"Aset berharga seperti itu mana mungkin dilepas? Putera Mahkota hanya belum tau tentang fakta bahwa Puteri Asclepias memiliki kecerdasan, dan mata yang bersinar sangat terang. Mana-nya begitu kuat, tetapi tidak di-asah dengan baik."
"Sepertinya Duchess Asclepias tau tentang kekuatan itu, sehingga dia memilih untuk mengurung Puteri daripada dibiarkan keluar dari Mansion sejak kecil," jawab Tristan Mort, "kau tahu sendiri saat Tuan Duke Asclepias membiarkan Puterinya bersekolah di Akademi itu, daripada tetap menjodohkannya dengan Putera Mahkota. Duchess terlihat sangat marah."
"Kau benar..." jawab Athena atas penyataan yang dikeluarkan oleh pria berambut orange itu.
Setelah percakapan selesai, pria berambut orange berdiri dari tempat duduknya, ia lalu menatap Loukas yang tengah bersandar di kursi panjang, lalu berbicara padanya.
"Jika kau tidak mau menemaniku, aku akan pergi sendiri," bangkit dari kursi tempat ia duduk tadi.
"Terserah kau saja, lagipula itu urusanmu dengan Tuan Muda Duke Pertama, tidak ada hubungannya denganku."
***
Di tengah perjalanan, gadis berambut merah kecokelatan itu dihadapkan oleh pemandangan memuakkan. Ia sesak melihat Puteri Sulung Count Marion terus menempel pada Putera Mahkota, pria yang katanya matahari terbit Oriana itu juga tidak menolaknya sama sekali di hadapan Ophelia yang tengah menyaksikan kejadian langsung tersebut.
"Sebaiknya berpura-pura bodoh saja, biarkan dua orang ini bersenang-senang semau mereka," gadis berumur 19 tahun ini mengamati kedua orang itu bermesra-mesraan di dalam kereta kuda.
"Aku sudah seperti obat nyamuk bakar," bola matanya berputar, "mereka kan tidak tau jiwa yang ada dalam tubuh ini bukanlah pemeran utama wanita yang sesungguhnya."
"Puteri Asclepias," suara lelaki itu menghentikan perkelahian batin Violet yang sedang menghadapi kenyataan, sorot mata berwarna hitam itu menatap intens ke arah pupil emerald Ophelia yang tengah fokus me-roasting pria yang ada dihadapannya.
Tersentak, "ya?!"
"Kau pasti sudah mendengar ini dari Nyonya Duchess. Akan diadakan pesta dansa besok di Villa Istana bagian Selatan Oriana, aku berencana menjadikan Lady Theresia Fanny sebagai pasanganku, apakah kau tidak keberatan?"
Violet sengaja tidak memberikan jawaban dan hanya menundukan kepalanya, dirinya membuat pemeran utama wanita seolah tidak terima dengan apa yang diucapkan pria berambut hitam tadi.
Batin Puteri Sulung Count Marion terasa senang, "bagus, kau seharusnya bersedih, Ophelia. Terus melawanku tidak akan membuatmu merasa bahagia ataupun mendapatkan kebebasan," menyeringai.
"Ophelia, jawab aku," mendongakkan dagu gadis berambut merah kecokelatan yang ada dihadapannya, saat hal itu terjadi, mata Puteri Sulung Count Marion langsung melotot melihat perlakuan Putera Mahkota terhadap Ophelia.
Gadis berambut merah kecokelatan itu menjawabnya, "tidak apa-apa, Yang Mulia."
"Syukurlah haha, aku ucapkan terima kasih padamu."
***
Pria berambut orange sedang berjalan menyusuri hutan menggunakan wujud kucingnya. Ia berjalan ke arah pertambangan emas Oriana.
Pria berambut merah menyala bersama dengan sahabatnya, Didce, tengah mencari barang hilang. Pria itu mondar mandir di sekitar tenda tetapi tidak kunjung menemukan sesuatu.
Kepulan asap halus tak kasat mata muncul merubah wujud kucing itu menjadi manusia, "apakah Anda sedang mencari ini?" menunjukan gulungan kertas yang ia bawa bersamanya.
Tangan kanan Orion dengan cepat meraih gulungan itu tetapi gagal, "eits... Ck ck ck... Terburu-buru sekali Tuan Muda Duke Pertama..."
"Kau apakan gulungan itu?! Itu bukanlah sesuatu yang seharusnya di lihat oleh orang luar sepertimu," tatapan matanya tak senang. Didce, sahabatnya itu hanya mengamati mereka berdua.
Tatapan mata pria berambut orange terlihat kosong sambil berucap sangat lirih, "andai kau tau yang mengambil gulungan ini ialah Adik Perempuanmu sendiri," bergumam.
"Apa katamu?" mendengar sesuatu tetapi hanya samar di telinganya.
"Bukan apa-apa, Tuan. Ini, ambil gulunganmu kembali," melemparkan gulungan itu kepada Orion, "entah apa yang dipikirkan Putera Mahkota dengan itu, dia seharusnya memikirkan rakyat kurang mampu juga, tetapi malah....." kata-kata lanjutannya itu berhenti dengan helaan napas kecewa.
Kedua pria itu tak menanggapi perkataan terakhir pria berambut orange, "aku kemari hanya untuk mengembalikan itu, aku tidak ada urusan dengan Anda lagi di sini. Aku akan pergi, Tuan Muda Duke."
