Fajar berganti pagi, dan dunia disambut dengan sinar mentari yang menjamah bumi belahan Barat.
Awan mendung perlahan disapu hembusan angin, dan badai telah pergi bersama terbitnya matahari. Langit begitu cerah tanpa adanya awan, dan sinarnya yang terang menemukan petunjuk di tengah-tengah lautan berombak tenang.
Lautan lepas begitu indah ketika melihatnya tanpa noda; berwarna biru dan berkilauan saat bersentuhan dengan sinar mentari. Namun, setelah badai berlalu semalam, cairan putih yang bercampur buih-buih berbusa mencemari sebagian permukaan air laut. Tidak hanya terlihat menjijikan, bahkan mengeluarkan bau amis tidak sedap, persis seperti bau ikan yang sudah membusuk.
Apakah ini adalah fenomena alam? Memang ada fenomena seperti ini di lautan, terjadi ketika partikel di laut tercampur oleh angin dan ombak. Namun, sepertinya bukan itu, karena sedikit penjelasan mulai terlihat ketika melihatnya lebih dekat.
Gelembung-gelembung udara terus menguap ke permukaan, seakan-akan sesuatu sedang mencoba muncul dari dasar lautan nan gelap.
Sepersekian detik kemudian, muncul punggung seseorang yang sebagian kulitnya terkoyak-koyak dan memperlihatkan tulang belakangnya, di tengah-tengah lautan terbuka.
Figur itu dalam keadaan yang mengkhawatirkan. Kepala orang itu bahkan masih tenggelam di dalam air. Dan ada banyak sekali luka terkoyak di sekujur tubuhnya yang sangat putih dan pucat.
Tiba-tiba saja angin di sekitarnya berubah— semua angin seperti berkumpul seolah mereka dikendalikan sesuatu hanya untuk berada di satu tempat, di sekeliling figur yang tenggelam.
Siluet bayangan muncul di atas langit. Seperti dewa kematian yang siap menjemput, dia datang menghampiri figur yang mengambang bebas di tengah laut.
Dia melayang dan bergerak di udara tanpa perlu mengkhawatirkan gravitasi. Dia perlahan-lahan turun dengan mengatur tekanan udara di sekelilingnya, dan memanipulasi udara ini sebagai pijakannya. Dia terlihat sangat santai sekali karena tidak perlu merasa repot bergerak banyak.
Saat dia turun, jubah di tubuhnya ikut berkibar-kibar bersama hembusan angin. Dan tidak ada efek kekuatan khusus untuk membuat pakaiannya tahan atau mengikuti kekuatan aslinya.
Sesaat dia akan mendekati punggung orang itu dengan keadaan kepalanya masih di dalam air, dia segera menariknya keluar dari dalam air, kemudian memapahnya dan membawanya pergi melayang ke udara bersamanya.
Figur yang ditarik keluar adalah seorang pria berambut hitam dengan usia dua puluh tahun lebih. Dia hampir tidak mengenakan pakaian apapun selain celana pendek, dan ada bekas tanda-tanda kecacatan di tubuhnya. Kedua tangan dan kakinya terlihat buntung, dari bentuk lukanya, sesuatu sepertinya mengoyak dengan kasar menggunakan senjata tumpul hingga remuk dan putus.
Bahkan, masih tersisa serabut kulit dan dagingnya yang melekat di sekitar lukanya, bercucuran cairan merah.
Meski begitu, secara perlahan-lahan lukanya sudah menyembuhkan diri dengan regenerasi sel darah. Uap putih serta lendir menguap keluar dari seluruh luka di sekujur tubuhnya.
"Bagaimana? Apakah kau masih meragukan kekuatannya? Hawks Lensheer?" Yang bertanya adalah Serhyva Relogh. Nada suaranya masih saja terdengar dingin, dan sorot matanya melihat dengan penasaran.
"Fhuu ... aku ingin pura-pura mati saja."
Hawks merasa tidak nyaman karena harus dibawa seperti barang begini oleh Serhyva Relogh. Terlebih, dia masih merasa kesal atas kekalahannya sebelumnya.
"Apakah kau baik-baik saja?"
"Menurutmu ... aku terlihat seperti baik-baik saja!? Huh!?"
