'Kepada, Yang Mulia Tuan Puteri Ophelia Violetta Asclepias, aku mengundangmu ke acara minum teh bersama para Lady seperti biasanya. Aku harap kau akan datang, dan bersenang-senang, kau tidak berpikir untuk tidak datang bukan?'
Pertanda: Lady Theresia Fanny La Marion.
Kertas yang di pegang oleh jemari lentiknya itu mulai teremat dengan kuat, aura menyeramkan datang dari arah meja tempatnya sering mengerjakan sesuatu, pelayan pribadi Ophelia sampai takut. "N-nona Ophelia kenapa?" mungkin itu yang ada di dalam pikirannya.
Ophelia meredakan emosinya, ia dengan cepat mengganti ekspresi yang semula seperti iblis menjadi malaikat yang datang dari surga seperti biasanya. Tersenyum lembut kepada pelayan pribadinya, suara anggun itu keluar dari mulutnya, "Sherly... Aku mendapat undangan minum teh bersama Lady Theresia..." mengedipkan kedua matanya perlahan.
"Apa? Lady Theresia? Maafkan kelancanganku untuk yang kesekian kalinya, Nona. Tetapi Nona sebaiknya tidak datang ke acara itu."
"Sherly... Terima kasih untuk selama ini, tapi sepertinya hari ini aku di wajibkan untuk datang," menyeringai kecil.
"Siapa yang mewajibkan itu?!" tanpa sadar berteriak.
"Tenanglah, tidak ada. Hanya saja aku seperti mendapatkan petunjuk bahwa aku di haruskan untuk datang, fufufu."
"Bisakah kamu menyiapkan air mandi untukku, dan bersiap?" lanjut Ophelia sembari berdiri dari kursi.
"Tentu Nona, aku akan segera menyiapkannya," pelayan pribadinya berbalik, namun Ophelia berubah pikiran, "Ah, Sherly... Tidak, jangan kamu yang menyiapkan air mandinya, suruh pelayan lain saja."
"Tetapi Nona--" kalimatnya terpotong oleh Ophelia, "tidak apa-apa, kau harus lakukan."
Khawatir, "baiklah."
Semuanya beres, Ophelia segera masuk ke kamar mandi, ia melepas berlapis-lapis kain yang membalut tubuhnya, dan mencelupkan badannya ke dalam bak mandi. Seringaiyan Ophelia semakin melebar, "Hahahah, terima kasih semuanya," dia lanjut membersihkan tubuhnya sendiri tanpa bantuan dari pelayan yang ada di rumah megah itu.
Sekeluar dari kamar mandi, ia bersiap rapi, dengan mengenakan gaun berwarna biru muda berhiaskan batu safir dengan warna yang senada, hiasan kecil di atas kepalanya juga membuat kesan anggun semakin mencolok. Ophelia segera berangkat menuju ke Mansion Count Marion.
***
"Ya ampun, aku tidak menyangka kalian sedekat itu," tertawa ria sambil memakan kue manis di hadapannya.
"Ku pikir Lady hanya teman yang baik untuk Putera Mahkota, akan tetapi bisa jadi seperti yang tak terduga, kalian menjadi sahabat?" memegang kipas di tangan kanannya.
"Ah~ kalian ini bisa saja, aku hanya melakukan apa yang harus ku lakukan sebagai teman," tersenyum.
Di tengah percakapan itu ada yang datang, "maaf telah menganggu pembicaraan kalian," Ophelia sudah sampai di taman Mansion.
Tersenyum, sepasang mata anak sulung Count Marion itu menyipit, "Tuan Puteri Asclepias... Rupanya Anda terlambat ya? Tidak apa silahkan duduk di sampingku," memberi tempat untuk anak bungsu keluarga Duke Asclepias.
