"Tujuan kita masih tetap sama!
Keputusan kembali ke kerajaan, agar supaya kita dapat bersama-sama mewujudkan tujuan itu dengan melibatkan kerjaan-kerajaan lainnya!".-Terang Regita pada Rata.
Sejenak Rata membisu, kenangan hadir membawa Getir kehilangan yang begitu menyesakkan dada. Saat ini ia hanya tertegun dan menundukan kepala.
"kembali, cemas menanti! penuh kehangatan, penuh arti.
Hmmm, sungguh aku merindukannya!".-Batin Rata
Kemudian Evu melangkah dan menepuk pundak Rata dengan satu makna.
"Saudaraku!
Apa yang terjadi denganmu?".
Tak ada kata, Rata pun masih tertegun di tempat yang sama.
"Hmmm, Aku tahu betul rasa itu.
Begitu menyakitkan, namun bukankah dengan kembali ke kerajaan akan lebih mudah mewujudkan mimpi kita, bukan?"
Kemudian Evu menatap kedua telapak tangannya seraya tersenyum.
"Kehidupan tanpa perang!
Tak ada lagi misi pembunuhan dan penyesalan!
Rata, Mimpi kita saat ini sudah di depan mata, ikutlah dengan kami!
Kita akan bersama-sama mewujudkan mimpi itu dan menciptakan sistem yang tepat!".-Tutup Evu seraya mengulurkan tangan kanannya pada Rata.
Rata Pun hanya menatap Evu sembil tersenyum.
"Selain merasa asing, bagiku saat ini mimpi itu terlalu jauh untuk kita raih, selama masih ada orang seperti Babon, Gora dan lainnya.
Apakah kau pikir mereka akan sadar atas apa yang telah mereka lakukan?
Mereka juga tak akan tinggal diam dengan kekalahan ini!
Selama mereka masih menginkan Sel itu, Peperangan akan terus terjadi!
Pergilah, Aku akan tetap di Belantara, hanya disana tempat yang pantas ku kembali!".-Tandasnya
Evu pun terdiam mendengar pernyataan itu.
"Rata!".-Batin Regita yang seketika menjadi Iba.
Pawata kemudian melangkah dan berdiri tepat di hadapan Mereka.
"Aku tau betul perasaan itu, namun sekali lagi ingatlah bahwa VONGGI adalah Rumah bagi kita semua!
Tak perlu merasa asing, meski kau berasal dari kerajaan berbeda, namun kita telah disatukan oleh ikatan persaudaraan, serta tujuan yang sama!
Ya. benar katamu Rata, mereka tak akan tinggal diam dengan kekalahan ini".
Pawata pun melangkah ke arah Rata, kemudian mendekapnya.
"Baiklah, Telah aku putuskan, mulai hari ini kau akan Menjadi Ketua KUNEON!
Aku ingin kau tetap berada di belantara untuk mengawasi mereka!".
Seketika Rata terkejut, dan menatap Pawata.
Lanjut Pawata.
"Kalian berdua, dengarkan aku baik-baik!
Saat ini Ribusah menghilang. Menurut keterangan Regita, ia menghilang di wilayah Kekuasaan TANTERE!
Kita tak tak tahu pasti apa yang sudah terjadi, namun tentu kita akan khawatir jika Ribusah saat ini berhasil ditangkap Oleh Galara TANTERE!
Sekarang, kalian berdua pergilah ke sana, temukan jejak-jejak yang dapat memberi kita informasi. Jika kalian telah menemukannya, segera kembali ke markas, aku dan Regita akan mencarinya di wilayah sekitar sini!".-Titah Pawata.
"Baik!".
***
"Cepat, Jalan!".-Titah Loba seraya menuntun Kamarathy dan Nuna melangkah di jalan setapak menuju kerajaan TANTERE.
"Lepaskan!".-Ucap Kamarathy seraya meronta membuka ikatan pada kedua tangannya.
Sambung Nuna.
"Siapa kalian?
Dan apa tujuan kalian?".
"Hmm Tujuan?"-Sahut Loba seraya tertawa angkuh.
***
"Lapor!
Semua jasad sudah di Evakuasi, dan semua Tim Medis lainnya telah kembali ke kerajaan masing-masing!".
"Baik, Saatnya kita juga kembali kekerajaan!".-Titah Ratojeng.
---
Di tengah langkah, Sampoana menyadari perubahan Sikap Sando yang sejak tadi hanya terdiam murung.
"Apa yang terjadi denganmu?
Apa kau baik-baik saja?".-Ucap Sampoana Pada Sando.
"Ya!
Aku baik-baik saja!".
Sejenak Sando membatin.
"Apa sebaiknya ku beritahu Sampoana?".
Tidak!
