"Sesuai keinginanmu, Nona," Ryan tersenyum lebar. Mengangkat wajah, sepasang mata membesar, dan tubuh yang diam tak bergerak. Hening seperti patung batu.
Tingkah polah laki-laki tersebut membuat Angela tak kuasa menahan tawanya. Berkali-kali sang gadis menggeleng-gelengkan kepala.
"Kau benar-benar konyol," ujar Angela. "Kau tahu itu?" Tapi Ryan tetap mematung, tak bergerak.
Angela pun memindai wajah dan kedua retina mata laki-laki tersebut. Sebentar saja, pemindaian itu pun selesai.
"Satu lagi," ujar Angela, kembali sang gadis menyodorkan C-Pad ke hadapan Ryan. "Letakkan satu jarimu di lingkaran itu."
Ryan menatap wajah cantik di hadapannya, lalu beralih memandang gadget di tangan Angela. Ia melihat lingkaran yang dimaksudkan gadis tersebut, di sudut kanan C-Pad.
"Bukankah pemindaian sidik jari sudah dilakukan tadi?" Ryan mengernyitkan dahi, memandang lagi pada Angela. "Masih belum cukup, ya?"
"Yang ini, untuk mengambil sampel darahmu."