Serhyva Relogh tidak menanggapi perkataan Hawks barusan, karena dia tahu menjawabnya akan merepotkan. Dia pasti akan marah jika dijawab "Kau terlihat menyedihkan." Atau "Tidak, kau justru terlihat sangat sehat." begitu.
Serhyva Relogh sudah cukup baik mengenal orang ini, sehingga dia tahu seperti apa sifatnya.
"Penyihir seperti apa dia ... sebenarnya!? Kau tidak mengatakan apapun tentang kekuatan segila itu. Dia tidak hanya dapat menghalau teknik darahku, bahkan juga membalikkannya!"
Hawks Lensheer sejenak sempat terdiam. Dia kemudian menolehkan kepalanya ke atas, dan melirik Serhyva Relogh. Setelah menarik nafas pendek, dia melanjutkan,
"Matanya ... rasanya mata orang itu sedikit berbeda. Kau seharusnya melihatnya juga bukan, Serhyva?"
"Ah, tentu. Sudah lama sekali tidak melihat seorang manusia atau penyihir dengan kemampuan mata ilahi sepertinya. Ini adalah momen yang langka bisa melihatnya menggunakan teknik mata ilahi. Ini informasi yang sangat berguna." Serhyva berkata dengan nada rendah, kemudian menarik penutup mulutnya, menunjukkan senyuman tipis dan wajahnya yang menawan.
"Aku merasa seperti ditumbalkan setelah mendengar perkataannya barusan." Hawks bergumam dengan wajah cemberut.
"Leonardo Dmitry ... kah? Aku jadi sangat ingin melawannya," sambung Relogh selagi akan memasang penutup mulutnya kembali.
Hawks hanya menatapnya dengan pandangan merendahkan, seolah tidak memercayai Serhyva Relogh bisa mengalahkannya.
"Apakah kau yakin?"
"Kalau Commander menyuruhku demikian, maka pasti akan kulakukan."
"Hmm. Kenapa kau sangat patuh kepadanya, Serhyva?" tanya Hawks masih menatapnya dengan mata merah menyala.
"Itu karena ... kami telah terikat."
... ... ...
Di atas sebuah sekoci yang terdorong ombak laut ringan, empat orang yang masing-masing memegang kayuh terus mendayungnya menuju daratan. Mereka mendayung dengan memutar kayuh ke belakang secara bersama-sama, membelakangi arah tujuan— sementara mereka berempat harus melihat pemandangan kapal yang mereka pakai berlayar sampai kemari perlahan-lahan dilahap oleh tekanan air laut, ditarik menuju gelapnya dasar lautan, tenggelam ke dalam kehampaan.
Ini adalah pemandangan yang cukup suram, melihat kapal mereka harus tenggelam sebelum bisa kembali ke kerajaan. Karena dampak pertarungan semalam, kapal mereka tidak mampu lagi bertahan sampai akhir, sehingga meninggalkannya tenggelam adalah keputusan terakhir mereka.
Bagi Dmitry rasanya cukup berat melihat pemandangan ini, karena sebenarnya kapal itu bukanlah miliknya pribadi, dia hanya meminjam kapal itu dari Komodor Arazar.
Gawat. Setidaknya, biarkan aku meminta maaf kepadanya nanti. Dmitry memikirkan itu dengan wajah mengerut, dan melamun dengan tatapan kosong.
Tetapi,
ini membuatnya nostalgia kembali pada saat itu. Dmitry mengingat kembali kenangan lamanya. Dan tatapan matanya berubah semakin redup.
"Sepertinya kita harus berpencar setelah ini, seseorang dari kita harus mencari kapal baru untuk membawa kita kembali." Dmitry berkata dengan nada rendah. Dan ekspresinya masih terlihat kaku.
Niruu merespon Dmitry dengan mengacungkan tangan kirinya ke atas. Wajahnya mungkin tidak terlihat tertarik, namun, dia mengatakan dengan nada bicara yang lambat,
"Serahkan itu kepadaku. Selain itu, aku telah mengamankan bendera."
Niruu sempat mengambil fanji kapal yang ingin mereka tinggalkan di kapal, namun dia berbalik dengan membawanya bersamanya. Niruu hanya merasa perlu membawanya karena ketertarikan, juga dia memiliki ide dengan bendera tersebut nantinya.
Niruu lantas melirik ke arah belakangnya, yang di sana dia menyimpan lipatan bendera Britania dalam kondisi basah akibat badai semalam, dalam sebuah kotak perkakas kayu.
