Chereads / Penyihir Terhebat Bumi / Chapter 32 - Acolyte Senior

Chapter 32 - Acolyte Senior

Emery memandang acolyte senior itu memetik sebuah semanggi berdaun empat dengan santainya. Acolyte lainnya mencari di sekitar tanaman itu selama setengah jam, namun hanya itu satu-satunya semanggi yang mereka temukan. Sementara mereka sibuk mencari, Emery melihat seorang acolyte senior yang hanya berdiri saja seperti pengawal.

Mereka berjalan kembali menyeberangi jembatan sulur itu, namun acolyte senior yang berjalan di paling depan mereka tiba-tiba berhenti. Acolyte itu berbisik, 'Entangle'.

Air rawa yang awalnya terlihat tenang tiba-tiba bergerak, memunculkan seekor drake yang terikat dengan sulur-sulur dan akar. Acolyte senior itu menyentuh cincin di jarinya. Seketika, sebilah tombak muncul entah dari mana dan menusuk jantung drake itu, sehingga darah terciprat kemana-mana. Acolyte itu membersihkan darah dari tubuhnya, sebelum membiarkan tombak serta drake itu menghilang.

Emery sebenarnya ingin bertanya tentang cincin serta sihir yang digunakan acolyte itu, namun acolyte itu memiliki aura menakutkan yang terasa seperti tanda untuk tidak mendekat. Tetapi, ini adalah kali pertamanya melihat seorang magus ataupun acolyte tingkat tinggi dalam sebuah pertarungan, dan melihat pertarungan itu membuat semangat Emery untuk berhasil semakin membara agar ia bisa menggunakan sihir-sihir seperti itu. Tetapi, sebelum mencoba sihir, ia harus menemukan sebuah semanggi rembulan berdaun empat dulu.

Setelah menyeberangi jembatan, acolyte senior itu memandang Emery dan berkata. "Hei, nak. Siapa namamu?"

"Emery." Emery menjawab.

"Oke, namaku Cole. Kau mau bergabung?" Cole bertanya sembari melipat tangannya.

Emery menggigit bibir dan menghela nafas, ia benar-benar tidak suka dianggap sebagai anak kecil. Ditambah lagi, Cole tidak terlihat berbeda umur terlalu jauh darinya, mungkin Cole hanya satu tatau dua tahun lebih tua. Emery memutuskan untuk menjaga emosinya dan bertanya. "Boleh, tapi apa imbalannya?"

"Aku akan memimpin dan menjaga kalian, sementara kalian cari tanaman itu dan berikan semuanya padaku." Cole berkata dengan santai.

"Hei, kalau begitu, untuk apa aku mencari? Aku juga memerlukan semanggi itu, mengapa harus kuberikan padamu?" Emery bertanya dan mengernyitkan alisnya.

"Aku butuh sebanyak mungkin semanggi rembulan berdaun empat untuk mendapatkan kesempatan belajar di bagian Alkimia. Aku tidak peduli dengan ramuan itu, karena aku tidak bisa menggunakannya. Menurut Master Grom, setiap acolyte hanya bisa menukar satu semanggi rembulan untuk satu ramuan, jadi sebagai imbalan, aku akan memberi satu semanggi untuk setiap anggota kelompok. Namun, sebagai gantinya, aku ingin kau membantu mengumpulkan semanggi dan tetap mengikutiku sampai waktunya tiba untuk kembali." Cole menjelaskan.

Emery berpikir selama beberapa saat sebelum memandang Fatty. "Kalian semua setuju?"

Fatty mengangguk. "Aku sama sekali tidak tertarik dengan Alkimia, tetapi aku tidak mau melewatkan kesempatan untuk meningkatkan spirit power."

"Jadi, bagaimana? Kau sudah mengambil keputusan?" Cole bertanya.

Jika dipikir-pikir, tawaran ini tidak terlalu buruk. Setidaknya, dengan mendapatkan satu semanggi, salah satu masalahnya akan selesai. Sebenarnya, ia tertarik untuk bergabung dan belajar Alkimia, tetapi setelah beberapa jam mencari dan hasilnya nihil, Emery tidak yakin ia akan bisa mendapatkan cukup untuk menjadi murid Institut Craft, ditambah lagi masih ada banyak kelompok acolyte yang ikut mencari. Lagipula, mencari teman di tempat seperti ini mungkin akan menguntungkan suatu hari nanti. Tidak mungkin ia bisa menyelesaikan setiap masalahnya di akademi magus ini sendirian.

