Chereads / Pangeran Kecil dan seekor Kunang-kunang / Chapter 20 - 20 Penyelamatan

Chapter 20 - 20 Penyelamatan

"Maafkan aku!

Sebenarnya saat itu kami juga di tugaskan untuk membunuh Babon!

KEDAMAIAN!

Kami pun menginginkan hal yang sama!

Saat ini ada beberapa petinggi kerajaan terbukti diam-diam mengkhendaki terjadinya peperangan.

Semalam Pemimpin kami mendapatkan informasi bahwa, malam itu beberapa petinggi kerjaaan akan melakukan pertemuan rahasia di tempat itu dengan pemimpin Kerajaan kami.

Tujuan pertemuan itu adalah membahas rencana Aneksasi.

Maka itu kami ditugaskan untuk menghabisi mereka. 

"Pemimpin kerajaan kalian?".

Mendengar pertanyaan Ribusah, Saba memejamkan kedua matanya. Saat ini ia berusaha mengembalikan ingatan silamnya. Ingatan yang tak pernah lepas dari sadarnya.

"Dwi Murti!

Ia adalah pemimpin kerajaan VONGGI.

Sejak ia duduk di takhta kekuasaan, seketika kerajaan kami berubah menjadi Neraka.

Tak ada kedamaian, hanya tangis dan air mata. Kejam. Ia benar-benar membawa kerjaan kami menuju kehancuran.

Dahulu, kerajaan kami sangat makmur, kekayaan alam sangat melimpah ruah. Kala itu kami sangat bahagia, Harmonis dimana setiap orang saling menerima. Bahu-membahu, dalam satu ikatan persamaan, menjunnjing tinggi nilai persaudaraan, itulah yang mengukuhkan kerajaan kami.

Namun sejak Dwi Murti menguasai kerajaan semua berakhir!

Perlahan ia melakukan ekspansi pada wilayah-wilayah kerajaan kecil.

Perang!

Hanya itu yang di inginkan!".

"Dwi Murti benar-benar biadab!

Sungguh wanita yang berhati Iblis!".-Ucap Ribusah.

"Aku benar-benar tahu perasaan itu sehingga ia berbuat demikian!

Kebencian yang mendalam telah menguasainya!

Sama seperti kami, ayah Dwi Murti tewas pada perang di masa silam.

Dwi murti adalah Putri Raja Mudi kakak Raja Jack.

Ayahnya terbunuh di medan perang saat melakukan pertarungan melawan Raja Jamsu.

Itulah yang menjadi alasan Dwi Murti sangat membenci Raja Jack.

Ia menganggap bahwa penyebab tewasnya ayahnya disebebkan oleh kesalahan Raja Jack.

Sejak saat itulah kecambah kebencian tumbuh di dada Dwi murti.

Semenjak kematian Raja Jack, Dwi murti mengambil alih kerjaaan dan membunuh dua putra Jack.

Sesungguhnya Dwi murti adalah Wanita yang sangat baik hati.

Kebencian benar-benar telah menguasainya dan membunuh semua orang yang coba menentangnya, temasuk pemimpin kami".

Saat ini begitu terasa duka menyelimuti Saba.

Tanpa sadar air matanya berlinang.

Mengusap air mata, menghela nafas dalam, lanjut Saba berkata.

"Kini tak ada lagi harapan!

Kerajaan VONGGI telah selesai!

Laksana Neraka, tak ada lagi tawa selain berita duka".

Saat ini lubang-lubang di hati Saba kembali berisi amarah.

"Siapa Pemimpin kalian?".-Ucap Bobo.

Tangan terkepal, berdiri menatap tajam kearah Evu.

"Evu, bantu aku!

bukalah ikatan ini!".

Selangkah lagi Evu akan meraihnya, Saat tangannya kan menyentuh tali ikatan itu tiba-tiba Bobo melemparkan pedang miliknya.

Pedang itu Melesit laju di antara Evu dan Saba berdiri, memaku jarak mereka.

Melesit lajut, Sepintas terlihat pedang itu memantulan Cahaya kemerahan sebelum menancap di dinding ruangan.

Menyeruak. Bobo pun melangkah, seraya berkata.

"Selangkah lagi bergerak, akan ku bunuh kalian semua!".-Ucap bobo dengan tandas.

Terus melangkah. Jarak mereka semakin dekat. Saat Bobo tepat berada di antara Saba dan Evu, Bobo menghentikan langkahnya.

"Katakanlah!

Jawaban kalian akan menentukan nasib kalian".

Jarak mereka begitu dekat Rata merasa Posisi Bobo saat ini menjadi ancaman.

Evu pun telah siaga.

"Jika selangkah lagi kau maju, akan ku tebas lehermu".-Ucap Evu dalam hati.

"Pemimpin kami adalah Pawata.

Mantan panglima kerjaan VONGGI!".

"Apa yang sedang Kakak pikirkan?

Mengapa ia mengatakannya!".

Begitupun dengan Rata. Pikirnya selaras dengan Evu.

Saat bobo beranjak dari posisinya, Evu menghunuskan pedangnya kemudian menyabetkannya kepada Bobo.

Seragan tak terduga.

Dengan gerakan tangkas, Bobo berhasil menghindari sabetan pedang itu dan kembali berdiri di sisi Ribusah.

Pada saat yang sama, Rata memanfaatkan situasi itu dan melepaskan ikatan pada diri Saba.

Rata pun memberikan pedang kepada Saba.

Berdiri sejajar, mengenggam panah dan pedang.

Saat ini Evu dan Rata telah siap bertarung. Berbeda dengan Rata ia kembali menyarungkan Pedangnya.

Rata dan Evu pun tercengang. 

