Hari kedatangannya bertepatan dengan hari berkumpulnya para anggota untuk melakukan pemeriksaan tubuh secara umum, membuat begitu banyak anggota yang telah berpencar di seluruh negera kembali.
Ia tengah melangkah, akan segera pergi tapi langkah kakinya terhenti seseorang menyapanya.
"Shadow..." panggil seseorang. Cleo melihat wanita itu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Semua yang ia kenakan sangat mirip dengannya, bahkan style yang ia kenakan. Membuatnya sangat tidak suka dengan wanita itu. "Oh maaf, seharusnya aku memanggilmu Se ... nior?" Tanya wanita itu lagi.
"Apa aku mengenalmu?" tanya Cleo.
Cleo memang tidak mengenal wanita itu, ia bahkan belum pernah bertemu secara langsung, tapi wanita itu mengenalnya dengan baik.
"Ah ini? Jangan berpikir jika aku mengikuti fashionmu," seru wanita itu. "Ah maaf, aku tidak sopan. Aku harusnya memperkenalkan dirimu pada senior. Maafkan aku, mohon ampuni aku,"
"Oh..." kata Cleo singkat, kemudian berlalu meninggalkan gadis itu.
Semua orang yang melihat hal itu, begitu kesal. Mereka tidak percaya Cleo akan merespon biasa saja. Respon Cleo membuat wanita yang baru saja memperkenalkan diri itu mengepalkan tangannya.
"Apa bagusnya gadis jelek ini," batinnya.
Ia memperhatikan Cleo yang berada di hadapannya. Wajah yang diperlihatkan oleh Cleo setiap datang ke Organisasi, wajah seorang wanita yang terbakar hal itu diakibatkan oleh kebakaran organisasi yang ingin membunuhnya, hal itu membuatnya memakai wajah jelek itu agar tidak diketahui oleh orang banyak.
Cleo terkenal dengan sifat dingin, jarang berkomunikasi dengan antar anggota organisasi karena itu dirinya tidak memiliki teman diajak mengobrol, semua orang menganggapnya sebagai musuh yang membahayakan mereka.
"Aku ingin mengajak senior bertanding," tantang Zea-wanita yang menegur Cleo. Mendengar permintaan itu Cleo mengamati keadaan sekelilingnya, tatapan orang-orang begitu terlihat ingin dia menerima tantang dari wanita di hadapannya.
"Aku sedang tidak ingin bertanding," tolak Cleo, ia tidak ingin kelepasan membunuh seseorang. Ia terlalu lelah. Cleo pun beranjak pergi dari sana.
"Apa senior takut, jika aku akan menang?" tanya Zea sedikit mengejek membuat langkahnya kembali terhenti lagi.
"Aku tidak takut," ucap Cleo.
"Jika tidak takut, ayo kita bertanding dan lihat siapa yang akan menang. Aku akan tunjukkan bahwa kau hanya dari masa lalu, dan aku akan dikenal banyak orang,"
Cleo menghela napas kasar, ia tidak tahu mengapa semua orang menginginkan nyawanya, bahkan mereka ingin menunjukan kekuatan jika berhasil membunuhnya. Ia sangat bosan.
"Sepertinya bertambah lagi orang bodoh yang tidak punya otak," kata Cleo dengan sinis. "Apa mereka tidak pernah mengatakan padamu jika tidak ada yang pernah terbangun dari kematiannya setelah aku mengalahkan mereka?" tanya Cleo. "Sebaiknya urungkan niatmu untuk melawanku sebelum kau menyesal,"
"Tidak! aku tidak akan mengubah niatku,"
"Sepertinya bertambah orang bodoh," ucap Cloe membuat Zea mengepal tangannya erat. "Kau bukan lawanku, jadi urungkan saja niatmu," kata Cleo membuat semua orang di sana agak tersinggung dengan apa yang baru saja ia katakan. Memang, begitu banyak yang menantang Cleo selama ini, tetapi semua orang itu tewas ketika bertanding dengannya.
"Shadow... jangan khawatir, dia adalah kadidat yang terbaik dari yang terbaik selama kau tidak ada di sini," kata seorang wanita yang beradu pendapat dengannya.
Ia telah membaca situasai yang berada di sana, mereka ingin menjadikan orang lain untuk membunuhnya. Sayang sekali, wanita itu menjadi pilihan mereka, dikotrin untuk membunuhnya.
