Bu Hanum, Tania dan Belva sudah sampai di salah satu mall di Jakarta. Mereka segera turun dari mobil. Tania dan Belva lebih dahulu turun di dekat pintu masuk, supaya mereka tidak kejauhan berjalan. sedangkan bu hanum memarkirkan mobilnya terlebih dahulu.
"Tan, kamu enggak malu mendorong aku kemana-mana?" tanya Belva tiba-tiba. Tanpa angin dan tanpa hujan, pertanyaan itu tiba-tiba ia lontarkan. Sebenarnya dia kasihan melihat tania. Dia harus kerepotan membantu Belva naik turun mobil, dan juga mendorong kursi roda Belva terus menerus.
"Kenapa harus malu. Apa yang harus membuat aku malu. Aku senang kok bisa menjadi tangan dan kakinya kak Belva." Tania tersenyum, masih dengan posisinya semula.
Belva menunduk sambil tersenyum getir. Di satu sisi dia memang bahagia bisa diantar ke mana-mana oleh Tania, tetapi di satu sisi, dia merasa tidak berguna. Dia merasa hanya bisa menyusahkan orang lain. Jangankan menjaga Tania, menjaga dirinya sendiri pun dia tak sanggup.