Chereads / Lady's De Light / Chapter 38 - ALASAN 2

Chapter 38 - ALASAN 2

"Nona!!" teriak Pelayan Pribadi Ophelia, dirinya tak sadar kedua penjaga di luar kamar Ophelia itu hampir saja kehilangan detak jantungnya karena terkejut.

"Astaga, Sherly, dimana sopan santunmu padaku? Kenapa membuka pintu dengan tak santai, bahkan kau tidak mengetuknya lebih dulu!" agaknya gadis ini juga telah hilang akal.

"Apa yang Nona lakukan...? Suara tawa Nona terdengar sampai lorong dekat kamar Tuan Muda Duke Kedua!" sedikit cemas.

"B-benarkah?"

"Itu benar, Nona. Beruntung Tuan Muda Duke Kedua sedang ada tugas di Istana... Jika Nyonya Duchess Cordylia sampai tau... Nona pasti akan..."

"Astaga... Violet! Lagi-lagi dirimu ceroboh... Ini bukan di duniamu yang dulu, kau sedang berada di dunia yang berbeda," kebiasaan gadis berambut merah kecokelatan itu kembali, dirinya memukul kepala sendiri.

Pelayan Pribadinya itu shock, "Nona, kenapa Nona memukul kepala Nona?" mencoba menghentikan Ophelia.

"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja."

***

Gadis itu telah menghabiskan malamnya demi bersiap-siap pergi ke Gardenia esok hari. Menyiapkan seragam yang telah ia dapatkann sebelumnya, juga menyiapkan mentalnya agar tidak terkejut nanti saat sudah jadi murid di sana.

"Haruskah aku membawa barang untuk besok?" Violet merasa bingung. Ia bertanya-tanya apakah sekolah di dunia ini juga harus membawa semacam tas, dan buku tulis untuk digunakan sewaktu kelas berlangsung? Dirinya ingin menemukan jawabannya, namun, saat ini dia tidak punya seseorang untuk ditanyai.

"Haruskah aku bertanya pada Kakak?" berpikir, "tidak. Semua Kakak Ophelia sedang menjalankan tugasnya masing-masing, jika aku bertanya pasti akan mengganggu aktivitas mereka berdua, aku tidak boleh menggangu tugas kedua Kakak pemeran utama wanita!"

Kali ini, sebelum memasuki ruangan, Sherly mengetuk pintu kamar gadis itu terlebih dulu, "Permisi Nona, apakah aku boleh masuk?" meminta izin pada Ophelia.

"Ya, kau boeleh masuk, Sherly!" teriak gadis itu dari dalam karena takut suaranya tidak terdengar sampai luar.

Pelayan Pribadinya itu mendekat, dan mengatakan sesuatu yang membuat Puteri Duke itu tertawa sampai terpingkal-pingkal.

"Apa maksudmu, Sherly? Itu tidak masuk akal!" tertawa.

"Yang aku katakan ini benar, Nona. Anda harus percaya padaku! Lady Theresia telah melakukan itu pada semua murid baru!"

"Akan ku pastikan dia tidak akan berbuat macam-macam padaku, tenang saja..." meyakinkan, Sherly yang sudah seperti teman dekatnya sendiri.

Malam semakin larut, tak ada kehidupan yang masih terjaga kecuali hanya binatang malam dan juga Puteri Bungsu Duke Asclepias.

"Tidakk! Aku tidak bisa tidur!" berguling kesana kemari seperti setrika diatas kasur. "Kebiasaanku datang lagi.... Bagaimana kalau besok aku bangun kesiangan?" gadis itu merasa gelisah besok akan bersekolah di dunia ini. Padahal sendirinya yang meminta untuk menempuh pendidikan, akan tetapi hatinya tak tenang.

Tidak tahan dengan kondisi matanya yang terus terjaga, gadis itu akhirnya keluar kamar untuk mencari udara segar. Di tengah dirinya berjalan-jalan dengan menggunakan kain yang menutupi tubuhnya, seekor Burung Hantu berhenti terbang untuk bertengger diatas patung Singa sekitaran gadis itu berdiri.

"Kenapa kau belum tidur?" suara itu menggema ditelinga gadis berambut merah kecokelatan ditengah kesunyian malam.

"Siapa disana?" Ophelia yang tadinya merasa relax berubah menjadi waspada.

''Apakah kau perlu mengetahui identitasku? Sebaiknya kau cepatlah tidur. Bukankah besok adalah hari yang penting?"

Menoleh kesana-kemari, "Siapa orang yang berbicara tanpa ada wujudnya ini?" Gadis itu merasa tidak enak badan, mungkin karena dirinya merasa merinding?

