Chapter 28 - 28 Aliansi

Di balkon istana, berdiri seraya menatap Wilayah kuasa.

Kalut, hembus angin menyulutkan amarah.

Tiba-tiba Jeko datang menghampirinya.

"Ternyata kakak Disini!".

"Hmm. ada apa?".

"Surat balasan dari Babon!".

Sahut Jeko seraya menyodorkan Sepucuk surat.

"Terima kasih!

Jeko tolong kau panggil Pande kemari!".

"Baiklah!".

***

-Kerajaan VONGGI-

Di Ruangannya. Duduk seraya membaca sebuah Buku.

Suara langkah terdengar, dan di akhiri dengan suara ketukan pintu.

"Tok! Tok! Tok!".

"Siapa sih datang bertamu larut malam begini?".

Kolo pun bangkit dan mengintipnya dari jendela.

"Dwi Murti?".

Pintu pun terbuka.

"Hmm. Ada apa?

Jam segini kau menemuiku?".

Dwi murti pun tak menyahut pertanyaan itu. Tanpa menoleh ia meneruskan langkahnya kemudian duduk di sebuah bangku yang berada tepat di depan sebuah meja. .

Kolo pun mengusap kepalanya.

"Hmm. Malesa munimo aku Ra povia na ii".-Gumam Kolo.

Dwi Murti pun menatap sebuah Buku yang diletakan di atas meja.

"RAHASIA BANGUBINGE".

"Apakah kau juga membaca buku ini?".

Kolo pun tersenyum Simpul.

"Ya. Menambah pengetahuan Asmaraku!".-Sahut-nya.

Melihat sikap itu, Dwi Murti pun tertawa terbahak-bahak.

"Sialan!

Apa kau datang kesini hanya untuk mengejek ku?".-Gerutu Kolo

Balas Dwi Murti dengan sebuah Ejekan.

"Hmm. Ku pikir selama ini kau tak tertarik pada Wanita!".

Lanjutnya terkekeh.

"Sialan!

Hmm. Katakanlah!

Ada apa jam begini kau mengunjungiku?".

Saat ini Kolo benar-benar Kesal.

Dan mengekpresikannya pada wajahnya.

Seketika Dwi Murti terdiam.

Termanggu, kemudaian mengusap wajahnya dengan hembusan Nafas yang begitu berat.

"Aku sedang Bingung!

Iki mengajakku menikah!

Aku tak tahu harus berkata apa!

Apakah kau punya saran untuk ku?".-Terang Dwi Murti.

Balas Kolo dengan sebuah Ejekan.

"Hmm. Begitu ya?

Ku kira selama ini kau tak memikirkannya!".

"Sialan! Tak usah balas mengejekku!

Cepat, Bantu aku!

Apa yang harus ku lakukan?".

Dwi Murti pun menutupi Wajahnya dangan Dua telapak tanganya.

Kolo pun menautkan kedua tangannya di dada seraya menarik Nafas dalam.

"Tanyakanlah pada dirimu!"-Tegas Kolo.

"Hmm. Tanya apa! Aku pun bingung harus begaimana!".

"Hmm apakah kau sudah Siap?".

"Ya!".- Kata itu diucapkan dengan Nada keraguan.

"Hmmm. Ya!

Menikah itu bukanlah sesuatu yang mudah!

Di butuhkan kesadaran dan pengertian dari keduanya.

Jika kau rasa sudah siap, mengapa tidak. Lagi pula dari hasil pengamatanku, Pangeran Iki benar-benar tulus mencintaimu".

"Ya. Aku tahu itu!

Hmmm. Baiklah akan ku pikirkan!

"Ya. Pikirkan lah matang-matang!

Jika kau yakin ia adalah lelaki yang terbaik untukmu, Segerakanlah!

Aku juga yakin Iki adalah Orang yang baik untukmu, yang bisa menuntuntu menjadi lebih baik!".

"Hmm. Apakah selama ini kau menganggapku kurang baik?".

"Hmm. Dari sejak Ibumu meninggal aku lah yang membatu ayahmu merawat dan membesarkanmu!

Aku benar-benar tahu dirimu, sama seperti Ribuyah".

"Hmmm!

Jangan pernah bahas itu padaku!

Dan jangan kau sebut nama itu di hadapnku!".

Dwi murti pun bangkit seraya Pergi.

"Pikirkanlah baik-baik!

Dasar!".

***

Matahari merekah.

Gema Sorak-sorai Galara memecah keheningan.

Memakai pakaian putih, Melangkah seraya Menatap sekitar.

"Ojo. Kemarilah!".

"Ada apa yang mulia?".

"Dimana Ribuyah?"

"Ia sedang berlatih di lapangan".

"Mulai saat ini kau ganti namanya menjadi Ben!".

"Baik!".

"Pergi, lakukanlah!".

***

-Markas BLACK TENDE-

"Baiklah. Jika itu keputusan Kalian, aku akan kembali ke Markas. Jika semuanya sudah siap, segera ku kabari kalian!".-Ucap Pawata.

"Baiklah!

Aku menunggu kabarmu!".-Sahut Sando.

"Baik. Kami pergi!".

"Ya. Berhati-hatilah!".

***

-Kerajaan BUNTO-

"Ayah. Aku ingin meminta Restu darimu. Aku Akan melamar Dwi Murti!".

"Iki. Apa kau yakin dengan keputusanmu itu?".

"Ya?".

