila ditanya seperti itu oleh bajingan Ferdinand.

Karna dia tau apa yang terjadi bila menurutinya.

Melihat jawaban itu mood Ferdinand semakin memburuk.

"Pembohong".

Lalu Ferdinand meraih salah satu tangan pria itu.

Serta tangan satunya meraih jari telunjuk.

Kemudian.

"ARKHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!!"

Pria itu berteriak kesakita, meronta-ronta meminta ampun.

Perlahan tapi pasti jari telunjuk pria itu menempel di punggung tangannya.

"hehehehe, kekeke"

Cekikikan sambil tersenyum.

Senyum lebar Ferdinand mengerikan untuk dilihat seakan-akan merobek pipinya.

Semakin lebar dan semakin lebar.

Pria yang kesakitan itu kemudian berhenti berteriak, menyadari apa yang akan Ferdinand lakukan setelahnya.

"Berikutnya mata".

######## ## ###

Anastasya berjalan terburu-buru bersama 5 pengawal pribadinya.

Menyelusuri lorong setelah keluar dari ruang komandan.

Wajahnya serius.

"Si mantan Marquess bodoh itu, berani-berani ya dia".

"Apa menurut nona dia dalang dari kejadian tadi malam?".

Werner bertanya.

Anastasya sekitika berhenti.

Kemudian dia berfikir sejenak.

Beberapa saat kemudian.

Ketika kesimpulan sudah di dapat, Anastasya menjawab.

"Tentu saja bukan dia, sebodoh-bodohnya Marquess itu, dia tidak cukup Bodoh untuk menyerang di Distrik Federasi Pimpinannya sendiri, jelas orang lain".

Anastasya yakin akan pendapatnya.

Tapi yang bikin dia kesal itu adalah tindakan komandan distrik yang tidak bisa memastikan keamanan perwakilan Federasi yaitu Anastasya sendiri.

(Seharusnya dia tahu betul, kalo sampai perwakilan Federasi terbunuh di distriknya sendiri akan menjadi masalah besar nantinya, dan yang paling menjengkelkan itu akan menghambat pengiriman senjata ke garis depan nanti).

Di samping alasan pribadi, alasan lainnya itu adalah rasa tanggung jawabnya untuk memastikan berjalannya poin-poin penting di barisan belakang.

Perasaan yang seakan-akan menginjak-injak rasa tangung jawabnya oleh orang-orang pemalas di garis belakang membuat nadinya berdenyut.

Kesal dan ingin membalas dendam.

(Setidaknya aku sudah memberi dia beberapa pelajaran sebelum aku kembali, bukan, ya kuharap kau semakin bekerja keras mulai sekarang, fufuf).

Dengan senyuman kecil Anastasya kembali berjalan menuju ke lift di depannya.

Pengawalnya mengikuti.

Begitu pula dengan werner tetapi berbeda dengan yang lain, werner fokus pada table di tangannya.

Dia tengah menyelidiki sesuatu.

"Berdasarkan infestigasi yang kami lakukan, ada beberapa penarikan sejumlah uang cukup besar tepat sebelum insiden terjadi, aku pikir mungkin nina tertarik".

"Coba kulihat".

Anastasya mengambil table dari Werner lalu kemudian membacanya.

Sambil berjalan kedalam lift.

Ketika lift sudah di tutup oleh bawahannya, Anastasya pun berbicara.

"Bukan dia, bukan dia, bukan dia, bukan dia, dan tentu saja bukan dia"mengatakan itu sambil menggeser-geser daftar orang.

Menyerahkan kembali table itu warner, kemudian Anastasya menyilangkan tangannya.

"Tolong pikirkan sekali lagi nona, terutama untuk tiga orang teratas ini,terutama pemuda ini yang secara kebetulan mengambil uang tunai di bank yang berada sangat dekat dengan restoran yang kita tempat kala itu, bukan kah ini mencurigakan".

"Meski begitu, jumlahnya terlalu sedikit untuk mengerjakan orang sebanyak itu meski hanya uang muka".

".... Benar juga".

" satu hal lagi, jelas insiden itu direncanakan matang-matang, walaupun itu jelas menimbulkan begitu banyak kebisingan di tengah kota namun saksi mata sangat minim dan korban jiwa masyarakat sipil sedikit membuktikan bahwa dalang di balik ini sangatlah terampil, aku tidak akan terkejut bila itu sebuah organisasi international".

"saya juga berfikir begitu, sebenarnya orang-orang itu tidak cukup terampil namun penempatan dan waktunya sangat sempurna, seakan-akan kami di giring ke satu tempat, ketika saya dan nona berada di gang-gang sempit itu musuh hanya memberikan satu jalan kabur bagi kita, tidak ada pihak selain mengikutinya, sungguh perencana di balik insiden itu seperti punya semacam mata di angkasa".