Ophelia bersama pelayan pribadinya menghadiri acara minum teh yang di adakan di kediaman Puteri dari seorang Count yang cukup di kenal di Kerajaan Oriana. Violet tau betul bagaimana sikap para Lady ketika sedang meminum teh bersama, mereka sering mempermalukan Ophelia di hadapan para Lady dari berbagai keluarga bangsawan, salah satu kejadian yang parah yaitu belum lama ini, kue yang di makan Ophelia sudah di berikan sesuatu akan tetapi tidak ada yang menyadarinya, hingga adik dari Orion dan Lyon itu terbaring lemas di tempat tidurnya.
Sungguh kesempatan emas untuk Theresia agar bisa menghabiskan waktunya bersama dengan Putera Mahkota. Kali ini apa lagi yang akan dia lakukan, "mari kita lihat reaksinya," Ophelia dengan tenang ikut bergabung bersama para Lady yang ada disana, mereka terus saja mengobrol, topik yang di bahas hanyalah PUTERA MAHKOTA saja, hal itu membuatnya merasa gemas, dia tau para Lady sedang menguji Ophelia asli, namun itu tidak akan mempan karena yang berada di tubuh Ophelia sekarang adalah Violet.
Mencengkram gaun bawahnya dengan kuat, "Nona, apakah Anda baik-baik saja?" pelayannya, Sherly dengan cepat langsung berbisik pada Nona yang ia asuh, dia adalah pelayan yang paling pengertian pada Ophelia semasa bekerja di Mansion Duke.
"Ya, ini sih biasa," katanya, "aku hanya gemas ingin memukul wajah mereka karena telah menggunjingkan Ophelia," lanjutnya dalam hati.
Krompyang, suaranya, suasana di taman Mansion seketika menjadi gaduh, "AAAH, PANAS!" Theresia berteriak sangat kencang, gaun cantik yang ia kenakan basah kuyup terguyur air teh yang tumpah dari sebuah teko.
Ophelia dengan cepat langsung berdiri dan membantu gadis berambut pirang itu untuk membersihkan gaunnya menggunakan sapu tangan yang ia bawa dari rumah, "Astaga, Lady Theresia, apa kamu tidak apa-apa? Ada yang terluka...?"
Menggigit keras bibir bawahnya, "minggir! Kau membuatnya terlihat lebih kotor, jangan sentuh gaunku!"
Bola mata berwarna hijau emerald itu mengarah ke pergelangan Theresia yang memerah, "T-tapi tanganmu--" anak bungsu dari keluarga Duke Asclepias hampir saja terjatuh, namun seorang pria menahan tubuhnya dari belakang sebelum Ophelia benar-benar menyentuh rerumputan di taman itu, anak sulung Count telah mendorong tubuhnya dengan sengaja karena gengsi tak mau di sentuh.
"Nona?" Seketika itu pupil hijau milik Ophelia melebar.
"Apa kamu terluka? Apa yang Nona lakukan di Mansion Count Marion?"
Seluruh Lady yang ada di sana terbungkam, ada pria yang sangat tampan selain Putera Mahkota Oriana di taman Mansion milik anak sulung Count! Bagaimana mereka tidak kelabakan ketika bertemu dengannya. Ophelia lantas langsung menegakkan tubuhnya kembali, dan memberi salam layaknya seorang Lady yang baik.
Pria itu membalas salam Ophelia, "Senang bisa bertemu denganmu lagi, Nona."
"Aku juga, ini acara minum teh para Lady, bagaimana kau bisa sampai kemari?"
"Sepertinya aku tersesat."
Theresia Fanny La Marion terbelalak, pria itu kenal dengan Ophelia, keduanya terlihat sangat akrab di mata gadis berambut pirang. Semua Lady yang ada melirik dirinya, dan salah satu diantara mereka berkata, "astaga, apa ini? Bukankah Puteri Asclepias adalah tunangan Putera Mahkota?" mereka berpikir bahwa kedekatan Ophelia antara pria itu memiliki maksud tersendiri.
Kesempatan bagus untuk gadis berambut merah kecokelatan itu menyerang, "ya ampun," membuat ekspresi kaget yang nyata, seperti sungguhan, "aku pikir Lady Theresia lah yang tuangannya? Bukan begitu?"
"A-apa maksudmu, Tuan Puteri?" Theresia sangat kebingungan.