Dia terlihat tertarik. Yah, memang sifatnya itu sulit ditebak dan terkadang lugu. Begitulah pendapat Dmitry melihat Niruu.
"Baiklah jika itu maumu." Dmitry menanggapi dengan nada dingin. Dia kembali menambahkan, "Kalau begitu, kami bertiga yang akan pergi dan melakukannya ke sana."
Niruu pun mengangguk tanpa menunjukkan ekspresi.
Dmitry kemudian menoleh ke arah Viona, lalu Ilya yang duduk di sebelahnya. Viona terlihat fokus mendayung dengan wajah datar, sesekali dia melihat langit dan memandangi burung yang terbang bebas di atas awan. Sementara Ilya sebaliknya, dia merapatkan rahangnya dan sudut mulutnya berkedut gemetar dengan wajahnya tampak kesal.
"Raut wajahmu terlihat suram sekali ... ada apa? Ilya?" kata Dmitry. Dia menekan nada suaranya serendah mungkin agar sesuai dengan suasana hening sekarang.
Ilya menundukkan wajahnya setelah mendengar Dmitry memanggil namanya. Dia tadi seperti tidak menyadari tindakannya sendiri, mungkin dia sedang memikirkan sesuatu hingga melamun seperti itu.
"Ah, maaf. Aku ... tidak. Tidak ada apa-apa!" Ilya tiba-tiba buang muka, dan kembali diam.
Melihat gelagat aneh Ilya semua orang melirik ke arahnya— hingga tanpa mereka sadari, sekoci yang membawa mereka mengalami sedikit goncangan karena menabrak permukaan yang keras.
Setelah mereka melihat ke belakang, mereka sudah tiba di daratan. Namun, seketika saja raut wajah mereka terlihat memucat— mereka sangat kaget saat melihat pemandangan di tempat ini.
Ilya yang pertama kali melihatnya sangat terkejut hingga tak mampu mengucapkan sepatah kata. Dia menutup erat mulutnya, dan iris merah matanya menatap tidak percaya.
Sementara Dmitry, wajahnya masih saja terlihat dingin, walau tadinya dia sempat merasa terkejut juga. Iris biru matanya memancarkan kilauan di balik kelopak matanya yang setengah terbuka.
Sepertinya situasi di sini sama tidak bagusnya dengan di tempat kami. Itulah suara benak Dmitry saat melihat suasana suram di sana.
Ombak laut yang ringan menerjang pesisir, membawa butiran pasir dan tanah dari dasar lautan dan menumpuknya di sekitar tepian pantai. Ketika air laut menyapu sebagian pesisir pantai sekali lagi, dan menjangkau dataran pasir yang tinggi, cairan merah yang membasahi hamparan pasir ikut tertarik oleh arus laut, membersihkan sebagiannya dari noda darah.
Di sepanjang pesisir pantai, mereka bisa melihat banyak sekali jasad manusia yang dipancang paksa dengan tubuh mereka ditusukkan ke atas tongkat tajam yang tegak. Hampir tidak ada yang bentuknya utuh, semua anggota badannya tercerai-berai. Baik seperti terpotong rapi karena terkena sabetan, atau diremukkan dengan benda tumpul. Terlihat membusuk dan dikerubungi lalat, bahkan ada yang dalam keadaan gosong seperti sehabis terpanggang.
Apa yang lebih buruk adalah pemandangan di belakangnya— bangkai Unhuman liar sengaja ditumpuk bersusun hingga membentuk bukit, dan bangkai mereka hangus terbakar dalam perapian yang dikelilingi batu-batu tinggi seperti disusun menyerupai tembok.
Dmitry menyadari kejanggalan di sini. Semua yang terjadi di sini adalah hasil dari perang.
Tidak dapat dipungkiri lagi, manusia bahkan bisa lebih kejam dari iblis jika mereka tersudutkan dengan keadaan yang mengancam nyawanya.
Menyedihkan sekali.
Dmitry kemudian beranjak turun dari sekoci, dan melihat keadaan di sekelilingnya. Sementara Niruu ikut berjalan menyusul Dmitry, Viona masih berusaha menenangkan dirinya dengan merenung sejenak, Ilya justru muntah dan wajahnya mulai memucat.
