Aku merebah kan tubuh ku yang terasa amat letih di atas dipan INI. Memeluk semua kebodohan Ku untuk lebih mendekat.
Untuk sesaat Aku membiarkan sesak merajai tubuh Ku. Angin semilir yang tertiup Diantara jendela kamar yang tadi Davi buka dengan lebar. berhasil meniup Luka Di hati Ku dengan Terus menerus. Namun aneh nya walau Begitu, Luka INI Tak kunjung mengering Seolah Tak bisa teobati.
Aku pun Perlahan mulai mengutuki rencana gila ku untuk menggunakan davi sebagai umpan. Agar gadis hanya bisa melihat Ku lagi seperti dulu. Hanya AKu Dan hanya akan melihat ku saja.
Perasaan perasaan Gila INI ntah bagaimana mulai memanipulasi pikiran Ku. Saat INI Aku bahkan ingin gadis merasakan sakit yang Sama ketika Aku melihat ia tertawa bersama Ruben atau lelaki Baru ITU.
Ya Aku tau dulu Aku yang memohon padanya agar ia Mau memandang Ku dengan cara APA pun. Saat ITU Aku bahkan Tak Menuntut nya untuk menjadikan Aku satu satunya. Hanya Aku. Aku rela menjadi cabang dalam hatinya.