"Apa yang membuatmu berbelas kasih pada Meraka?".

Bergeming, Saba menatap Ribusah penuh tanya.

"Siapa sebenarnya mereka?".

"Saba Sadarlah. -Ucap Rata sambil menarik panah miliknya.

Menatap penuh amarah.

Saat ini Bobo telah mengenggam pilihan

Saba pun berkata.

"Evu, Rata hentikah!".

Saat di ujung kalimatnya, Bobo mendongkak kearah mereka.

"Tak ada Pilihan!".

Melihat langkah pasti Bobo dengan Sontak Evu sontak berteriak.

"PANGOVA!"

Evu pun memutuskan untuk membawa kabur Saba dari tempat itu.

Terus berlari, Saat mendekati pintu utama Bobo melakukan hal yang sama, ia berlari meraih pedang miliknya dan berharap Ribusah akan mencekal langkah mereka tepat di pintu utama.

"Lindungi aku Rata".-Ucap Evu seraya menuntun Saba.

Sahut Rata.

"Kodemo!".

Saat kata itu di ucapkan, Rata pun melepaskan anak panahnya kearah Bobo.

Melesit laju. Anak panah itu berhasil mengenai bahu Bobo.

"Sial!".

Sejenak langkahnya terhenti.

Bobo menjerit dan mencabut sebilah anak panah itu.

Bobo pun bangkit seraya berkata.

"Akan ku habisi kalian!".

Sementara disisi lain, Ribusah hanya bergeming dan menatap pundak Saba yang semakin menghilang ditelan kegelapan.

Terus berlari, langkah demi langkah manautkan Asa.

Saat Bobo menuju pintu utama, hal yang tak terduga pun terjadi.

Tiba-tiba Ribusah mencekal langkahnya dengan berdiri tepat di hadapan pintu.

"Biarkan mereka pergi!".

Bobo pun terkejut. Seraya berkata.

"Apa yang terjadi denganmu?".

Ribusah pun hanya membisu.

Saat ini ia tak mampu mengungkapkan apa yang sedang ia rasakan.

"Apakah kau percaya dengan apa yang mereka ucapkan?".

Matanya semakin memelah, menatap manar tiba-tiba Bobo jatuh dan tak sadarkan diri.

***

Terus berlari. Saat memasuki belantara, Saba menoleh dengan perasaan gasal.

Saba pun menghentika  langkahnya di antara pohon perkasa.

Terpaku, Kemudian menoleh.

"Apa kau baik-baik saja?".-Ucap Rata sambil menepuk pundak Saba.

"Ya. Aku tak mengapa!

Saat ini aku merasa ada yang ganjil. BLACK TENDE!

Apakah kalian pernah mendengar tentang mereka?"

"Aku tak pernah mendengarnya!".

"Apa sebenarnya yang terjadi denganmu?"

"Entahlah!".

"Ribusah. Bobo ya!

Suatu saat nanti kita akan berjumpa!

Baiklah ayo kita pergi!".-Ucap Saba dengan tandas.

***

Akhirnya Bobo siuman.

"Apa yang terjadi denganku?".

"Anak panah itu yah?".

"Sepertinya anak panah mengenaimu beracun!

Tadi kau jatuh pingsan!

Hmm, Begitulah kau saat di kuasai amarah, tak berpikir tentang bahaya.

Dasar Gegabah!".

"Mengapa kau membiarkan mereka kabur?".

Ribusah pun tersenyum seraya menoleh kearah pelita.

"Cobanya kau bisa sedikit lebih tenang, pasti ini dapat memperoleh informasi lebih banyak dari mereka".

"Apakah kau percaya dengan semua mereka ucapkan?

Ribusah, Sepertinya kau keliru.

apakah kau tak menyadari, dari awal mereka ingin menghabisi kita.

Sebenarnya, Apa yang sedang terjadi denganmu?

Apakah kau iba pada lelaki itu?".

"Aku tak tahu!".

"Selain saudara tak ada ucapan yang pantas kita percaya.

Itu kan yang kau ucapkan padaku!"

"Benar apa yang kau katakan! Namun, tak tahu mengapa sejak bertemu mereka batinku terasa bergetar".

"Hmm, Apakah karena kita sependeritaan?

Ku pikir, semua ucapannya hanyalah sebuah omong kosong untuk menipu kita agar kita menjadi Iba.

"Hmmm. Apakah hatimu tak merasakannya? -Ucap Ribusah sambil menatap Bobo.

"Bukankah, kau yang mengajariku bahwa segala sesuatu tak cukup jika hanya di Rasionalkan?

Aku merasa seluruh ucapan mereka benar!

Saat mendegar cerita mereka, aku merasakannya kegetiran padanya.

Seluruh kehampaan dalam hidupnya. Kita sama Bobo!

Ingatlah. Kita telah jauh melangkah, berjalan di jurang-jurang kegelapan.

Ku yakin kau tahu bagaimana Rasanya apa yang saat ini yang sedang mereka rasakan.

Jika kau sedikit tenang sedikit, kita bisa dapatkan informasi lebih tentang mereka.

Hmm, itu lah kebiasaan burukmu. Emosional, Gegabah dan bertindak tanpa dasar pengertian.

"Hmm, Maafkan aku!

Aku benar-benar tak bisa mendalikan diri. Perintah Benakku saat itu, hanya satu!

"Membunuh!".

Apalagi tadi situasinya sangat berbahaya bagi kita.

Aku hanya bertindak sebagai seorang saudara yang bisa melindungimu!

Hanya itu yang ku pahami!".

"Iya, namun harus dengan penuh pertimbangan, jika situasinya membahayakan pikirkanlah!

Ingatlah, nyawamu jauh lebih berharga!".

"Maafkan aku!".