"Ah, aku benci perjalanan laut."
Ilya masih terkena efek mabuk laut, dan karena itu dia terlihat murung.
Saat berjalan ke daratan yang ditumbuhi rumput, Dmitry berhenti melangkah lagi saat melihat pemandangan di seberangnya jauh lebih suram ketimbang di pesisirnya. Dia melihat daratan yang terbentang di depannya penuh dengan jejak sisa-sisa pertempuran; banyak sekali potongan tubuh tertinggal di atas tanah, baik sisa kepala atau tangan dan kaki seseorang. Belum lagi medan tanah yang benar-benar hancur seolah sehabis terkena ledakan begitu besar, hingga menciptakan banyak sekali lubang kawah di atas tanah.
Saat memandangi pemandangan di sana, Dmitry samar-samar mendengar suara langkah kaki dan derit logam yang seperti bergesekan, seolah yang berjalan kemari mengenakan semacam pakaian berbahan logam.
Segera, Dmitry dan Niruu menoleh ke arah sumber suara dan melihat kedatangan figur dengan mengenakan armor full body berwarna hitam, dengan aksen gelap dan jubah hitam yang sudah tua mengitari lehernya— lengkap atribut seorang ksatria, membawa sebilah pedang panjang yang terbungkus kain tebal di punggungnya. Tampilan armornya mungkin memang mengerikan, apalagi jika melihat bentuk helmnya yang memiliki dua pasang tanduk di pelipisnya, dan helaian bulu seperti rambut di atasnya.
Dia berjalan menghampiri Dmitry dan Niruu dengan menggiring seekor serigala berwarna hitam— sangat besar sehingga serigala itu sama tingginya dengan sisi bahunya.
"Kau yang di sana." Suaranya terdengar berat, dan bergema seperti terpantul di dalam ember besi.
Dmitry lantas menghadapnya dan tersenyum dengan wajah dingin.
"Apakah kau orang yang bernama Leonardo Dmitry itu?" sambungnya. Dia menatap lurus ke arah Dmitry, dan cahaya merah menyala terpancar dari sela garis di lubang mata helmnya.
"Apakah kau adalah—"
"Sepertinya benar begitu."
Huh? Dmitry sedikit merasa bingung.
"Perkenalkan, namaku adalah, Eln Chronoush. Salah seorang Jenderal kekaisaran Franchise. Kedatanganku kemari adalah untuk menyambut kalian yang telah dikirim olehnya." Dia berkata seraya menekuk satu kakinya sedikit lebih rendah, memberi hormat untuk sesaat.
Ekspresi wajah Dmitry berubah kusut untuk sesaat setelah orang itu menyelanya. Dia benar-benar tidak mengerti dengan orang bernama Eln ini.
Dmitry kemudian melihat ke arah samping Eln, menatap sesosok serigala yang bersamanya. Anehnya, serigala itu menunjukkan perilaku yang unik. Serigala berwarna hitam kemerahan itu menundukkan kepalanya dengan rendah, seolah ikut memberi hormat.
Serigala itu memiliki bulu yang begitu lebat, namun juga lembut. Ukurannya yang tidak biasa mungkin setinggi 2 meter lebih. Pupil kuning matanya menyebar dengan warna hitam, memancarkan tekanan intimidasi. Ia mendengus sehabis menundukkan kepalanya, kemudian mengibas-ngibaskan ekornya.
Selera orang ini dalam memilih peliharaannya memang tidak biasa. Itulah pikir Dmtry saat memandanginya.
"Situasi di sini terlihat buruk sekali. Apakah kau bisa menjelaskan apa yang telah terjadi di sini ... Eln Chronoush?" tanya Dmitry saat ia melihat pemandangan di sekelilingnya.
"Kau terlihat tidak terlalu terkejut. Tidak. Tapi hanya untuk memastikan situasi, kah? Biar kujelaskan sedikit. Ini adalah hasil perang yang telah terjadi antara manusia melawan Unhuman— tidak, mungkin lebih tepatnya antar wilayah kekuasaan yang mendominasi daratan di seberang sana, Kastilia of Crown." Eln mengacungkan satu jarinya, menunjuk ke arah cakrawala yang tersembunyi di balik gunung gelap nan tinggi.
"Begitu ... kah?" Dmitry masih berwajah datar seolah sangat mengerti situasinya.
