Chereads / Jika Itu Kamu / Chapter 12 - *Menjauh*

Chapter 12 - *Menjauh*

Arka tak kunjung ditemukan walaupun Mila sudah berlari beberapa menit seraya mengamati keadaan di sekitarnya. Dia sudah tidak sanggup lagi. Nafasnya sudah tak beraturan.

"Hah... hahh... hahh... melelahkan. Mila duduk di tepi jalan. Keringat sudah membasahi dahinya.

"Dia pintar sekali bersembunyi. Jika dia muncul di hadapanku saat adegan, aku tidak akan membiarkannya kabur begitu saja!" sungut Mila.

Setelah nafasnya sudah normal seperti biasa, Mila berdiri.

Namun, ada seseorang yang berlari di jalan sebrang sana. Orang misterius itu menggunakan pakaian serba hitam. Mia yakin, orang itu perempuan sebab rambutnya terlihat terurai.

Dia segera berlari lagi. Tak peduli jika jantungnya berdegup kencang akibat kelelahan.

"KAU SIAPA?! HEY! TUNGGU!" Mila berteriak sekencang mungkin sampai-sampai tenggorokannya terasa sakit.

Perempuan itu malah berlari semakin kencang dan menghilang di belokan jalan. Mila menghentak-hentakkan kakinya. Dunia yang kini dia pijak sangat aneh. Arka belum juga ia temukan, sekarang malah muncul perempuan misterius lagi.

Mila melangkah mundur. Ia berencana kembali ke rumahnya.

Deg

Punggung Mila terasa menyentuh punggung seseorang. Dia segera berbalik badan. Tangannya sudah mencengkram lengan Orang itu.

"Arka?" tanya Mia memastikan. Dia membulatkan mata saking tak percaya bercampur rasa terkejut.

Arka berusaha melepaskan genggaman Mila. Kenapa dirinya tidak menyadari tadi.

"Lepas." pinta Arka.

"Tidak. Aku tidak akan melepaskanmu. Aku mau menjelaskan sesuatu dan menunggu jawaban!" seru Mila. Dia mengeratkan genggamannya.

"Ibuku tidak bersalah! Memangnya  Ibuku memakai pisau untuk membunuh ibumu? Tidak kan?"

"Aku tidak mau menjelaskannya sekarang. Jangan paksa aku." Arka memegang tangan Mia, kemudian dengan kuat berusaha untuk membuat tangan Mila melepaskannya. Setelah lepas, Arka menghempaskan lengan Mila.

"Kau sangat kasar." gerutu Mila. Arka melintasi dirinya dengan raut wajah datar.

Ah, sial! Suara decitan itu menggema lagi di telinganya. Mila berdiam diri sampai tubuhnya terasa ditarik. Dia memejamkan mata, saat membukanya Mila kini mendadak sudah ada di sekolahnya tepatnya di halaman belakang. Dia bingung mengapa dirinya ada di sini? Ada adegan apa lagi ini.

"Percayalah! Aku sama sekali tidak menyukai apalagi mencintai Lala. Aku sudah bilang ini berkali-kali. Mengapa kau tidak percaya juga?"

Lysti terdiam dengan mata berkaca-kaca. Mila menepi untuk mengintip agar tidak ketahuan Mereka.

"Aku takut." cakap Lysti membuat dahi Ryon berkerut.

"Takut apa?"

"Takut kau suka dia. Kau tidak tahu kekejaman waktu. Waktu bisa membuatmu menyukai Lala," Lysti menatap wajah Kekasihnya. Tatapan sendu.

Ryon terkekeh. "Itu tidak akan terjadi. Aku hanya menyukaimu. Bukan yang lain. Apa aku harus membuktikannya sekarang?"

Niatnya ingin menguping sampai selesai, tiba-tiba tubuhnya malah berlari meninggalkan tempat itu. Rasa sesak mendadak muncul di dada Mila. Ini terasa sangat nyata, namun bagaimana pun juga, dia tidak menyukai Ryon. Hanya Lala, wanita yang diperan kan dirinya yang mencintai Ryon.

"Ada apa? Mengapa kau menangis?" tegur seseorang. Lala kontan mendongak. Tangannya mengusap air mata yang membasahi pipinya.

Mila terheran-heran sendiri. Wajah Laki-laki itu sangat asing. Apa dia karakter baru di dunia fiksi ini?

"Tidak. Aku tidak menangis. Hanya saja, ada debu yang masuk ke mataku." respons Lala berbohong. Ia melirik tag name yang terpasang di seragam itu. Tertera huruf yang membentuk 'Reno'.

"Benarkah? Mau aku tiup matamu?" tawar Reno.

