Satu persatu dari mereka masuk ke tiap-tiap kotak yang ada, tentu saja Ophelia juga ke sana. Setelah keluar, seragam semua orang berubah sesuai tim juga jenis akademi apa yang mereka pilih, mereka juga mendapatkan satu hewan magis yang akan menjadi teman mereka nanti saat melaksanakan tugas yang di berikan oleh akademi.
"Astaga! Ini hebat, Akademi macam apa ini?? Tidak salah memang aku menuruti kedua orang tuaku! Hahahahah," tertawa kencang.
Semua orang mulai memuji-muji Gardenia, padahal sebelumnya mereka sangat tidak mau masuk ke sana.
"Ah... Tuan Put-- tidak, maksudku, Lady Asclepias. Rupanya kita satu tim, ya?"
"Huh?" gadis berambut merah kecokelatan itu menoleh, "siapa? benarkah?" ia melihat seorang pria berambut kopi susu itu berjalan menghampiri dirinya.
Bertatapan dengan Tuan Muda Earl Camsoon, "oh... Mohon kerja samanya, Tuan Muda Camsoon..." memberi salam.
Sementara itu,
"Aduh... Siapa yang menjadi satu tim denganku?" seorang gadis celingak-celinguk sedari tadi, berjalan di tengah kerumunan orang banyak. Semua orang juga mencari tim mereka diantara banyaknya murid baru yang berkumpul di tengah aula Gardenia.
"Senang bisa satu tim denganmu, Tuan Muda Camsoon..." Ophelia tersenyum manis.
"Aku minta maaf karena sudah menuduhmu macam-macam tadi," membungkuk.
"Apa? Memangnya kapan dia melakukan itu?" tanya Violet dalam hatinya.
"Lady Asclepias...?" berlari menghampiri, "aku tidak menyangka kita adalah satu tim..."
Puteri Pariiesa yang sedari tadi celingukan itu melihat pria berambut kopi susu dan gadis berambut merah kecokelatan dari jarak yang cukup jauh, tetapi karena seragam yang dikenakan bermotif sama, dirinya langsung menyadari bahwa mereka adalah satu tim.
Satu orang lagi yang menjadi tim mereka adalah Lady Solana, tetapi karena keadaan, dirinya tidak bisa berkumpul bersama dengan yang lain.
Hari dimana acara penyambutan murid baru di Akademi Gardenia telah berakhir. Semburat awan berwarna jingga perlahan menutupi langit di sore itu. Semua murid dibubarkan dari Akademi, Lady Pariiesa, Lady Solana dan juga Tuan Muda Camsoon telah pulang kembali ke Mansion mereka masing-masing, tetapi tidak untuk Ophelia.
Gadis berambut merah kecokelatan itu menunggu jemputan datang, dirinya bosan... Dan ketika itu terjadi, gadis itu pasti akan berjalan-jalan.
"Katanya setelah kelasku selesai, kusir akan datang menjemput Ophelia, tapi apa ini? Kenapa dia belum datang juga...." helaan napas panjang keluar, Violet merasa lelah menunggu terlalu lama.
"Jika saja jalannya tidak lewat hutan, pasti aku akan nekat pulang dengan berjalan kaki... Huft."
"Astaga, lihat siapa ini?"
Suara itu mengagetkan gadis berambut merah kecokelatan yang tengah mengamati bunga-bunga di taman Akademi.
"Kenapa Anda belum pulang, Tuan Puteri Asclepias...?" Jubah berbulu putih itu sangat mengembang sampai-sampai bisa menutupi mulutnya, gadis berambut pirang bergelombang menghampiri Ophelia di tengah-tengah taman.
"Oh... Salam, Lady Theresia..." dengan cepat gadis itu menyapa.
"Anda tidak pulang?" mengulangi pertanyaan yang sama karena tak kunjung di jawab oleh Ophelia.
"Belum, Lady. Anda sendiri apakah ada acara? Sepertinya Anda juga belum mau pulang..." bertanya pada gadis berambut pirang bergelombang itu.
"Aku sedang menunggu seseorang..." matanya menyipit, tak lama kemudian Putera Mahkota datang.
"Oh, Salam kepada Matahari Terbit Oriana..." tiba-tiba saja gadis itu membungkuk membuat Violet sedikit terkejut, namun bukannya memberikan salam yang sama, dia justru membuat Ophelia sang tokoh utama berdiri tegak menatap kedua bola mata hitam itu.
"Lancang sekali dia?!" dalam batin Theresia melihat tingah Ophelia.
"Selamat Sore, Yang Mulia," menyapa pria yang sedang turun dari kereta kuda Kerajaan bergelar Putera Mahkota itu.
Kaget, "selamat sore juga untukmu, Puteri Asclepias."
"Apakah Anda sedang menjemput Lady Marion kemari?" bertanya tanpa basa-basi.
"Itu benar, kenapa kau belum pulang? Apakah kusir Tuan Duke tidak menjemputmu?" bertanya balik.
