Chapter 16 - 16 Rencana

"Regita, Bagaimana Keadaannya?".

"Semua Organ-nya baik-baik saja!

Namun ada sesuatu keaneh yang ku temukan pada sebagian tubuhnya!".

"Keanehan?".

Pawata pun melangkah mendekatinya.

"Apakah itu adalah TANDA VULA?"-Ucap Pawata dalam hati.

Akhirnya Ribusah pun Siuman.

Saat membuka kedua matanya, Ia terkejut melihat wajah Regita.

"Siapa kau?".

"Hmm tenanglah!".

Ribusah pun duduk seraya menatap keadaan.

"Bobo!".

Ribusah pun bangkit kemudian melangkah ke tepi Sungai.

Jalan setapak, pohon perkasa dan semak belukar masih menyimpan kenangan.

Kehidupan, Getir dan kesetiaan mengajarkan makna persaudaraan.

Melangkah, perlahan Ribusah membuka ruang penerimaan.

Langkah terhenti tepat di depan Jasad Bobo.

Berdiri mendongak tanpa kata.

Mereka menatap Ribusah penuh dengan Rasa bersalah.

Setelah semuanya kelegaan terasa, Ribusah pun betekuk lutut seraya menatap Wajah Bobo.

"Kembalilah kepada Tuhanmu dengan Jiwa yang tenang!".

Ribusah memperlihatkan senyuman terindahnya pada Bobo.

Saat tangannya menyentuh Wajah Bobo, seketika Tanda VULA di tangan kirinya menyebar menutupi luka Bobo.

Ribusah Pun terkejut melihat kejadian itu. Begitu pun dengan Kacong, Saba, Evu dan Rata.

"Apa yang terjadi?".

"Hmm ternyata dugaanku benar! Tanda itu adalah Tanda VULA!".-Ucap Pawata dalam Hati.

"Pawata. Apa yang terjadi dengan Bobo?".-Ucap Regita.

"Sepertinya Bobo terkena Sabetan Guma Milik Kacong!".

"Ya. Maafkan Aku!

Aku yang telah membunuhnya!".-Jawab Kacong seraya menundukan kepalanya.

Kacong pun tertegun diselimuti Rasa bersalah.

"Tenaglah!

Sepertinya Ia Akan bisa selamat!".-Ucap Pawata seraya menepuk pundak Kacong.

"Selamat?

Apa maksudmu?".

Mereka pun bingung dengan maksud ucapan Pawata.

"Sebenarnya Bobo Adalah Putra Tobibo!

Tobibo adalah salah satu keturunan dari Bulava!

"Bulava?".

"Ya. Bulava adalah Adik Pertama Tadulako yang memiliki Sel Genetik penyembuhan yang sangat begitu Cepat.

Bulava sangat berbeda!

Dari Mereka berlima, hanya Bulava lah yang diwarisi Sel itu dari Ibunya".

"Sel penyembuhan ya?

Apakah saat ini hanya Bobo yang tersisa?".

"Dari hasil penelitianku, Saat ini Keturunan Bulava tersisa berjumlah Delapan Orang!

Keturunan Bulava menyebar di wilayah Timut dan selatan".

"Delapan Orang ya?".

"Ya. Delapan Orang, termasuk Ratojeng!".

Mendengar ucapan itu, Mereka pun terkejut Serentak.

"Apa?".

***

Penyebaran Tanda Vula telah menutupi seluruh luka di sekujur tubuh Bobo, Namun saat ini tak ada tanda-tanda bahwa Bobo kembali bernafas.

Menatap keadaan itu, Pawata pun melangkah kemudian berdiri tepat disisi Kiri Ribusah.

"Ribusah bisakah kau sedikit mundur?".

Ribusah pun bangkit kemudian menjauh dari Pawata.

Bertekuk seraya membaca sebuah Mantra. Pawata pun memegang wajah Bobo seraya Berkata.

