Setelah beberapa detik, Tania membuka matanya. Sakit kepalanya sudah sedikit berkurang. Dia tersenyum.
"Aku nggak apa-apa kok. Memang begini kan biasanya. Enggak apa-apa kak. Kita bisa lanjut lagi." Meskipun masih ada sedikit rasa pusing tetapi dia tetap berusaha untuk biasa saja. Dia memang sudah terbiasa begitu. Dia harus memaksakan diri untuk tetap tampak sehat. Di dalam hati dia terus berdoa supaya terus diberi kekuatan dan tidak lagi tumbang. Dia tidak mau membuat kekasihnya khawatir.
"Beneran nggak apa-apa? Kalau mama sakit kepala bilang aja kita nggak apa-apa kok dihentikan dulu. Sherin sama Kak ibnu pasti ngerti."
"Nggak apa-apa, Sayang ih. Sudah sembuh nih. Sudah bisa senyum lagi," ucap Tania sambil meringis memamerkan sebaris gigi rapinya.
"Kamu kan emang suka begitu, pura-pura tersenyum untuk menutupi rasa sakit. Aku sudah sangat hafal dengan tingkahmu, Maemunah."