"Belum."
"Tentu saja tidak akan di jemput, benar begitu, kan? Puteri Asclepias..." Theresia mulai menyalakan percikan api.
Jauh dari harapan Puteri Sulung Count Marion, ekspresi Ophelia justru sangat tenang, dia pikir gadis lugu itu akan tertusuk hatinya ketika dia mengucapkan kata-kata itu. Tetapi dirinya hanya diam tak membalas sepatah katapun.
"Diam berarti iya... Benarkan, Lady. Kusir Tuan Duke pasti telah bersekongkol juga dengan para pelayan di Mansionmu itu, hahaha. Dia pasti malas untuk menjemputmu kemari."
"Hah?! Dasar wanita tak tau tempat! Dia bicara se-enak jidat pada pemeran utama wanita seperti ini?!" Violet tak habis pikir dengan kata-kata yang keluar dari mulut Puteri Sulung Count Marion.
"Apa yang Anda lakukan, Lady Theresia?" tiba-tiba Putera Mahkota angkat bicara.
"A-apa?" tak percaya pria itu berucap, "apakah dia sedang membela Ophelia?!" dalam hati Puteri Sulung Count Marion.
"Jangan berlebihan padanya, Lady," tegur Putera Mahkota, "jika kau belum dijemput, pulanglah bersama kami," lanjutnya menawari tumpangan.
"Hoho... Ada apa ini?" batin Violet, "apakah dia mulai merasa bersalah pada pemeran utama wanita? Kenapa Ophelia dijodohkan dengan pemeran utama pria seperti dirinya?"
"Benar-benar, kasian sekali Ophelia jika sampai di akhir cerita dirinya tetap bersama Putera Mahkota," tiba-tiba merasa kesal.
"Kenapa hanya diam? Kau mau ikut atau tidak, Puteri?"
"Oh, jika kalian tidak keberatan... Bolehkah aku?" tersenyum misterius.
***
"Loukas, temani aku!" ucap pria berambut orange merengek.
"Apakah aku akan mendapat lotre jika pergi bersamamu?" berjalan menggunakan wujud Serigala Putih.
"Apa?! Ayolah... Hei, kawan. Pangeran...." merayu.
Wajahnya yang tampan itu tertepis oleh kaki Serigalanya, "menjauh dariku! Wajahmu terlalu dekat."
"Kau melukai hatiku," meneteskan air mata palsu.
Pria berwujud Serigala putih perak itu hanya bisa menghela napas, beberapa langkah lagi kedua orang itu akan memasuki rumah tua milik mantan penyihir istana Oriana.
"Aku pulang," ucap Loukas.
"Selamat datang, bagaimana harimu hari ini?" tanya Jason, Paman angkat Loukas itu sedang mengopek ubi bakar untuk dimakan.
"Cukup menarik, aku melihat hal-hal unik tadi, haha," jawabnya sembari merubah wujudnya kembali menjadi manusia.
"Unik sekali, sampai-sampai membuat Akademi menjadi ricuh," lanjut Tristan Mort.
"Ricuh katamu?" wanita paruh baya mendekat, Athena ikutan nimbrung pembicaraan cucu dan anak.
"Nenek tau, gadis yang aku bawa saat itu?"
"Siapa? Puteri Bungsu Duke maksudmu?" langsung paham dengan apa yang Loukas maksud.
"Matanya sama sepertiku."
Tristan Mort melirik diam pria berambut putih perak itu, "Andai dia tau," batinnya.
"Jika pihak istana mengetahui fakta itu, mereka tidak akan tinggal diam, dan melepaskannya begitu saja," timpal Jason memberikan pendapat pada Ibunya, Athena.
"Aset berharga seperti itu mana mungkin dilepas? Putera Mahkota hanya belum tau tentang fakta bahwa Puteri Asclepias memiliki kecerdasan, dan mata yang bersinar sangat terang. Mana-nya begitu kuat, tetapi tidak di-asah dengan baik."
"Sepertinya Duchess Asclepias tau tentang kekuatan itu, sehingga dia memilih untuk mengurung Puteri daripada dibiarkan keluar dari Mansion sejak kecil," jawab Tristan Mort, "kau tahu sendiri saat Tuan Duke Asclepias membiarkan Puterinya bersekolah di Akademi itu, daripada tetap menjodohkannya dengan Putera Mahkota. Duchess terlihat sangat marah."
"Kau benar..." jawab Athena atas penyataan yang dikeluarkan oleh pria berambut orange itu.
Setelah percakapan itu selesai, pria berambut orange berdiri dari tempat duduknya, ia lalu menatap Loukas yang tengah bersandar di kursi panjang, lalu berbicara padanya.
"Jika kau tidak mau menemaniku, aku akan pergi sendiri," bangkit dari kursi tempat ia duduk tadi.
"Terserah kau saja, lagipula itu urusanmu dengan Tuan Muda Duke Pertama, tidak ada hubungannya denganku."