Chereads / EAT ME SIR. / Chapter 8 - BUKAN ORANG PENTING!

Chapter 8 - BUKAN ORANG PENTING!

Akhir pekan Tika sekarang berbeda dari biasanya yang banyak rebahan dan mandi pukul tengah hari kemudian di rapel ke sore.

Jam sembilan Tika sudah berdandan cantik menunggu pacar menjemput buat nonton dan beli novel sama cat buat Tika. Katanya sih di traktir tapi nanti bulan depan Tika yang traktir Daru.

Di jemput di depan rumah, untung bukan depan gang. Tika langsung ngacir sambil pamit ke abang yang didalam kamar, mencium pipi gembil keponakan lelakinya yang sedang makan di meja pantri. Tika ucapkan salam perpisahan untuk jalan akhir pekan sama pacar.

Tika senang, jadi cengengesan selama perjalanan sampai Daru ketakutan dibuatnya. Untung cinta, jadi memaklumi tingkah Tika yang ajaib.

Sampai di bioskop, keduanya melihat-lihat film yang sedang tayang, mereka sama sekali tidak punya gambaran akan menonton apa datang kemari.

Tidak jelas sekali memang pasangan absurd ini.

"Ini kita mau nonton apa?."

"Kamu maunya nonton apa?."

"Lah, malah nanya balik. Aku itu nggak terlalu suka nonton, jadi nggak begitu update soal film yang lagi viral maupun yang seru di tonton and bla bla bla... "

"Ya ya ya... Nggak suka nonton, cuma drama korea doank! Dasar betina!."

Sontak Tika langsung tendang aja tulang keringnya Daru yang bacotnya suka bener.

Namanya betina, mana mau mengakui kesalahan begitu saja. Nonton drama korea kan karena Tika suka liat oppa yang bening, sebening piring yang dicuci dengan sanlight.

"Sakit, gila!!. Galak bener dah."

"Ya makannya, nggak usah gitu."

"Nggak usah gitu gimana maemunah?!."

"Ihhh! Udah deh. Intinya aja, kita mau nonton apa. Malah ngalor ngidul ngomongnya!."

Tika gemas, jadi dia pukul lengan Daru tiga kali yang buat empunya meringis pindah tempat duduk ke samping, jauh dikit.

"Beneran sakit loh. Nggak usah pukul-pukul lagi. Kita mau nonton film aja intinya. Aku juga nggak tau, asal ajak aja."

"Dih gila ya lu?!!."

"Kagak gila lah, orang gue ngajak nonton secara sadar."

.

.

Tika didalam bioskop, bulak balik kamar mandi terus. Dia kalau sudah banyak minum dan didalam ruangan dingin pasti beser.

Apalagi si bodoh Daru pilih kursi paling atas dan pojok tepat dibawah AC, wasalam dan undur diri saja. Tika 6 kali ke toilet sampai malu didalam studio bioskop mau ke kamar mandi lagi.

Sudah gitu, Tika lupa makan sebelum nonton, al-hasil perutnya kembung dan selalu ingin buang angin tapi malu. Pokoknya perutnya nggak banget, tau kan gimana rasanya keisi angin doang.

Tidak mau diam di kursi duduknya sampai Daru jitak palanya, terus di ambekin Tika yang keluar studio dan nggak mau masuk lagi.

Fyi, Tika itu tidak pernah nonton bioskop pakai uang sendiri. Banyaknya di traktir bang Tara, abang-abangan, sama teman kantor yang naik jabatan dan Daru sekarang.

Tika itu malas nonton film, jadi mana mau dia keluarkan duit untuk nonton film ke bioskop yang nanti tidak bisa di skip skip ketika nonton, kaya nonton di leptop.

Sudah, Tika nikmati akhir pekannya dengan Daru. Membeli buku, karoke, nonton dan terakhir makan di pinggir jalan. Tentu makan sate ayam kesukaan Tika dan ada bakpau.

"Akkhh... Ada bakpau!! Ada bakpau Daruuu..."

"Ilah dah. Berasa bawa anak kecil gue kalau lu teriak-teriak begini, malu anjir!."

Daru pegangi lengan Tika yang sudah mau berlari menuju penjual bakpau.

"Jarang-jarang soalnya tukang bakpau itu, Daru. Kata si mamangnya juga, mereka di pencar dan ada disetiap tanggal tertentu aja jualan dimari!." Tika jelaskan dengan semangat pada Daru.

"Ya ya ya. Mau tanggal berapa dan jualan dimana. Intinya lu gak usah bertingkah, disini rame Tikaaa..."

