Silva meneteskan air matanya. Dia masih tersungkur di lantai. Belva, Seorang anggota osis waktu SMA dulu, seseorang yang selalu memegang teguh rasa gengsi nya, seseorang yang saat ini menjabat sebagai CEO sebuah penerbitan yang sedang hits, duduk tersungkur di sebuah lantai rumah sakit karena menangisi seorang perempuan. Apalagi perempuan itu adalah istri orang.
Belva Tidak peduli lagi meskipun orang-orang menatapnya dengan tatapan aneh. Dia sudah tidak memikirkan tentang hal itu. Yang dipikirkan saat ini adalah bagaimana nasib Tania. Dia tahu perempuan itu masih memiliki mimpi yang tinggi yang saat ini belum bisa tercapai. Dia benar-benar tidak mau kehilangan Tania.
"Va, Ayo berdiri dan duduk di sampingku. Nggak enak dilihat sama orang-orang."
Arti berusaha untuk berbicara dengan lembut meskipun sebenarnya hatinya ingin berteriak. Dia tetap berbicara dari tempatnya yang kira-kira berjarak 2 setengah meter dari tempat Belva terduduk.