Lala menggeleng. "Tidak perlu."

"Ayolah, nanti matamu tidak akan sakit lagi." Reno memegang pipi tirus Lala. Berusaha mendekatkan mulut ke mata Gadis itu.

Bau nikotin yang tercium pekat membuat Mila ingin muntah. Sayangnya sekarang dia tidak bisa kabur.

"HEY!"

Ya! Itu suara Ryon. Lala lega akhirnya dia bisa selamat.

Ryon dengan penuh amarah berlari menghampiri Reno. Dia langsung menghajar habis-habisan Kakak kelasnya itu.

"Kakak tidak apa-apa kan?" tanya Lysti khawatir.

Lala mengangguk sekali.

Pandangan Lysti beralih pada Ryon. Ia juga khawatir pada Kekasihnya itu.

"Sudah. Maafkan dia." bujuk Lysti seraya memegang tangan kanan Ryon.

"Tapi-"

"Kau mau berurusan dengan guru BK?" bisik Lysti, namun penuh penekanan.

Ryon akhirnya mengalah. Dia berdiri. Mereka bertiga kembali ke kelas dan meninggalkan Reno sendirian.

***

"Tadi kalian membicarakan apa di halaman belakang sekolah?" Lala meninjau Ryon dan Lysti secara bergantian.

"Uhuk... uhuk..." Lysti tersendak. Lala hendak memberikan minuman, akan tetapi sudah ada Ryon yang memberikan terlebih dahulu. Tak hanya itu, Ryon juga mengusap punggung Adiknya. Hal tersebut membuat Lala cemburu.

"Kau seperti nenek-nenek." Ryon tertawa renyah.

"Jika aku nenek-nenek, mengapa aku masih sekolah? Kau ini ada-ada saja." Lysti memicingkan mata, tapi mulutnya menyimpulkan senyum.

"Manis." gumam Ryon pada Lysti.

"Apa?" Lala mengernyit. Perasaannya kembali menegang.

"Ti-tidak." Ryon terbata-bata.

"Dia memujimu, Kak." Lysti berusaha membuat Lala tidak curiga. "Apa kau tidak senang dipuji olehnya?"

"Aku senang." Lala berusaha untuk tersenyum walaupun dia tahu yang sebenarnya.

***

Hari sudah senja. Langit berwarna jingga pekat membuat pemandangan menjadi indah. Seluruh Murid berbebar ke rumahnya masing-masing

Ponsel Lysti bergemetar pertanda ada pesan masuk. Langsung saja dia menyalakan ponselnya. Ternyata itu dari Ibunya.

"Mamah dan ayahmu tidak bisa menjemput hari ini. Kami ada urusan. Minta tolong lah pada Ryon agar dia mau mengantarkanmu dan juga Lala ke rumah"

Setelah membaca pesan itu, Lysti menaruh kembali ponselnya ke saku. Dia menghentikan Lala yang sudah sampai di depan gerbang sana.

"Kak!" seru Lysti memanggil. Refleks Lala menengok.

"Mamah dan Ayah tidak bisa menjemput kita. Mereka ada urusan mendadak." terang Lysti.

"Lalu bagaimana kita akan pulang?"

"Kekasihmu kan punya motor, Kak. Kita ke dia sekarang yuk," Lysti melangkah terlebih dahulu ke parkiran yang ada di sana.

Ryon sumringah melihat Lysti menghampirinya. Dia hendak saja akan memuji, namun melihat Lala juga akan mendatanginya, Ryon langsung mengurungkan niat itu.

"Antarkan aku ke rumah." pinta Lysti tanpa basa-basi.

"Apa?"

"Mamah dan ayah tidak bisa menjemputku hari ini. Mereka terlalu sibuk." jelas Lysti.

"Baiklah. Sekarang naik ke belakangku dan pakai ini." Ryon menyodorkan helm.

Lysti langsung menerimanya.

"Oh ya, tapi bagaimana dengan Kakakku?"

"Sayang, aku mau mengantarkan Adikmu terlebih dahulu ya? Nanti aku akan kembali lagi ke sini." ujar Ryon pada Lala yang baru saja sampai di hadapannya. Lala melenggut tanpa berkata apapun. Ryon menjalankan motornya. Saat Lala berbalik badan, dia melihat Lysti melingkarkan tangannya di pinggang kekasihnya itu.

Hati Lala memanas. Perasaan aneh menguasai dirinya. Apa ini yang dinamakan cemburu? Sungguh, baru pertama kali ini Mila merasakan cemburu. Walaupun ini hanya adegan fiksi, perasaannya terasa nyata.

Mila jadi merasa kasihan sendiri pada Lala, Gadis yang sedang dia huni raganya.