"Sepertinya situasi kalian juga sama sulitnya. Aku bisa mengerti saat melihat kapal kalian yang tiba kemari tadi tenggelam."
Sebelumnya, selama Eln Chronoush menunggu kedatangan utusan Dmitry datang kemari, dia sudah berjaga di tempat ini dan mengawasi semuanya, termasuk saat-saat kedatangan mereka tadi.
"Seperti yang kau katakan, keadaan benar-benar sangat kacau."
Eln Chronoush tidak menanggapi perkataan yang terdengar dingin barusan. Dia melihat ekspresi penuh tekanan dari wajah Dmitry yang meski terlihat tenang, itu menyembunyikan aura yang liar dan mengerikan.
Eln kemudian menoleh ke arah belakang mereka, melihat kepada Viona dan Ilya yang masih mengamati dirinya dan menjaga jarak di belakang Dmitry. Eln lalu berkata,
"Akan kujelaskan detailnya saat kita tiba di tempat pertemuan. Sebaiknya kita bergegas pergi dari sini."
Dmitry sejenak memalingkan wajahnya dan melihat ke arah langit, melihat sesuatu di antara awan dan birunya angkasa yang semakin terang, menandakan siang sudah tiba.
"Baiklah." Dmitry menjawab dengan nada rendah.
"Ada sebuah benteng yang lumayan jauh dari sini, dan kami menggunakannya sebagai tempat pertemuan kali ini. Kalian ... naiklah ke atas tungganganku, akan kuantarkan."
Tunggangannya? Dmitry tidak melihat tunggangan apapun— apa jangan-jangan— saat melihat Eln Chronoush menaiki serigala hitam di sebelahnya, Dmtiry jadi yakin dengan dugaannya barusan.
"Hoi, hoi, kau serius ingin kami menaikinya?" Dmitry mengerut seolah melihat hal menggelikan.
"Apakah ada yang salah?" Eln menoleh, dan menjawab dengan nada yang terdengar kaku.
"Tidak. Itu bukanlah hal yang salah jika kau adalah seorang unifier atau Beast Tamer. Bukankah begitu?"
"Sepertinya kau sudah mengetahui dan menyadarinya. Benar. Aku adalah seorang Unifier, namun dari Lones Tamer."
Dmitry tidak terlalu terkejut mendengar pernyataan Eln Chronoush, sebaliknya dia jadi menyadari seberapa berbahaya lawan bicaranya sekarang. Yang menjadi alasannya adalah karena ras serigala di sebelah Eln berasal dari Midnight Wolfness. Dan dia adalah seorang Unifier.
Seorang Unifier memiliki dan menguasai skill [Form Incarnation]. Ini adalah skill yang memungkinkan penggunanya bergabung dengan wujud dari hewan/monster yang telah menjalin hubungan/kontrak. Mereka yang sudah bergabung, akan saling berbagi jiwa dan kekuatan, baik atribut skill maupun sihir.
Jika Eln Chronoush adalah seorang Unifier dengan memiliki skill [Form Incarnation], maka dia bisa dengan mudah berubah menjadi seorang Demi-Human atau Hybrid dengan atribut gabungan milik Midnight Wolfness. Jika terjadi, maka atribut skill miliknya akan di atas seorang werewolf. Ini tentunya sangat mengerikan untuk batasan seorang manusia.
Dmitry tidak menunjukkan ekspresi setelah mengetahuinya, namun kemudian wajahnya berubah suram. Setelah ini, dia mesti berurusan dengan serigala milik Eln. Dia merasa kerepotan dengan hal ini. Dia juga tidak mengharapkan hal yang lebih baik dari keadaannya sekarang.
"Aku mungkin tidak masalah dengan hal ini. Namun, bagaimana dengan kalian?"
Dmitry berbalik dan menatap Viona dan Ilya yang kini berdiri di belakangnya. Viona terlihat sangat ragu dibandingkan Ilya. Tentunya dengan sifat Viona yang mungkin pertama kali baginya melihat serigala sebesar ini, pastinya sangat menakutkan kalau disuruh menungganginya.
"Aku tidak masalah— uhum!" Ilya terlihat mencoba meyakinkan, walau dia masih merasa tidak nyaman.
"A-aku ...."
