Dan, Cinnong menyadari jika Ryan sedang tidak ingin diganggu untuk beberapa menit ke depan. Jadi, sang gadis membiarkan saja sahabatnya tersebut dengan segala 'kesenangan' yang dimiliki.
Cinnong kembali melangkah pelan, mengamati ke seluruh sisi ruangan. Lalu, perhatiannya terhenti pada bentuk bola biru transparan yang diapit dua pilar—dari sisi atas dan sisi bawah—di tengah-tengah ruangan.
"Thanks, Aios," Ryan bergumam seorang diri sementara sepuluh jari tangannya bergerak lincah di atas keyboard laptop-nya. "Kau sudah mengizinkanku memasuki sistemmu."
Cinnong menoleh pada sahabatnya itu, sang gadis tersenyum tipis namun terlihat sangat manis. Yaah, laki-laki itu memang selalu bisa diandalkan. Meski, terkadang cara yang dilakukan sahabatnya tersebut sedikit agak aneh, lain daripada yang lain.
"Hey, Cap," Ryan berseru memanggil sang kapten. Ia tahu pasti jika ruangan tersebut juga tertanam alat komunikasi. "Kau di sana?"