(Bagaimana dia bisa memuji-muji musuh sesantai itu, sementara tuannya baru selamat dari bahaya, orang ini benar-benar membuatku jengkel).

Anastasya mendecakan lidahnya.

"jadi kau ingin mengatakan bahwa insiden itu punya semacam hubungan dengan pejabat Republik ini?".

Werner terkejut atas jawaban Anastasya.

"Tidak nona, saya tidak bermaksud demikian".

Anastasya juga tahu bahwa itu tidak mungkin.

Tidak ada untungnya sama sekali bagi orang-orang Republik mengincar nyawa utusan Federasi dan malah itu akan sangat merugikan.

Dalam kemungkinan terburuk Federasi bisa saja mencabut segala bentuk dukungan untuk Republik lalu mengambil sikap bermusuhan kalo-kalo di curiga itu terjadi.

(maka dari itu berentilah memujinya, tidak kah kau mengerti perasaan tuanmu ini).

Anastasya sarkas terhadap werner untuk melampiaskan kekesalannya karna pengalaman buruk tadi malam.

(ngomong-ngomong soal orang-orang tidak kompeten ini, bukankah setengah dari mereka di musnahkan dan yang bisa bergerak hanya 20 orang, meski begitu mengapa orang ini hanya menderita goresan, apakah tadi malam ketika dia meninggalkanku untuk bisa kabur dari bahaya seorang diri?, aku bersumpah akan membunuhnya sendiri kalo itu yang sebenarnya dia pikirkan).

Kalo seseorang tahu bahwa orang yang ada di dekatnya di incar, maka itu seperti memasang badan di dekat umpan segar, orang yang tidak punya kesetiaan pasti akan memikirkan semacam cara untuk menghindari kondisi itu.

(Kalo saja pengawal berkualitas seperti yang dimiliki kakak, mungkin kejadian tadi malam tidak akan pernah terjadi).

Sambil memikirkannya dalam-dalam Anastasya mengingat sesuatu.

(berbicara tentang orang berkualitas, bukankah ada satu orang).

Anastasya bertanya pada werner.

"oh, ya, bagaimana tentang pria tadi malam, sudah kah kau menemukannya?".

Sebelum Werner menjawab, pintu lift terbuka dan segera setelah mereka berjalan keluar.

Menelusuri lorong yang cukup luas.

Pada saat itulah Werner menjawab.

"Berdasarkan ciri fisik yang nona katakan, kami belum menemukan apapun".

Werner menjawabnya dengan ragu-ragu.

Anastasya kesal atas jawaban Werner.

"Apaaaah!!!!".

(bahkan untuk hal-hal sekecil ini, bagaimana dia setidak berguna ini, aku bahkan belum sempat menanyakan nama pria tadi malam).

Wajah kesalnya benar-benar menurunkan kecantikan Anastasya, walaupun begitu masih tetap tak tertandingi di tempat ini.

Dengan nada tinggi dia mulai marah-marah.

"Aku kan sudah bilang padamu, dia itu tinggi dan sangat tampan, bagaimana kau bisa tidak menemukannya, jadikan dia preoritas pertama untuk di cari!!!".

Wajah Werner dan para pengawal lainnya sangat sulit untuk di katakan, namun itu jelas ekspresi kebingungan, kebingungan karna tidak tahu harus menjawab apa.

Sebagai ketua pengawal Anastasya, dia mengorbankan dirinya untuk para bawahan yang memiliki sorot mata memaksa Werner.

"Baik nona, namun sebelum itu bisakah nona medekripsikannya lebih spesifik lagi?".

"Aku sudah medekripsikannya dengan sangat jelas, kau saja yang bodoh".

Anastasya kehilangan ketenangan ketika membahas pria penyelamat hidupnya.

Sosok Putri yang anggun dan berwibawa dengan intelektualitas luar biasa pada umurnya sekarang, seakan-akan tersegel oleh sesuatu.

Bagaimanapun juga dia hanyalah remaja 17 tahun.

Ada kalanya untuk beberapa saat emosinya tak terkendali.

"kalo kau melihat bekas pertempuran tadi malam, kemungkinan bahwa dia tentara sangatlah tinggi, lalu kenapa kau tidak memeriksaanya lebih teliti lagi!!!".

"betul nona, tetapi tim kami kesulitan untuk mencocokan informasi yang anda berikan dengan data dari markas".