"Tikaaa..."

Tika lepas dari genggaman Daru dan berlari menuju penjual jajanan cilor, Daru ikut lari juga jadinya. Tika kalau di tukang jajanan itu nggak bisa diam, pasti kesana kesini dibeli apalagi banyak jajanan favorit Tika kalau pergi sama abang.

Tunggu saja nanti Tika sakit tenggorokan kemudian bengek karena tidak jaga makanannya, lalu demam dan mual. Daru nanti mampus dimarahi abang pasti.

.

.

"Uhukk.. uhuk...."

"Makannya, jangan kaya bocah. Udah tau badan be'es masih aja asal jajan. Emang cuma sama si Farhan lu jinak di bilangin buat jangan jajan asal."

"Berisik abang."

"Halah. Buru makan nih, minum obatnya."

"Tenggorokan Tika masih sakit, bawa mesin uap aja deh kesini. Buat nelennya juga sakit."

"Nina lagi ambil, nanti dia kesini. Tapi ventolin kamu habis, jadi nyuruh mang Sueb belikan dulu ke apotik. Udah deh, makannya kamu pantang dulu makan cokelat, susu, gorengan, telur sama es. Kalau sakit begini yang pusing semuanya, lu udah kaya orang mau sekaratul maut begini cuma gara-gara asma lu kambuh."

Bang Tara duduk dipinggir ranjang sambil memijat kening Tika yang katanya pening habis.

"Ya, siapa juga yang mau punya banyak alergi. Ini turunan dari siapa kali, mamah cuma alergi dingin kenapa aku banyak banget!!." Tika berucap lemah dengan sesekali menarik napas panjang.

Tika tidak tidur rebahan, dia sandaran di kepala ranjang. Kalau rebahan dadanya tertekan dan makin tidak bisa bernapas. Apalagi sekarang setiap tarikan napasnya terdengar seperti peluit, berisik.

Ciri khas, pengidap asma sekali.

"Abang mau kemana?."

"Mau nelpon mang Sueb, lama bener beli obat ke apotik. Abang kasian liat kamu makin susah buat napas."

Dengan wajah cemas bang Tara langsung hengkang dan ka Nina masuk kedalam kamar Tika dengan segelas teh hangat juga mesin uap.

"Minum tehnya dulu, biar dada kamu legaan dikit."

"Ka..."

Tika sedih, dia mulai susah napas. Punggungnya sakit karena cape tarik napas panjang terus. Dadanya sesak terhimpit, gara-gara kemarin jajan asal tanpa mau dengarin Daru. Tika akhirnya mendapat akibatnya. Kepala pening, teggorokan sakit, perut mual dan badan demam.

Lengkap sekali kan.

Air mata Tika sampai menetes tapi mau nangis keras nggak bisa, sesaknya malah makin terasa.

"Udah jangan nangis, nih si Farhan nelponin terus. Bentar... nah dia Video call."

Terus muka abang langsung kelihatan disana, Tika histeris karena rasa getir sebab sakitnya.

"Tika.... Jangan nangis, nanti kamu makin susah napasnya!!." Wajah abang langsung panik disana melihat Tika malah menangis begitu juga ka Nina.

"Uhh... Banggg.."

"Tarik napas, hembuskan pelan-pelan. Jangan nangis oke..."

"Abang sini... sini bang..."

"Ini gimana bisa begitu si Tika, Nin?."

"Tiga hari lalu, si Tika nggak bisa di bilangin, dia jajan sama pacarnya yang harusnya dia pantang."

"Si Tara mana?!! Kenapa dia nggak ada?!!. Lagi gimana pacarnya!! Udah gue bilang dari awal, brengsek ini si Daru!!."

Suara abang makin melengking melihat Tika masih juga tergugu memegang dada sesak, Tika membungkuk karena tidak dapat bernapas.

"Abang dimana?... kesini bang..."

"Abang nggak bisa kesana sekarang. Nanti akhir pekan abang bisa kesana, sekarang abang lagi temani Sarah di Amrik. Kamu jangan ngadi-ngadi makannya nanti!! Nina--."

Tika langsung buang hp ka Nina ke ujung kamar dengar abang lebih mentingin si Sarah-Sarah ini. Bodo amatlah, dengan itu bang Tara datang dengan obat dan wajah super pucat melihat Tika menangis.

Membuka cairan ventolin dan memasukkan kedalam selang mesin uap dan memasangkan pada Tika agar segera dihirup.