"Apa kau benar-benar mencintainya?".

"Ya. Ayah!".

"Sekarang. Panggil Ibumu Kesini!".

"Baik!".

***

Di balik pepohonan.

Beridiri menautkan tangan di dada seraya mengamati Ribuyah berlatih.

"Sial!

Sepertinya Ojo benar-benar telah memanipulasi kesadarannya!".

Tiba-tiba Ojo tiba melangkah menghampiri Ribuyah.

"Sial. Benar kan dugaanku!".

***

-Kerajaan BUNTO-

-Di ruang Istana-

"Jika kau merestuinya, Hmmm, baiklah. Besok kita akan pergi menemuinya!

Men, Pan!

Kalian pergilah Ke Kerajaan VONGGI!

Bawa surat ini pada Dwi Murti!".

"Baik. Laksanakan!".

***

-Markas KALIKIT-

"Kamarathy!

Nuna!"-Seru Gora yang melangkah kearah Ruang Anggota. Gora menemui beberapa anggotanya yang sedang duduk disebuah kursi depan Ruangan.

"Gode. Apa kalian melihat Kamarathy dan Nuna?".-

"Barusan mereka ke Ruang depan!

Ada apa?".

"Sial!

Gode, Dusy!

Ikuti aku!".

Mereka pun bergegas menuju pintu utama Markas.

"Brengsek!".

Tepat di depan Pintu, Gora menemui Dua Penjaga Gerbang telah tewas terkapar dan membuat Gora berang.

"Ternyata kalian berdua pelakunya!".

"Cepat. Kejar!

Tangkap mereka hidup-hidup!".

"Baik!".

"Lihatlah!

Kalian berdua akan benar-benar menyelasalinya!".

***

-Ruangan Sun-

"Sekarang kalian kembalilah ke kerajaan, supaya kakak tak mencurigainya".-Ucap Sun dengan Tandas.

"Benar!

Teruslah amati gerak-gerik Nebot dan Bute!".-Tambah Sando.

"Baiklah".-Sahut Sampoana.

"Berhati-hatilah!".

"Momy. Teruslah berlatih ya!

Paman yakin suatu saat nanti kau akan menjadi ahli pengobatan seperti Bibi Sampoana!".

"Ya. Paman!".

"Sampaikan Salam kakek pada Pande ya!".-Tambah Sando.

"Siap. Kek!".-Sahut Momi.

Mereka pun berlalu.

"Baiklah Sando!

Kita persiapkan semuanya!".

Merekap pun melangkah menuju Laboratorium.

***

-Kerajaan BAKA-

"Awas kau Ratojeng!

Kau tahu kan, apa akibatnya jika berani mengkhianatiku!".

Babon pun merobek Secarik kertas yang berada di genggamannya.

***

-Tepi Barat Belantara-

"Ada apa kau menemuiku?".-Ucap Lelaki yang mengenakan Jubah Kuning itu.

"Ratojeng baru saja mengirimku sepucuk Surat. Ia membatalkan Perjanjian Kerjasama itu!

Aku akan memeranginya!

Jika kalian berada di pihakku, kalian kan mendapatkan setengah dari proyek itu!".

"Hmm. Apakah ucapanmu bisa di percaya?".

"Pikirkanlah!".-Serunya seraya balik arah.

"Hmmm".

***

-Kerajaan TAIPA MADIKA-

-Di sebuah Ruang Rahasia-

Duduk sembari membaca buku.

Bute pun berdiri tepat di hadapan Nebot seraya menutkan kedua tanganya di dada.

"Dari mana saja kau?".-Tanya Nebot.

"Apa kau sudah mendengar kabar?".

"Ada kabar Apa?".

"Ratojeng membatalkan perjanjian Kerja sama itu!".-Terang Bute.

Nebot pun menutup bukunya kemudian Berdiri.

"Sekarang Kau panggil Ru'u dan Bu'u kesini!".

"Baiklah!".

Bute pun berlalu.

"Hmm. Apa yang sedang Ratojeng rencana kan?

Apakah ia ingin menghancurkan kerajaan ini?".

***

-Di Balkon Istana-

"Jeko. Tolong Kau panggil Paman Nebot dan Bute. Katakan aku menunggu mereka di Ruang pertemuan (BARUGA)".

"Baiklah!".

Di depan istana.

Jeko menemui Ebong sedang melangkah di koridor Istana.

"Apa kau melihat Paman Nebot dan Paman Bute?".

Sahut Ebong. "Tidak aku tak melihatnya!

Ada apa?".

"Aku diperintahkan Kakak mencari mereka".-Terang Jeko.

"Hmm. Baiklah.

Akan ku bantu kau mencarinya!".

"Baik. Terima kasih!

Jika kau bertemu mereka, Sampaikan Kakak sedang menunggu di Baruga!".

"Baik!".

***

Di sebuah lapang Ilalang.

Berdiri menatap tajam dari Dua Arah.

Dwi murti pun melangkah kearah babon didampingi Ben, Ojo dan Kolo.

Begitu pun dengan Babon.

Ia di kawal oleh Tiga Pengawal Misteriusnya.

"Jelaskan padaku!

Apa tujuanmu mengundangku kesini!".-Ujar Tandas Dwi Murti.

"Aku berencana mememarangi Ratojeng!

Aku tahu, kau sangat membencinya. Apakah kau bersedia beraliansi denganku?".-Terang Babon