***
"Terima kasih, Yang Mulia. Tetapi aku merasa tidak enak dengan Puteri Duke..." memberi ekspresi sedih di depan Putera Mahkota.
"Untuk apa kau merasa sedih, Lady? Puteri Duke juga sudah mengijinkan bukan?" menatap gadis berambut merah kecokelatan yang ada di depannya.
"T-tapi..." memberikan ekspresi memelasnya, belum selesai bicara.
"Kita sudah sampai di Mansion Marion, Lady Theresia," potong Ophelia.
"Kau harus pulang, Lady. Sampai bertemu besok di pesta dansa," mencium punggung tangan gadis berambut pirang bergelombang itu.
"Aku merasa sedih kita sudah harus berpisah, Yang Mulia..." eskresinya berubah.
"Kenapa bersedih? Kita akan bertemu lagi nanti. Sampai jumpa, Lady."
Wajah gadis berambut merah kecokelatan itu penuh dengan kerutan di dahinya, "kenapa aku harus melihat pemandangan menjijikan ini menggantikan Ophelia asli?!"
Kusir Istana kemudian menutup kedua pintu kereta kuda, dan langsung melanjutkan perjalanan menuju ke Mansion Asclepias.
Di tengah perjalanan,
"Bilang pada Lady Theresia, dia tak usah bersedih hanya karena aku tidak bisa menjadi pasanganmu di pesta dansa," ucap gadis berambut merah kecokelatan itu tiba-tiba, "lagipula pertunanganku dengan Yang Mulia Putera Mahkota akan segera resmi di batalkan."
"Apa katanya?" dalam hati pria berambut hitam kelam itu tak percaya dengan kata-kata Puteri Bungsu Duke.
"Jadi kau bersungguh-sungguh ingin membatalkannya?" perasaan pria itu tidak enak, Putera Mahkota seperti tertusuk mendengar hal tersebut dari Ophelia langsung.
"Ada apa dengan Anda, Yang Mulia...? Apakah Tuan Duke Asclepias belum memberi tahu?"
"Apa-apaan ini, kenapa dia seperti tidak terima jika Ophelia membatalkan pertunangannya?" dalam hati, "aku membatalkan Pertunangan ini dengan syarat aku akan fokus untuk menjalankan akademi."
"Alasanmu tidak logis, Puteri," jawab Putera Mahkota, "hanya dengan menjalankan Akademi tidak bisa membuatmu membatalkan kelangsungan pertunangan kita. Lagipula banyak Lady lain yang juga masuk ke akademi, dan tetap melaksanakan pertunangannya."
"Kau memang benar, jika di pikir memang tak logis. Tetapi aku sudah bertekat bulat, Yang mulia. Aku akan tetap membatalkan pertunangan ini, dan fokus dengan akademi yang akan ku jalani."
"Kau mulai keras kepala, dan tidak menurut denganku. Kenapa kau jadi seperti ini, Ophelia?"
"Bukan urusan Anda, Yang Mulia," dingin.
"Apa yang telah dia lakukan padaku? Ini penghinaan!" dalam hati pria itu, dirinya hanya terbungkam.
"Aku ingin Anda mengumumkan pembatalan pertunangan kita saat berlangsungnya pesta dansa besok. Aku mohon kesanggupan Anda," gadis berambut merah kecokelatan itu sampai berlutut di dalam kereta kuda membuat perasaan pria berambut hitam kelam semakin tak karuan.
"Apa yang gadis ini lakukan?! Dia gila," dalam hatinya.
Seorang Puteri Duke sampai berlutut di hadapan Putera Mahkota, di dalam kereta kuda yang tengah berjalan. Mana mungkin pikiran pria itu bisa tenang? Dengan cepat dirinya meng-iya-kan permintaan Ophelia.
"Kata-kata Anda akan saya pegang, Yang Mulia. Aku bersenang hati menunggu berlangsungnya pesta dansa besok," pas dengan perkataan yang gadis itu ucapkan, kereta kuda Istana telah sampai di halaman depan Mansion Asclepias.
Pintu kereta kuda telah di buka, tetapi sebelum turun, gadis berambut merah kecokelatan mengucapkan sesuatu terlabih dulu.
"Anda tak usah khawatir dengan saya, Yang Mulia. Aku sudah mendapat pasanganku besok saat ke pesta dansa," tersenyum, "aku akan masuk ke dalam, semoga Anda selalu selamat sampai di perjalanan menuju Istana, Yang Mulia. Sampai jumpa."
Gadis itu pergi tanpa mendapat ciuman di punggung tangannya, ia juga tak di tuntun oleh pria berambut hitam itu saat turun dari kereta kuda.
Sekarang hanya tersisa dirinya, pria itu tiba-tiba merasa hampa, ia kemudian menghela napas pendek dan tersenyum tipis karena masih tak percaya dengan kejadian tadi.
"Aku jadi ingin berburu ke hutan," ucapnya.
Kusir kerajaan menjawab kata-kata Putera Mahkota, "maafkan aku karena telah lancang, Yang Mulia. Sebaiknya Anda beristirahat, ini sudah gelap..."
"Iyakah? Tetapi bukankan bagus berburu di malam hari? Hahaha," tertawa, kusir Istana tak tau apa maksudnya, "ayo kita pergi. Tidak ada baiknya berlama-lama di luar sini."