[Wi, Tania apa kabar? Tadi aku ketemu di sekolah dia sedang sedih sepertinya. Apakah sekarang sudah baikan? Sampai di rumah aku masih kepikiran, Wi.]
Belva sudah jago berpura-pura menjadi mamanya. Dia mengetikkan kata-kata itu dengan lancar. Rasa khawatir terhadap Tania membuat otak nya begitu encer untuk mengetikkan kata demi kata.
~Siwi~
[Dia masih menyendiri di kamar, Num. Dia nggak mau makan apa-apa. Cuma mendekam di kamar sambil menyalakan musik keras-keras. Aku bingung harus bagaimana? Tapi terima kasih ya, kamu sudah sangat perhatian sama Tania.]
'Kenapa sih kamu harus pura-pura nggak mau makan. Kamu kan jago nya makan. Berpiring-piring pun kamu sanggup menghabiskan. Apakah rasanya sesakit itu sehingga kamu tidak nafsu untuk makan, Tania?'