"Gue rasa apa yang dikatakan Guntur benar adanya," ujar Ryan, ia menghela napas lebih dalam lagi. "Untuk sementara, kita tidak bisa melakukan apa-apa soal itu, Boris. Bersabar saja dulu."
"Bersabar kek gimana?" tukas Boris. "Dia teman kita, Yan."
"Gue tahu."
"Teman yang udah bertahun-tahun," jelas sekali kata-kata Boris meluncur mewakili perasaannya yang berkecamuk antara marah pada orang-orang yang membawa Yuma dan kesal akan ketidakberdayaan diri. "Masak kau mau mengabaikan hal ini begitu saja!"
"Gue gak mengabaikan hal ini, Boris," Ryan menyipitkan pandangannya pada pria Batak tersebut. "Enggak sama sekali. Lu pikir," Ryan mengangkat gadget di tangannya agar terlihat lebih jelas bagi Boris. "Gue mempertaruhkan nyawa mencuri benda ini buat apa, hah?!"
"Yan!" bentak Dharma menengahi kedua sahabat tersebut. "Sudahlah. Boris hanya terbawa emosi, aku yakin kalian adalah sahabat terbaik yang pernah aku lihat. Jadi, tenanglah."