"Kau lucu, Lady. Aku ingatkan sekali lagi, cepatlah istirahat, dan mari kita bertemu dikelas pertama!"

"Apa? Kelas pertama?! T-tunggu dulu," mencari sumber suara, "Tunggu? apakah kau masih ada disekitar sini?"

Gadis itu menunggu adanya jawaban, "Tuan?? kumohon, jawab aku!" namun, sepertinya seseorang itu telah pergi dari sana.

***

Malam telah berganti menjadi pagi, semua orang sudah produktif, dengan mata yang sayup-sayup dan badan yang lemas, gadis berambut merah kecokelatan itu berusaha bangun dari tempat tidurnya.

"Ugh... Tubuhku terasa sakit, apa yang terjadi?"

Berjalan dengan kaki yang sempoyongan, para pelayan yang tak suka dengan Ophelia berbisik ke telinga sesama mereka.

"Lihat? Apakah dia bisa di sebut Puteri Duke jika begitu, jalan tidak benar, tingkahnya tidak anggun sama sekali."

"Dia memilih masuk ke Gardenia daripada menjadi Istri dari Putera Mahkota, bodoh sekali."

"Jika aku menjadi Tuan Puteri Asclepias, aku lebih memilih tinggal di istana daripada harus masuk kesana, mengerikan."

"Apa yang kalian bicarakan?!"

Seseorang menyela gosip mereka, terkejut, semuanya langsung terdiam dan melihat ke sumber suara.

"Kalian pikir diri kalian hebat??"

"Apa maksudmu?" jawab salah seorang diatara mereka.

"Memangnya kalian pikir kalau diri kalian anggun?! Sebaiknya berpikir dulu sebelum bicara," amarah Sherly, pelayan pribadi Ophelia itu merasa sakit hati karena Nona yang ia asuh sedang di bicarakan di belakang.

"Kau tidak selevel dengan kami! Sherly. Tidak usah membela Puteri, diam saja dan lihat! Haha, dia pasti akan kena sial di hari pertama," menggoyahkan wanita berambut pendek sepundak itu.

***

"Ayah, aku akan berangkat sekarang," gadis berambut merah kecokelatan itu memberi salam sebelum pergi ke Gardenia.

"Aku berdo'a agar kau bahagia masuk ke sana, semoga harimu bagus."

"Terima kasih, Ayah!"

Gadis itu berjalan menuju kereta kuda berlambangkan bendera keluarga Asclepias. Kusir lantas membawanya pergi ke tempat dimana dirinya akan masuk ke perguruan di dunia ini.

Melewati pemukiman, pasar Ibu kota, hingga bukit dan lembah terjal di sepanjang perjalanan, kusir keluarga Duke menjadi sangat penasaran, bagaimana bisa Puteri Bungsu Tuan Duke ini ingin bersekolah disana? Sedangkan para Puteri bangsawan dari keluarga lain saja ogah-ogahan jika di daftarkan ke sekolah itu.

"Permisi, Tuan Puteri," menyapa dahulu sebelum bertanya.

"Ya? Ada apa, Kusir?"

"Apakah aku boleh menanyakan sesuatu padamu?"

Gadis itu tertawa, "tentu saja kau boleh bertanya, aku tak melarang siapapun untuk bertanya padaku," sambil melihat ke arah luar kereta kuda, menikmati pemandangan alam yang ada.

"Kenapa Tuan Puteri ingin bersekolah di Gardenia? Aku mendengar rumor bahwa para Puteri Bangsawan banyak yang menolak jika harus disekolahkan di sana," bertanya dengan serius, tak sabar mendengar alasan apa yang keluar dari Puteri Duke.

"Aku... Hanya ingin bebas saja."

Kaget juga terheran-heran, "bebas...? Tetapi sekolah itu sangat ketat, bahkan ada yang tidak tahan karena terkekang oleh peraturan, bagaimana bisa Tuan Puteri ingin merasakan 'bebas'," alis kusir keluarga Duke itu sampai berkerut karena mendengar jawaban sepele dari Puteri Bungsu Tuan Duke.

"Benarkah?" menoleh ke arah kusir, "aku tidak tau jika ada hal seperti itu di sini," dalam hatinya, "ternyata hal detail seperti ini tidak di tulis dalam Novel, ya?" bergumam.

"Maksud, Nona?"

Gumam-an itu sepertinya sampai ketelinga pria berambut putih perak yang sedang mengendarai kuda di samping kereta kuda milik keluarga Duke.

Sontak gadis itu terkejut dan sadar dari lamunannya, "T-tuan Loukas?!"

"Hallo~" tersenyum cerah.