"Baiklah..." jawab Cleo dengan singkat kemudian menuju tempat pertarungan. "Tapi, jangan salahkan aku jika kau mati karenaku,"
Kini kursi-kursi terisi, para senior yang membenci Cleo tengah menyaksikan, termasuk ayah angkat Cleo—Charles. Pria itu telah diberitahu oleh seseorang jika putri angkatnya kembali ditantang oleh seorang wanita.
"Pfft... suasana hatinya kurang bagus, kalian mencari masalah dengannya," gumam Charles.
Tidak hanya Charles, seorang pria tampan memperhatikan Cleo yang tengah berada di arena pertarungan. Nathan, ia yang baru saja datang ke organisasi mendengar pertarungan penasaran siapa yang akan bertarung, tetapi ketika melihat Cleo ia memasang wajah datar.
"Berapa tahun tidak terlihat dia tidak berubah," gumam Nathan sambil menyaksikan pertarungan Cleo.
Dalam organisasi tidak ada satupun yang tahu bagaimana wajah Cleo yang sebenarnya karena setiap ia datang, ia selalu mengunakan wajah samaran. Hanya keluarga angkatnya yang mengetahui wajah asli Cloe.
Mantel yang dipakai olehnya tidak dilepaskan, sedangkan wanita yang ingin mengalahkannya menanggalkan pakaian yang tersisa hanya baju yang menutupi setengah badan, serta celana panjang.
"Hmm... Aku tidak tahu, apa kau terprovokasi oleh mereka atau ingin mencari ketenaran, tapi masih ku berikan kesempatan untuk mundur," kata Cleo dengan nada tenang.
Sebilah pisau, berkilau di bawah cahaya lampu, berada di tangan Zea. Sedangkan Cleo tidak mengunakan senjata apapun di tangannya. Cleo menghela napas kasar, wanita yang berada di hadapannya saat ini, rupanya tidak bisa ditegur baik-baik.
"Tidak ada yang boleh turun dari sini sebelum salah satu dari kita tewas," kata Zea.
"Huh! Selalu saja sama, aku sampai bosan mendengar kata-kata itu," ucap Cleo. "Apa kau tidak sadar mereka hanya memprovokasimu untuk membunuhku?"
Namun, apa yang dikatakan oleh Cleo sepertinya percuma karena Zea telah berlari ke arahnya yang masih berdiri tanpa melakukan apapun. Jarak di antara keduanya cukup dengan, tinggal beberapa langkah lagi melihat jarak mereka telah dekat membuat Cleo berjalan ke arah Zea dan menusuk titik vital Zea menggunakan jarum akupuntur membuat Zea tidak dapat bergerak sama sekali.
"A-apa yang kau lakukan padaku?" tanya Zea pada Cleo.
Ia bingung dengan apa yang terjadi pada tubuhnya, untuk pertama kali ia tidak dapat bergerak. Hal ini membuatnya bingung. Melihat Zea yang tidak dapat bergerak membuat semua orang di sana menjadi gaduh, apakah Zea akan bernasib sama dengan orang-orang yang melawan Cleo sebelumnya atau wanita itu akan beruntung.
"Hhm. Itu hanya strategi kecil," ucap Cleo. "Ah benar, jangan coba-coba memaksakan diri bergerak atau jarum itu akan membunuhmu," kata Cleo memperingati. "Sepertinya mereka tidak mengatakan padaku jika aku ahli dalam bidang akupuntur, dan semua orang yang menantangku mati karena jarum," kata Cleo sambil memperlihatkan jarum akupuntur miliknya.
"K-kau …"
Zea mengakui, jika ia telah meremehkan wanita yang telah memiliki banyak pengalaman itu tapi dia pun memiliki banyak pengalaman.
"Bertarung itu, tidak hanya kekuatan, tapi butuh strategi! Dan juga ... emosi yang tidak stabil mempengaruhi kekuatan dalam bertarung,"
"Aku ingin bertanding bukan mendapatkan pelajaran darimu..."
"Hhm.. baiklah, aku akan memberikan kesempatan padamu," kata Cleo sambil membuka titik akupuntur milik Zea, kini gadis itu bisa bergerak bebas.
Zea merasa terhina karena perbuatan Cleo padanya, apalagi dia tengah dilihat begitu banyak orang. Zea menyerang dengan membabi-buta, hingga mengores topeng yang dipakai oleh Cleo.
"Shit... berani sekali kau melukai wajahku," umpat Cleo sambil meraba bekas goresan yang ada di wajahnya.
"Ahahaha … akhirnya aku bisa melukai wajahmu," teriak wanita itu tertawa terbahak-bahak. "Apa kalian melihatnya? Aku berhasil melukai wajahnya," Zea begitu gembira telah berhasil melukai wajah Cleo.
Bersambung …