"Baiklah, aku akan bergabung." Emery mengangguk.

"Bagus. Hei, Gendut. Perkenalkan anggota lainnya." Cole berkata dan berjalan pergi.

Fatty memperkenalkan Emery kepada dua orang yang sedari tadi diam. Acolyte pertama adalah sosok kekar berotot bernama Topper. Menurut Gendut, Topper pernah mengangkat seekor drake dengan satu tangan, sehingga Gendut sempat mengira Topper bukan manusia walau kenyataan berkata lain. Gendut juga mengatakan bahwa ia tidak tahu apakah Topper memiliki elemen selain tanaman, karena Topper hanya menggunakan elemen tanaman serta kekuatannya untuk menyelesaikan masalah.

Acolyte kedua bernama Mags. Mags adalah seorang wanita dengan tubuh ramping kecil serta rambut berwarna merah jambu. Gadis itu memiliki bakat roh elemen api serta tanaman. Gendut mengatakan Cole mengajak Mags menjadi anggota tim untuk berjaga-jaga jika mereka harus bermalam di rawa yang dingin dan lembab ini.

Terakhir, Gendut menceritakan bahwa ia memiliki bakat roh elemen bumi dan tanaman. Ia adalah acolyte tingkat dua, Topper dan Mags adalah acolyte tingkat 3, sementara Cole adalah acolyte tingkat 5.

Mereka berjalan-jalan melalui rawa, dan akhirnya menemukan tanah kering di bawah sebuah pohon tua. Cole berbalik dan memandang mereka. "Mari kita makan."

"Hore, waktunya makan malam!" Gendut berseru.

Mereka masih belum menemukan semanggi rembulan lagi, tetapi saat Cole mengajak mereka makan, perut Emery seketika berbunyi. Emery memutuskan untuk duduk di atas akar pohon dan membuka bekal yang diterimanya di Elder's Respite untuk kepentingan misi ini. Dari kantong bekal itu, Emery mengambil sebuah makanan berbentuk seperti roti yang entah mengapa bertekstur keras seperti batu.

Fatty memandang Emery dan berkata. "Hei, teman, jangan dimakan. Mengingat rasa makanan itu membuatku gemetar… Percayalah padaku, rasanya seperti batang pohon kering yang sudah busuk. Lebih baik kita tunggu Mags memasak daging drake."

Setelah beberapa saat, Mags telah selesai memasak daging drake. Saat Emery menggigit daging itu, ia merasakan rasa sedap dan hangat pada setiap gigitan. Rasa enak daging itu, ditambah dengan renyahnya bagian yang sedikit gosong, membuat Emery memakan daging itu sampai habis dengan cepatnya.

Setelah makan, Emery memutuskan untuk berbincang-bincang dan mencari tahu tentang anggota tim-nya. Cole adalah acolyte tahun kedua, begitu juga dengan Mags dan Topper. Cole sudah mencoba misi ini tahun lalu namun ia gagal masuk menjadi murid bagian Alkimia.

Setelah mereka beristirahat, mereka segera berdiri dan kembali mencari dengan ditemani oleh cahaya kuning rembulan. Emery bersama dengan teman-temannya itu mencari setiap sudut untuk menemukan tanaman yang mungkin bersembunyi. Berjalan-jalan di tempat yang penuh dengan tanaman berbagai warna, ukuran, serta beberapa tanaman bercahaya membuat Emery merindukan rumahnya.

Dua jam berlalu, dan mereka menemukan tiga lagi semanggi rembulan berdaun empat. Emery masih belum menemukan apa-apa, namun saat ia melewati semak belukar, ia melihat sebuah sulur bercahaya biru dengan sesuatu yang mirip semanggi rembulan di dekatnya.

"Satu, dua, tiga… Empat daun!" Emery berusaha menarik tanaman itu, namun tanaman itu tidak bergerak. Ia menarik lebih keras, dan seketika tanah bergetar. Sulur-sulur di sekitarnya mulai bergerak, dan sebuah tanaman setinggi tiga meter menjuntal keluar dari dalam tanah.

[Angler Vine]

[Level 3]

[Battle Power: 30]