"Apa kau ingin mengatakan padaku, kalo aku harus mencarinya sendiri, begitu tidak sopan ya dirimu kepada bangsawan sepertiku, bila kau tidak menemukannya dalam satu hari akan kupastikan ketika pulang nanti kepalamu akan di panjang tepat dipintu masuk kuburan, ingat baik-baik".

Para pengawal membeku mendengarnya, itu tidak terdengar bercanda dan meski itu bercanda sama sekali tidak lucu.

Werner menunduk sambil keringat dingin mengucuri tubuhnya.

"Baik nona akan segera kulaksanakan, Tolong beri saya satu kesempatan lagi".

"bagus, aku nantikan kabar manis darimu".

Segera setelah itu Werner berpisah pada persimpangan lorong berikutnya.

Kini hanya tersisa 4 pengawal di dekat Anastasya.

Beberapa saat terlewati.

Dengan amarah yang belum mereda.

Anastasya dan yang lainnya berjalan melintasi seorang pria besar.

Pria itu menatap Anastasya dengan cermat, matanya mengikuti langkah kaki Anastasya.

Anastasya tidak memperhatikan.

Tapi para pengawal merasa tatapan itu sangat mengangu.

Mata pria itu hanya terfokus pada Anastasya seorang.

Setelah puas melirik, pria itu melangkah dengen cepat ke arah mereka.

"hei kalian berhenti!!!!".

Namun mereka tidak menghiraukan pria itu.

Karna kesal di acuhkan, Pria besar itu sekarang berteriak.

"AKU BILANG BERHENTI!!!!!".

Atas perkataan tidak sopan itu Anastasya dan yang lainnya berhenti.

Mereka berbalik.

Para pengawalnya memasang sorot mata intimidasi.

"berani-beraninya rakyat jelata sepertimu berteriak kepada putri dari keluarga Luenstain, apa kau berniat mati!!!".

Pandangan Anastasya menjadi dingin tapi dari mata terlihat jelas api amarah tumbuh disana.

(Kurang ajar!!, apa para tentara di tempat ini tidak punya sopan santun).

Si pria besar bersikap santai di tengah intimidasi mereka seperti bukan apa-apa.

"Kau cantik, baiklah karna kau cantik cocok untuk mengisi waktu luangku".

Anastasya tidak percaya perkataan pria itu, selama dia hidup untuk kedua kalinya menerima penghinaan ini dalam waktu dekat.

Tangannya mengepal lalu dengan cepat menunjuk pria besar itu.

"Pengawal!!!, beri bajingan ini pelajaran, jagan biarkan dia mati dengan mudah".

Mendengar perintah keras Anastasya para pengawal bersiap untuk bertarung.

(satu atau dua nyawa sampah tidak berharga, tidak akan menjadi masalah bukan, bilaku bersihkan).

Tiga pengawal mulai bergerak mengelilingi si pria besar.

Memperhitungkan otot besar itu, sangat jelas kalau dia punya tenanga yang cukup besar untuk mengalahkan mereka, para pengawal sadar akan potensi itu.

Akan tetapi kesenjangan dari segi kekuatan bisa tertutupi dengan teknik beladiri, itu yang membuat para pengawal itu percaya diri.

Hanya saja pria besar itu sepertinya memilikin kepercayaan diri yang sama.

Pria itu tertawa kecil.

"Menarik, aku suka kesadisan itu, sepertinya kita berdua cocok, akan sangat membosankan bila kita hanya bermain sebentar, aku berubah pikiran, bagaimana kalo kita bersama untuk selamanya".

Berkata demikian sambil penatap penuh Anastasya.

Karna tidak tahan tiga pengawal mulai maju.

Dari sisi kanan salah satu pengawal menyerang dengan pukulan menuju ke kepala.

Pria besar itu menangkisnya.

Dia kini berada pada posisi bertahan.

Dilanjutkan serangan bertubi-tibi dari pengawal yang sama.

Pria besar itu trus menerus menangkisnya.

Pengawal itu menyerang dengan tendangan berat, serangan yang di maksudkan untuk menghancurkan tulang dalam dari lawannya yang menerima.

Pria besar itu akan lumpuh selamanya ketika menerima serangan di titik vital.

Sehinga tidak waktu berikutnya lawan tidak akan mampu memasang posisi bertahan akibat serangan berat itu, berakhir dengan pembantaian satu sisi.

Bagaimanapun itu adalah tendangan yang sangat berat.

Namun pria itu lagi-lagi menangkisnya.

Kaki pengawal itu tertangkap.

"serangga tetaplah serangga, jagan sombong hanya karna kau bisa melakukan beberapa pijatan".