"Kalian tidak perlu khawatir." Eln tiba-tiba menyela Viona. Dan kemudian menambahkan, "Walaupun tampang Nigredo terlihat menyeramkan, dia sangatlah bersahabat. Yah, terkecuali kalian memegang tytydnya, dia mungkin saja akan menerkam kalian, bahkan sekalipun itu aku." Eln mengatakannya dengan nada serius di kalimat terakhir, membuat mereka sedikit merasa khawatir.
Viona dan Ilya tampak memucat dengan tatapan geli. Bahkan Viona sampai bersembunyi di balik badan Ilya tanpa ingin menatap mata serigala itu.
"Itu hanya candaan saja, seharusnya kalian tadi tertawa. Aku merasa sakit hati. Apakah di negeri kalian semua orang selalu serius terhadap sesuatu?"
Dmitry menekuk sudut mulutnya, lalu berkata, "Yah, itu memang mengejutkan. Kuharap kau memaklumi keadaan kami."
"Hmm ...." Eln hanya mendengus dengan suara napasnya yang terdengar tajam.
Dmitry lantas berbalik dan menghadap mereka, seraya berkata, "Sepertinya kita tidak punya pilihan."
"Eh? Yang benar saja?"
Menanggapi pertanyaan panik Viona, Dmitry menjawab dengan sekali mengangguk. Sekejap, wajah Dmitry berubah saat menyeringai. Dia segera berjalan menghampiri serigala Eln, dan naik ke atas punggungnya dengan sekali lompatan tinggi.
Baru pertama kali duduk di atasnya, Dmitry bisa merasakan sensasi nyaman penuh kelembutan. Ini sangat luar biasa. Dia sampai terlena hingga tanpa sadar terus mengelus-elus bulu si serigala. Walau wajahnya masih terlihat dingin, dia sangat menikmatinya, namun tidak ingin memperlihatkan sisi manjanya di depan mereka.
Walau begitu, mereka bertiga menyadari kalau hanya Dmitry yang terlihat menikmati momen ini tanpa merasa waspada atau khawatir.
Tidak ingin merasa tertinggal, Niruu segera menyusul naik ke atas punggung si serigala. Kemudian, Ilya turut menyusulnya. Dan terakhir menyisakan Viona yang masih ragu dan berdiri menatap mereka dengan wajah cemberut.
"Mungkin kau ragu dengan tampilannya, tapi ini benar-benar terlihat aman. Benar, bukan?" kata Dmitry seraya menoleh dan menatap Viona.
"Uwooh! Kau benar. Viona, kau harus mencobanya." Ilya kehilangan ketenangannya sampai kedua sisi wajahnya sedikit memerah.
Dmitry kemudian mengulurkan tangannya kepada Viona, dan menekuk sudut mulutnya dengan senyuman selembut mungkin. "Jangan khawatir."
"Yang benar saja?" Viona mengerutkan bibirnya, dan keraguannya perlahan sirna karena rasa bimbang untuk percaya.
"Benar. Ini tidaklah semenakutkan itu."
"Dia benar ... Viona." Niruu berkata dengan nada rendah. Membuat suaranya terdengar dingin dan datar tanpa emosi. Hanya dia yang terlihat begitu tenang di sini.
Viona sejenak menghela napas. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan semua kejadian baru yang akhir-akhir ini menimpanya.
"Aku tidak boleh begini." Viona bergumam dalam benaknya dan mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
Setelah memikirkannya kembali, lagi dan lagi, Viona membulatkan tekadnya.
"Aku bisa sendiri."
Tanpa menghiraukan bantuan tangan Dmitry, Viona berjalan maju dan menghampiri si serigala. Sesaat mendekatinya, Viona mencoba menyentuhnya— dan matanya seketika membelalak karena rasa terkejut.
"Le-lembut sekali!" Suara benak Viona.
Tanpa berpikir panjang lagi, Viona memeluk sisi tubuh si serigala, dan tubuhnya tenggelam dalam bulu-bulu yang tebal dan hangat.
"Ahhh ... ini nyaman sekali."
... ... ...
Wilayah Perbatasan Utara, Chloros-Vhyella Fortress.
Setelah sepuluh menit perjalanan dari pesisir laut, serigala yang membawa mereka sudah mulai mendekati tempat tujuan.
