"Apa? Tania Menderita penyakit leukimia?"
Berarti tampak kaget. Ibu setengah baya yang sedang melipat pakaian itu langsung menghentikan aktivitasnya. Dia shock, dadanya terasa begitu sesak. Bukan apa-apa, selama ini dia sudah menganggap Tania seperti anaknya sendiri. Mereka sering menghabiskan waktu bersama-sama. Tania sering mengunjunginya meskipun Ardi sedang tidak ada di rumah. Berita itu, benar-benar seperti petir yang menyambar di siang hari.
"Iya, Bu. Leukimia stadium akhir. Ardi sudah sering melihat dia sakit kepala, tetapi Ardi tidak pernah berfikir kalau itu adalah gejala dari leukemia. Aku harus bagaimana, Ma?"
Bu Ratih memandang putranya dengan tatapan iba. Baru saja dia merasa bahagia karena cintanya sudah terbalas, kini kita harus menerima kenyataan yang menyakitkan.
"Dukung dia, beri dia penguatan. Dia pasti merasa patah semangat. Tugas kamu adalah membuat Tania tetap bersemangat menjalani hidupnya."
"Bu, bolehkah aku meminta sesuatu?"
"Apa?"