"POLINJA JANJI!".

Setelah kata itu diucapkan seketika Tanda Vula yang telah menutupi luka di sekujur tubuh Bobo meresap kedalam tubuhnya, Perlahan luka-lukanya kembali tertutup.

Bobo pun kembali bernafas.

Seketika bangkit dengan Nafas terengah-engah.

"Pawata benar-benar Hebat!".-Ucap Kacong dalam hati.

"Apa yang terjadi denganku?".-Ucap Bobo seraya menatap Sekitar.

"Semalam kau pingsan!".-Ucap Pawata seraya bangkit.

Bobo pun tertegun.

Duduk seraya mengingat kejadian.

"Semua Luka-luka-nya telah tertutup?

Sebenarnya Apa yang terjadi?".-Ucap Bobo dalam hati.

***

Bersandar di bawah pohon perkasa.

"Ahh".-Jerit Alex seraya menahan Luka di perutnya.

"Sepertinya aku kehilangan banyak darah!".

"Ya. Bertahanlah!

Kita hampir sampai!".

Dengan sisa tenaga, Alex merogok sepucuk Surat dari Lapisan bajunya.

"Fudin!

Tolong kau berikan Surat ini pada Kacong!

"Baik!".

"Fudin berjanjilah padaku untuk tetap membimbing Kacong Dan Njodi!".

"Ya. Aku janji!".

Senyum Alex pun merekah.

"Aku per....".

***

"Kacong!

Apa Recanamu saat ini?".

"Aku tak tahu!".

Kancong pun menundukan kepalanya.

"Mungkin Setelah menemukan tumbuhan Obat-obatan itu, aku akan kembali Kekerajaan!".

"Hmm, Baiklah!

Kalian semua dengarkan Aku!

Mulai saat ini kita semua harus berhati-hati!

Saat ini beberapa Petinggi kerajaan sedang bekerjasama melakukan Satu Eksperimen Rekayasa Genetika!".

"Eksperimen Rekayasa Genetuka?".-Ucap Kacong.

"Ya!

Saat ini mereka sedang melakukan Penelitian. Eksperimen Rekayasa Genetika bertujuan menciptakan Galara-Galara Terkuat dari sel-sel Genetik milik Suku-suku terkuat.

Dari informasi yang ku peroleh, saat ini mereka sedang mengincar Sel Genetik milik kita!

"Biadab!".-Ucap Kacong penuh Amarah.

***

-Markas KALIKIT-

Memakai Jubah kuning.

Melangkah di antara Koridor.

"LABORATORIUM"

Terlihat sesosok lelaki sedang duduk menatap layar Monitor.

"Bagaimana Hasilnya?

Apakah ada tanda-tanda keberhasilan?".-Ucap Gora

"Hmm, Entahlah!

Dari semua sampel yang telah ku Uji Klinis, semua terjadi penolakan.

Aku yakin Sel ini sudah Rusak".-Jawab Kando.

"Baiklah!

Kau tenanglah!

Aku akan memeriksanya!".

Di sebuah Ruangan Khusus

Gora menemui dua Wanita Asistennya.

"Kamarathy. Tolong kalian periksah Sel Ini!".

"Baik!".

"Apakah Uji Klinisnya terjadi penolakan?".-Tanya Nuna.

"Ya. Kamarathy bagaimana. Apakah hasilnya tetap Sama?".

"Ya. Sepertinya Sel ini telah Rusak!".-Terang Kamarathy.

Kamarathy pun menyodorkan sebotol Sel itu.

"Sepertinnya seseorang telah menukar Sel-nya!".-Ucap Gora Sambi menatap Sel Genetik yang di genggamannya.

Gora pun melangkah pergi.

-Ruang Anggota KALIKIT-

"Kempi!

Pergilah kebelantara, Cari Orang yang bernama Bobo.

Tangkap dia hidup-hidup!".

"Baik!".