"Maafkan aku Lady... Akan tetapi, Ayahku, Yang Mulia Duke bilang hanya sedang merencanakan pertunanganku dengan Putera Mahkota, kami belum resmi bertunangan. Ku pikir malah Lady lah yang tunangannya? Ku dengar kalian telah menghabiskan satu malam bersama...." nyeplos.
Heboh, "hah.... Apa itu benar?"
"Astaga, Lady..."
"Ya ampun, bukankah itu gila? Aku pikir mereka hanya teman."
"Bukan, Lady Theresia sekarang bersahabat dengan Putera Mahkota? Aku tidak menyangka mereka bisa menghabiskan satu malam bersama, terlebih lagi Tuan Puteri Asclepias mengetahuinya?"
"Ini keterlaluan!" Seluruh taman Mansion menjadi ricuh, ini semua ulah Violet yang ada di tubuh Ophelia asli, mulutnya yang pedas itu masih terbawa sampai ke dunia novel yang ia masuki.
"Lihat bagaimana para Lady ini akan menyebarkan kata-kata ku yang sederhana menjadi luar biasa di luaran sana," dalam hati Ophelia.
Pria yang bersama dengannya tidak mengerti percakapan para Lady ini, "Nona, apa kita bisa pergi sekarang?" Bertanya pada gadis dengan rambut merah kecokelatan yang berada satu langkah di depannya. Theresia merasa di remehkan oleh Ophelia, dirinya tak kuasa menahan malu di depan seluruh Lady yang hadir di acara minum teh itu.
Ophelia menoleh, "tentu," kedua tangan berhiaskan gelang dan cincin cantik di tangan kiri itu meraih lengan tak terlalu gagah di sampingnya, "Aku pergi, Lady... Terima kasih telah mengundangku ke acara minum teh yang istimewa ini, aku tidak akan melupakan saat-saat kita sedang bercengkrama bersama..." tersenyum.
Ophelia belum selesai bicara, "Satu lagi, aku tidak masalah jika kau bertunagan dengan Putera Mahkota, bukankah kabar yang sangat bagus? Aku tidak merasa sakit hati soal itu, bahkan aku akan merasa sangat senang jika mengetahuinya secara langsung darimu... Tapi sayang sekali, aku mengetahui ini dari orang lain..." alisnya mengkerut, Ophelia membuat ekspresi sedih, dan merasa kecewa karena telah mengetahui itu dari orang lain sebelum anak sulung Count itu memberi tahunya lebih dulu.
Ophelia berbalik sesudah memberikan salam perpisahan dengan para Lady. Semuanya telah bubar, hanya ada Theresia saja di taman Mansion miliknya, "Sialan!!!" Menyampar seluruh cangkir cantik yang tersusun rapi di atas meja yang ada di tamannya.
Wajahnya memerah, "terbongkar sudah percintaanku dengan Putera Mahkota!" dadanya naik turun tidak karuan karena emosinya itu terbakar habis oleh Ophelia,
"Sejak kapan dia jadi berani seperti itu?! Sebelumnya dia hanya diam dan menurut, sekarang sudah berani bicara tidak sopan di depanku? Bahkan di depan seluruh Lady!"
Satu lagi teko melayang ke arah bunga mawar di sekitar taman disana, "Kurang ajar! Rencanaku berbalik menganai diriku sendiri," masih terbakar emosi.
"Jangan kau pikir aku hanyalah anak dari seorang Count! Kau sudah meremehkan Theresia Fanny, lihat apa yang akan kau dapat dari berbuatanmu hari ini, Ophelia Violetta," kedua matanya tajam membara, semangatnya berapi-api ingin segera menghancurkan puteri satu-satunya dari keluarga Duke.
"Aw, sakit," rupanya siraman air teh panas telah membuat luka yang ada di pergelangan tangannya itu semakin buruk, "Hei, pelayan! Kenapa hanya diam?! Pergi, dan cepat obati lukaku!" Gadis berambut pirang itu lantas berjalan masuk menuju Mansion utama, dan menutup pintu kamarnya dengan sangat keras, BRAK.