"Cie … cincin baru ya? Letaknya di jari manis lagi. Buat siapa hayo?" Santi memegang jari manis Tania.
Tania masih bengong. Raganya memang berada di situ, tetapi pikirannya sedang mengembara ke mana-mana.
"Tan, Tania jangan ngomong terus nanti ada yang masukin?"
"Hush … kalau ngomong suka nggak dijaga ih," ucap Tania yang langsung tersadar dari lamunannya.
"Makanya jangan bengong terus. Ini cincin dari siapa?"
"Cincin dari kak Ardi. Jelek sih, tapi aku harus pakai ini, daripada dipakai Cantika. Nggak ikhlas banget aku."
"Hmm … maksudnya?"
Tania menghela nafas panjang, lalu menghadap ke arah sandi yang sepertinya sangat kepo.
"Sebenarnya, ini kado dari kak Ardi untuk Cantika, tetapi karena aku tidak ikhlas Kak Adi memberi cincin untuk Cantika meskipun gak bagus, jadi aku buka kotaknya dan aku pakai deh cincinnya. Enak aja Cantika dapat beginian, aku yang dekat sama dia berbulan-bulan aja enggak pernah dapat cincin."