"Tonggu, kau ikuti aku!".

"Baik!".

***

-Markas BLACK TENDE-

Di Ruang Anggota.

"Paksi Apakah Bobo Sudah kembali?".-Ucap Sun

"Belum!".

"Jika ia kembali, suruh dia menemuiku!".

"Baik!".

Melangkah diantara Koridor.

-LABORATORIUM-

Sun menemui Sando Sedang duduk.

"Bagaimana Penelitianmu?".-Ucap Sun seraya duduk di sebuah kursi tepat di tengah mereka.

"Dari hasil Uji klinisnya, Sepertinya Berhasil!".-Ucap Sando.

"Bagus!".

"Apakah Bobo Sudah kembali?".-Ucap Sampoana.

***

-Markas KALIKIT-

-Rungan Gora-

"Sel Milik Tobibo Rusak!".

"Apa?".

"Ya. Kamarathy telah memeriksanya, hasilnya tetap Sama!

Hmm, sepertinya di antara kita ada pengkhianat.

Aku yakin seseorang telah menukar Sel-nya.

Tonggu sekarang kau pergi ke NUNUMBUKU. Tangkap Bocah yang bernama Cira, biar aku yang menyelidiki siapa pengkhianatnya.

"Baik!".

-LABORATORIUM-

"Bagaimana? Apakah sel nya sudah kau Priksa?-Ucap Kando.

"Sel-nya Rusak!".-Terang Gora.

Tiba-tiba sesosok Bocah hadir menenui Gora.

Memakai jubah mengenakan Topeng berwarna hitam.

"Apakah Anda memanggilku?".

"Ya!

Aku punya tugas Khusus untukmu!

Saat ini Tonggu ku perintahkan ke NUNUMBUKU. sekerang pergilah!

Bantu dia menangkap Cira!".

"Baik!".

Kando pun tersenyum seraya manautkan tangan di dada.

"Apa yang kau rencanakan?

Apakah bocah itu benar-benar tangguh sehingga kau menugaskan Can untuk turun tangan?".

"Ya. Bocah itu punya Kekuatan yang sama dengan Can!".

"Hmmm. begitu ya?

Aku penasaran denganya!".

***

-Kerajaan NUNUMBUKU-

"TEMPAT LATIHAN PRAJURIT"

Memakai pakaian berwarna putih, terlihat sesosok wanita memegang pedang sedang duduk di bangku tepat di bawah Rindang pepohanan.

"Latihan, Latihan, dan Latihan!

Hmmm, Ini kan hari Ahad!

Seharusnya aku berada di pantai, berjemur atau sekedar menikmati indahnya pemandangan!

Hmmm Dasar menyebalkan!".-Ucap Cira dalam hati.

Di sebuah balkon Berdiri bertekuk tangan seraya menatap Cira.

"Ternyata dari tadi dia hanya duduk ya. Hmm dasar pemalas (NABUTO).

Janggo!

"Ya. Ada apa?".

"Kemarilah!".

Janggo pun melangkah tepat disisi Sabo.

"Hmmm, Ada apa?".

"Lihatlah!

Dari tadi ku perhatikan si pemalas itu hanya duduk di bangku itu".-Sahut Sabo seraya menunjuk kearah Cira. 

"Sepertinya ia sedang jenuh.

Ini kan hari libur!

Lagian semua teman-teman di akademiknya sedang pergi bertamasya ke pantai.

Mengapa kau tak mengizinkan dia pergi?"

"Ini semua kulakukan demi keamanannya!".

"Hmm. Kau terlalu keras padanya!".

"Aku tak peduli!

Aku ingin ia bertambah kuat dan bisa melindungi dirinya!".

"Hmmm!".

"Sekarang pergilah!

Dampingi dia latihan!".

"Itu kan! Hmmm kau selalu saja merepotkanku!".-Ucap Janggo seraya melangkah.

Sabo pun tersenyum.