Biar aku sendiri yang akan menyelidikinya!".
"Apa kau melihat Paksi, Kento dan Bobo?".-Ucap Sando pada Pande.
"Mereka ada di barisan belakang, kek!".
"Tolong panggil mereka untukku!".
"Baiklah!".
Sun pun menoleh dan menatap Sando.
"Wajahmu begitu pucat!
Benar? kau sendang baik-baik saja?".
"Ya!".
Sando pun menghentikan langkahnya dan di ikuti Sun dan Sampoana.
"Ada apa?".-Tanya Sun.
"Ada sesuatu yang harus aku lakukan!".
"Apa?
Katakanlah!".
"Aku akan kembali ke markas, mengambil semua sampel penelitian kita, dan juga beberapa peralatan yang dibutuhkan.
Aku ingin Paksi, Kento, dan Bobo menemani ku!".
"Baiklah!".
Tak berselang lama, Paksi, Kento dan Bobo datang menghampiri mereka.
"Apa Paman Sando memanggil kami?".-Ucap Paksi pada Sando.
"Ya. Dengarlah!
Paman Sando akan kembali ke markas, pergilah ambil semua barang yang kita butuhkan, Setelah itu hancurkan Markas dan Jangan tinggalkan Jejak sedikit pun!".-Titah Sun.
"Baik!".-Jawab Paksi.
***
"Sepertinya tak ada tanda kehadiran Ribusah di tempat ini!".-Ucap Pawata Pada Regita.
"Aku benar-benar khawatir!
Bagaimana jika ia benar-benar tertangkap oleh Galara TANTERE!".-Ucap Regita
"Tenanglah!
Lagipula aku tak yakin bahwa ia akan semudah itu tertangkap!".
"Apa sebaiknya kita temui Sando dan Sun?
Siapa tau mereka mengetahuinya!".
"Sebaiknya kita menunggu informasi dari Rata dan Evu. Jika mereka juga tak menemukan jejeknya, barulah kita temui mereka!".-Jawab Pawata.
"Ya. Baiknya kita membentuk satu tim Khusus!
Tak hanya Ribusah, Ribuyah juga akan menjadi ancaman bagi kerajaan lainnya.
Saat ini, hanya Ribusah lah yang bisa menyelamatkan Ribuyah.
Meski aku tak menyaksikan kekuatan VULA yang dimilikinya, namun aku yakin kekuatan itu benar-benar sangat mengerikan!".
"Ya. Benar katamu!".
***
Duduk sembari bersandar di sebuah batang pohon.
"Sepertinya aku banyak kehilangan darah!".-Batin Ojo tengah meliliti bebatan di bahu kanannya.
"Sialan Pawata. kalau saja ia tak datang, pasti rencanaku membunuh Dwi Murti dan Kolo sudah berhasil".
Kemudian Ojo menatap Ribuyah yang tengah berdiri di hadapannya.
"Hmmm, Tapi tak mengapa.
Meski rencanaku Gagal, namun aku punya Pion yang Tak terkalahkan!".-Batin Ojo kemudian tersenyum angkuh.
***
Malangkah barada di barisan belakang, perlahan Saba memperlambat langkahnya ketika menatap gerbang kerajaan.
Seketika terkenang kisah ketika bersama ayahnya.
______Ingatan Saba
"Yeee. Kita Sampai!".-Ucap Saba yang berada disisi kanan Sang ayah dengan sangat bahagia.
Saba kemudianenghentikan langkahnya di tempat yang sama, kala ayahnya berdiri menatap Gerbang kerajaan dan mengulangi Ucapan Ayahnya saat itu.
"VONGGI adalah Rumah bagi kita!
Kelak kalian kan mengerti, begitu pentingnya arti Rumah!".
Kemudian Saba tersenyum, seraya membatin. "Ya. Kini aku mengerti, ayah!".
***
Melangkah di koridor, Ketika menginjakan kaki pada anak tangga, Paksi menghentikan langkahnya. Ia pun kembali menoleh, kemudian menatap Koridor dan beberapa Ruangan lainnya.
"Parasaan apa ini?
Hmmm, Sepertinya aku tak Rela meninggalkan tempat ini!".-Batinnya.
"Hmm. Aku tahu perasaanku sama sepertimu!
Tempat ini adalah rumah bagi kita. begitu banyak kenangan yang tercipta, dalam kebersamaan.
Rasanya aku tak rela jika tempat ini akan dihancurkan!".
***
Melangkah di koridor, menuju Ruang Laboratorium.
Ketika Bobo berada di depan pintu, seketika ia menghentikan langkahnya, ia benar-benar terkejut mendenger Sando yang tengah berteriak berontak dan menghancurkan beberapa peralatan.
"Tidak. Ini tidak Mungkin!".