Pengawal itu menampilkan sorot muka seakan-akan tidak percaya.

Di waktu berikutnya salah satu sangan pria besar itu mengepal.

Tepat di area sendiri, sebuah pukulan berat membengkokan kaki pengawal.

"UAAAAAAAAAAAAHHHHHHHH".

Dia berteriak ketika menyadari kaki bengkok ke arah yang tidak tidak seharusnya.

Tidak ada darah yang keluar, tapi tiu terlihat sangat menyakitkan ketika orang lain melihatnya.

Anastasya melihatnya dengan tatapan kosong.

Dia mengigat kembali insiden tadi malam.

Kesadaranya kembali ketika pengawal di dekatnya berbicara.

"Nona, silakan pergi, kita akan mengurus ini".

######################e

(Tempat ini terkutuk, aku bersumpah tidak akan menginjakan kakiku di tempat ini lagi).

Anastasya berlari sendirian sekuat tenaga.

Lorong demi lorong dia lewati.

Berpapasan denga beberapa tentara ketika dia berlari.

Alasan kenapa dia tidak meminta tolong tentara karna Anastasya tidak percaya mereka mampu membantunya.

Walau Anastasya tidak bisa bela diri tapi dia tahu kalau para pengawal yang di tingalkan tidak akan mempu menghadapinya dan hanya mengulur waktu.

Mengingat kembali insiden tadi malam itu adalah ingatan megerikan bagi gadis muda.

Anastasya tidak ingin mengalaminya lagi.

Berlari secepat mungkin mencari pertolongan.

Pertolongan yang benar-benar bisa menolongnya.

(satu satu dua tentara tidak akan cukup, setidaknya butuh sekitar sepuluh orang untuk memastikan kemenangan).

Dengan harapan itu di pikirannya, Anastasya terus berlari.

Selama dia tidak jatuh, harapan itu masih mampu untuk dia gapai.

Tubuhnya yang jarang dia latih membuatnya cepat kelelahan.

Meski begitu demi dirinya sendiri Anastasya harus terus berlari.

Sampai ketika Anastasya berbelok, dia menabrak seseorang kemudian terjatuh.

(Aaaaa, berakhir sudah, dia pasti akan mengejarku).

Ketika pikiran-pikiran itu memenuhi kepala, pria yang dia tabrak berdiri di depannya.

Anastasya melihat keatas, menatap wajah seorang pria.

Itu adalah wajah yang tidak asing baginya.

Wajah seseorang yang benar-benar bisa memberinya perasaaan aman.

seorang pengeran telah muncul adalah apa terlihat di mata Anastasya saat ini.

"Kau tidak apa-apa gadis kecil".

Pria itu berkata, tapi Anastasya hanya bisa terpana olehnya.

Tangan di ulurkan.

"Eh, apa".

Masih terpana, secara tidak sadar dia mengampai tangannya kemudian berdiri.

Di waktu berikutnya, pria besar yang mengejar Anastasya telah sampai.

"ini lebih mudah dari yang kuharapkan".

Mendengar suara menakutkan, Anastasya bergegas untuk bersembunyi di balik pangerannya.

Pria itu keberatan, namun sisi lain pria besar yang mesaksikan itu menujukan ketertarikan.

"kau tidak kabur?, apa menurutmu seranga di dekatmu itu bisa melindungi dariku, jagan bercanda, jagan buang-buang waktu segera lekas berlari, hibur aku lebihblama lagi sebelum acara utama".

Tapi Anastasya menghiraukan uacapan pria besar itu.

Bagi dia tempat paling aman ialah berada dekat dengan pangeran penyelamat hidupnya.

Pria besar itu semakin tertarik.

"Eee~~, Apa mungkin dia kekasihmu?".

Pria besar itu melirikan matanya ke Anastasya.

"Sepertinya benar, ini semakin menarik melebihi harapanku".

Dia tersenyum lebar, lalu menatap pria itu.

"hey kau, bagaimana kalo kita berduel, memperebutkan gadis di belakangmu".

Pangeran Anastasya menatap kosong.

Anastaysa tahu itu akan merepotkan, dia bahkan belum berterima kasih untuk sebelumnya.

Namun Anastasya masih berharap pengeran akan menolongnya.

(Aku mohon kali ini, aku akan memberikan apapun yang kau mau, apapun itu, jadi tolong lindungi aku).

Mata Anastasya memejam ketika harapan itu muncul di kepalanya.

Seakan-akan mendengar isi pikiran Anastasya, pangerannya bereaksi.

"Duel katamu?".

"Iya, kalau kau menang aku tidak akan——".

"Baiklah aku Terima".