Sekelilingnya adalah padang rumput, rerumputannya tumbuh pendek di atas tanah, membuat benteng itu mudah terlihat dari segala arah tanpa tertutupi apapun. Dinding batu dengan tinggi sepuluh meter lebih mengitari sisi benteng, dan semacam menara terlihat di antaranya.
Benteng itu terlihat kosong tanpa penjaga. Yang menjadi gerbang pintu masuknya terbuka begitu saja, seolah membiarkan siapa pun tuk masuk.
Dmitry sudah merasakan firasat yang tidak baik. Dia tidak merasakan hawa kehidupan atau kehadiran makhluk hidup apapun dari dalam benteng di sana. Ini sangat aneh. Membuatnya merasa waspada.
Setelah mereka melewati pintu gerbang, mereka sangat terkejut dengan pemandangan di dalam bentengnya.
Bangunan dari dalam benteng itu hanya tersisa reruntuhannya saja, seolah pernah terjadi jejak pertempuran hebat di dalam benteng ini. Tiang-tiang pilar yang pernah menjadi penopang bangunan kini berdiri sendiri, menyisakan bentuk dindingnya yang sudah roboh. Hanya tersebar sisa bebatuan di lantainya yang pernah menjadi tempat bertahan.
Pemandangan di dalam tempat itu terlihat begitu suram. Bagaimanpun juga, benteng sebesar istana ini hanya tersisa puing-puing dan furnitur yang sudah tertinggal tertutup debu.
Ini sangat aneh. Dmitry menyadari sesuatu setelah mengamati semuanya secara objektif. Ada yang janggal dengan tempat ini.
Serigala yang membawa mereka kemudian berhenti ketika berdiri di tengah-tengah altar yang dikelilingi tiang-tiang pilar. Ini seperti semacam tempat yang pernah menjadi ruangan penting di sini.
Eln Chronoush kemudian beranjak turun dari atas Nigredo dan berjalan ke balik salah satu pintu di belakang tiang-tiang pilar.
Seraya berjalan, Eln berkata, "Ikuti aku ... Leonardo Dmitry."
Dmitry segera melompat turun dan menyusul dengan langkah yang hati-hati di belakang Eln Chronoush.
Setelah memasuki ruangan di balik pintu tadi, Eln sempat menoleh ke sekeliling seolah ingin memastikan keadaan di sekitarnya. Dia tiba di suatu ruangan terbuka yang hanya ada sebatang dinding yang masih berdiri. Pada dinding batu tersebut, terukir suatu lukisan tangan dengan minyak dan pewarna. Itu adalah lukisan sebuah kapal megah, dan begitu besar hingga di atasnya mampu berdiri sebuah kota mengagumkan.
"The Great Ship of Incartez, kah?" Dmitry berkata dengan nada rendah, dan iris biru matanya tampak menyala di bawah kelopak matanya yang setengah menurun.
"Kau benar. The Librarian sepertinya memang tahu semuanya."
"Apa tujuanmu menunjukkan ini kepadaku, Eln Chronoush?" kata Dmitry seraya melirik dengan tajam.
"Aku ingin mendengar pendapatmu. Apakah kau pernah melihat kapal itu dengan mata kepalamu sendiri?" Suara Eln yang berat terdengar tajam karena bergema dari balik helmnya.
"Tidak."
"Kalau begitu, apakah kapal itu nyata?"
"... Entahlah. Aku sendiri belum pernah melihatnya untuk memastikan kebenarannya."
Dmitry tidak menujukkan keraguan atau emosi dalam kata-katanya, sehingga Eln tidak dapat memahami jalan pikiran seorang Dmitry.
Setelah mendengar tanggapannya, Eln Chronoush tiba-tiba saja bersiul. Suaranya yang memekik bergema dan memecah keheningan, hingga suaranya merayap ke dalam lorong-lorong benteng nan senyap.
Seakan merespon gema suaranya, seseorang datang— dan kejadian berikutnya benar-benar di luar dugaan. Dia melejit dengan kecepatan suara dan tiba di belakang Dmitry seraya menghunuskan mata pedangnya yang tajam ke batang lehernya Dmitry.
Tidak ada yang sempat melihat dari mana kedatangannya, selain dirinya hanya meninggalkan sisa hembusan angin panas dan jejak luapan energi hitam di atas bekas pijakan langkah kakinya.
"Apa maksudnya ... ini!?"