"Paman. Apa sebaiknya kita menyerang mereka saja?". Ucap Zero yang sedang menggebu-gebu.
"Jangan!
Kita tunggu waktu yang pas!
kalian teruslah amati pertarungan mereka!".
"Baik!".
Ranggo pun membatin.
"Dilihat dari Jurus-jurus yang mereka gunakan, sepertinya merka benar-benar kuat!"
***
-Ruangan Sun-
"Kita akan Perangi Babon!".
Mereka pun serentak terkejut.
"Hah?".
"Ya. Hanya cara itu yang bisa kita lakukan untuk menjaga nama baik kerajaan".
"Pertimbangkanlah baik-baik keputusanmu itu!
Saat ini kekuatan yang kita miliki tak sebanding dengan mereka. Apalagi jika Babon melakukan aliansi dengan Dwi Murti!
Hmm, Kebetulan Pawata ada disini bagaima kalau kita diskusikan padanya, supaya kita bisa memperhitungkan kekuatan yang kita punya!".
"Hmm Benar!
Baiklah. Kita akan coba bicarakan dengannya!".-Tegas Sun seraya melangkah.
Dalam langkah, sejenak Sampoana menerka.
"Apakah dia adalah Pawata Panglima VONGGI?".
Di ruang anggota, mereka mendapati Pawata sedang duduk bercakap-cakap dengan Kento.
"Maaf karena sudah lama menunggu!".-Ujar Sando.
"Hmm. Tak mengapa, Santilah!".
Pawata pun menatap Sando saraya menautkan kedua tangan di dada.
"Sando. Aku benar-benar takjub melihatnya!
Hmm. Artificial Intelgensi ya?
Serasa aku seperti sedang melihat dua manusia punya kemampuan yang Sama".
"Gawat!".
Sando pun membatin seraya melirik Sampoana.
"Sepertinya Sampaona telah menyadarinya!".
"Oh iya. Kento, Apa kau tahu Bobo dan yang lainya kemana?".
"Tidak. Mereka tak mengatakannya padaku!".
"Baiklah Sekarang kau cari mereka! Perintahkan untuk berkumpul".
"Baik!".
Saat Kento berdiri, hal yang tak terduga pun terjadi.
Mereka semua terkejut melihat Pedang sampoana telah mengenai lengan Kanan Pawata.
Sando pun bergerak cekatan dan mencekal tangan Sampoana.
"Sampoana, tenanglah!".
"Lepaskan aku!
Akan ku kubunuh dia!".
"Sampoana ya!".
"Katakan padaku!
Mengapa Si pembunuh ini ada disini? Apakah saat ini kalian bekerjasama dengannya?".
"Bibi, Tenanglah!"-Tegas Sun.
Sun pun melangkah kamudian berdiri tepat di antara Pawata dan Sampoana.
"Pawata!
Maaf atas kesalah pahaman ini!".
Pawata pun tersenyum.
"Hmm tak apa!
Aku benar-benar mengerti perasaan itu!".
Pawata pun berdiri kemudian menundukan Kepalanya.
"Maafkan aku!
Aku benar-benar mengerti perasaan kalian. Meski ku tahu ucapan maaf ini tak Cukup melegakan hati kalian.
Aku pun sadar, saat ini tak ada yang bisa ku lakukan.
Sekali lagi, maafkan aku!".
"Hmm Pawata Angkat kepalamu!
Semua telah terjadi, dan semua ini hanyalah sebuah kesalahpahaman. Sampoana benar-benar tak tahu apa sebenarnya yang terjadi saat itu!".
"Apa. Salah paham Katamu?
Apa kah kau lupa? Merekalah yang telah menghancurkan kerajaan kita. Mereka menyerang dan membunuh Kakek dan Saudara-Saudara kita.
Apa kalian lupa! Hah?".-Ketus Sampoana.
Sando. Lapaskan Aku!".
"Hmmm!".
Sun pun mendekati Sampoana.
"Bibi tenglah!
Benar, semua ini hanyalah sebuah kesalah pahaman!
Saat ini kita tak punya banyak Waktu untuk menjelaskannya.
Aku janji, saat masalah ini selesai semua akan ku jelasakan padamu apa sebenarnya alasan sehingga perang Silam terjadi!".
Sampoana pun luluh dan melemaskan genggaman pada pedangnya.
"Pawata!
Coba kulihat lukamu!
Biar ku obati!".-Tawaran Sando.
Saat Sando melihatnya, ia pun tersenyum.
"Aku tak percaya. Ternyata kau juga memiliki Sel penyembuhan itu ya!".
"Hmm".
"Warisan dari Kinore ya?".
"Hmm. Begitulah!".
Seketika Sampoana tertegun mendengar Nama Kinore diucapkan.
Ia pun membatin.
"Apakah dia juga keturunan Kinore?".
Sando pun menepuk pundak Pawata.
"Pawata. Sepertinya saat ini kita punya Sel tubuh yang Sama!".
"Hmm. Tidak mungkin!
Ternyata benar ia adalah keturunan Kinore!".
Sampoana menyarungkan pedangnya seraya berkata.
"Artificial Intelegensi!
Sun, Sando jelaskan padaku. Apa maksud dari semua ini?".
"Aduh Gawat!".-Bantin Sando.
"Apakah Kalian kembali melakukan Praktik terlarang itu?
Sando jelaskanlah padaku!".
