Tania mendengarkan semua ucapan Belva dan cantika dengan dada sesak. Ini adalah kebodohannya, membiarkan diri sendiri tersakiti terus-menerus. Ini kebodohannya, menaruh perasaan pada orang yang tidak seharusnya. Benar, apa kata Ardi. Mereka cuma punya dua pilihan, memutuskan untuk bersama dengan segera resikonya, atau menghilang dengan total.
"Kamu percaya kan?" Belva mencoba untuk meyakinkan Cantika.
"Sulit. Tapi akan aku coba."
"Aku akan membuat kamu percaya." Belva menatap mata Cantika dengan tatapan yang dalam. Belva mendekatkan wajahnya ke wajah Cantika. Tangannya, menyentuh dagu lancip yang memesona itu. Lalu, bibirnya dia tempelkan perlahan ke bibir mungil dan tipis milik Cantika. Mereka memejamkan mata, dan tenggelam dalam sentuhan 2 bibir yang menyatu.