Melihat sahabat putus cinta dengan orang yang kita sayang, adalah hal yang memilukan. Tidak, ini sungguh tidak semenyenangkan yang kalian fikir, karena lebih baik kita tidak menyaksikan nya sama sekali.
Tania memang kecewa sama Cantika. Namun, tentu saja sebagai manusia normal yang memiliki hati dia tetap merasa bersalah karena merasa sudah merasa menjadi perusak hubungan sahabatnya. Ada yang mengganjal di hati dan fikirannya. Namun, benar apa kata Belva, bahwa Cantika harus mendapatkan pelajaran dari apa yang telah dia perbuat. Karena perbuatan Cantika kala itu memang sudah keterlaluan.
"Rambutan! A' … Aku masih lapar," ucap Belva. Sepertinya hatinya sudah kembali tenang. Dia masih tampak pucat, tetapi dia selalu berusaha untuk menampakkan senyum. Entah angin apa yang membuatnya menjadi rajin tersenyum saat ini.
"Eh, iya." Tania segera mengambil piring dan kembali menyuapkan makanan itu ke mulut Belva.
"Maafkan aku ya, kamu harus menyaksikan ini di depan matamu."