"Ya benar!
Tapi mohon dengarkan Dulu penjelasanku!
Gora telah kembali melakukan Praktik terlarang itu. Saat ini ia sedang memburu beberapa Sel Dari suku terkuat yang tersisa.
Perlu kau tahu, saat ini sebagian besar Anggota KALIKIT adalah Kloning yang ia Ciptakan Dari Sel-sel itu!
Aku tahu dibalik rencana Babon mengajak kita untum bekerja sama, tujuannya hanya dua.
Mengincar Sel milik anak keturunan kita. Dan merebut kekuasaan dalam kendali Rencana Nebot dan Bute sialan itu!
Sampoana, aku tahu praktik itu adalah sebuah pelanggaran.
Tapi ketahuilah sama sekali aku tak berniat untuk mengkhianati Amanat Kakek dan Ayah.
Ku pikir pikir, saat ini hanya dengan cara itu kita bisa melawan mereka!".
***
"Sepertinya mereka tak lagi mengejar kita!".
Langkah pun terhenti di sebuah Lapang.
"Apakah Ayah baik-baik saja?
Coba kulihat lukanya!".
"Tenanglah. Kau tak perlu khawatir!
Sebentar lagi lukanya akan pulih!".
Cira pun terkejut melihat bekas luka yang telah tertutup itu.
"Sel Penyebuhan pada tubuh Paman benar-benar Cepat ya!
Apakah tubuh kami juga seperti itu, Paman?".
"Hmm. Benar.
Tubuh kalian sama juga seperti paman. Kita semua di Warisi Sel penyembuhan ini. Namun untuk memaksimalkannya, kalian harus menguasai Jurus penyembuahan itu!".
"Seperti itu yah ayah?".
"Ya. Mmpp. Jika kalian benar-benar menginginkannya, maka pelajarilah dengan Sungguh-sungguh!".
"Hmm. Jurus yang latihanya membosankan itu ya!
Menyebalkan!".
Sabo pun bangkit seraya berkata.
"Hmm. Baiklah!
Ayo kita pergi!".
Seketika mereka pun tertegun melihat kehadiran Tonggu.
"Hmmm. Kalian mau kemana?".
"Sial. Ternyata mereka belum benar-benar pergi!"
Sabo pun menghuskan pedangnya mendongkak kearah Tonggu kemudian menebaskan pedangnya.
Dengan sebuah gerakan tangkas Tonggu pun menghindari tebasan itu dan salah seorang anggotanya memanfaatkan celah itu menyerang Sabo dengan sebuah sabetan pedang.
"Paman!
Ayah!".-Ucap Jen dan Cira serentak.
"Awww. Sial! ".-Jerit Sabo.
Jen pun menyelamatkan Sabo dan menarik mundur.
"Akan kubunuh kalian!".
Cira pun menghunuskan pedangnya. Saat ini amarahnya benar-benar telah memuncak.
Seketika tanda di dahinya Mengeluarkan Cahaya Berwarna Merah Muda. Tanda itu kemudian menyebar dan menutupi sebagian tubuhnya.
"Yaaaaaaaaaa!".-
Cira pun bertekuk seraya menjerit, menahan besarnya kekuatan dari tanda kutukan itu.
"Cira apa yang terjadi denganmu?".
"Menjaulah!
Jangan dekati dia!
Sabo pun mendongkak seraya menarik Jen.
"Hmm. Sepertinya tanda kutukan itu telah bangkit ya?".
"Inilah kesempatanku!".
Tonggu pun mengambil Busur panah milik Anggotanya dan membidikannya Kearah Cira.
Anak panah itu melesit laju kearah Cira, namun saat mengenai tubuhnya anak panah itu terpental jauh.
"Sial!
Sepertinya tanda kutukan itu benar-benar melindunginya!
Merepotkan!".
Tonggu pun menghunuskan pedangnya dan berlari ke arah Cira.
Cira pun melompat menemui Tonggu.
"Sial. Dia dia benar-benar Cepat!".
Cira pun menebaskan pedangnya pada Tonggu dan Anggotanya.
Meski mereka berhasil menagkisnya, Namun karena kekuatan besar dari Cira membuat mereka serentak tepelanting jauh!".
Tak sempat berdiri, Salah Seorang anggota Tonggu terkejut dengan kehadiran Cira yang tiba-tiba berdiri di hadapanya.
Cira pun menusukan pedangnya tepat di dada lelaki itu.
"Matilah!".-Ucap Cira seraya terus menusukan pedangnya.
"Ahh".-Jeitnya seraya menahan pedang milik Cira.
Meski telah tertusuk, namun lelaki itu mencoba menyerang Cira dari sisi kirinya.
Dengan santai Cira menangkap ujung pedang lelaki itu.
Cira menarik pedangnya dan mengijak leher lelaki itu.
"Kekuatan dari tanda kutukan itu benar-benar mengerikan!".-Batin Sabo.
Salah seorangnya mencoba menyelamatkannya dengan menebaskan pedangnya pada leher Cira.
Cira pun bergerak kemudian menangkap leher lelaki itu.
Cira pun mencekiknya membuat lelak itu menjerit meronta.
"Matilah!".
Cira pun menusukan pedangnya tepat pada jantungnya kemudian melemparkannya pada Salah seorang yang berlari ke arahnya.
"Bocah itu benar-benar kuat!".-Ucap Tonggu.