Menahan Arka untuk tetap tinggal, sudah di pastikan jika itu adalah bagian rencana penyiksaan.
Tanpa memberi senggang waktu untuk Arka mengambil napas, mamanya Nino terus memaksanya bergerak mengikuti perintah.
Dugh dugh dugh
Pagi buta, pintu kamar yang di tempatinya nyaris jebol akibat hantaman benda keras.
Arka bahkan sampai tak sempat menggeliat, menikmati sejenak rasa lemasnya setelah bersemayam lama dalam dunia mimpi. Otaknya di desak paksa untuk menangkap cepat.
"Apa kamu coba mengabaikan panggilan ku?!"
Suara teriakan dari luar membuatnya bangun dengan tersentak, meloncat turun dari ranjang. Nyaris terjungkal hanya dengan bilah pintu terbuka yang bahkan kenopnya masih di cekal.
Tumpuan kakinya bergetar, tubuhnya di sandarkan di pintu. Mengerjapkan mata, dengan menahan mulutnya yang memaksa untuk menguap lebar. Menghadap mamanya Nino yang berkacak pinggang.