Tania tampak naik ke atas tempat tidur dengan hati-hati. Dia menyingkap selimut, lalu ikut duduk di samping sang suami. Tania menoleh perlahan ke arah sang suami yang sepertinya memang benar-benar fokus membaca. Tania memang benar-benar dianggap tidak ada. Mungkin Hanya dianggap kipas angin yang hanya geleng-geleng kepala doang. Kadang-kadang juga cuma dianggap sebagai manekin yang diam dan nggak bisa diajak berkomunikasi.
Lalu dia hanyalah seonggok kulkas yang dingin dan tidak mau berbicara dan tidak mampu berbicara sama sekali.
"Hai babang tamvan. Sudah malam nih. Lampunya boleh aku matikan?" Tanya Tania berbasa-basi. Padahal dia sama sekali belum ingin tidur. Padahal sebenarnya dia masih ingin berbicara panjang lebar dengan suaminya.