"Kopi?"
Nino hanya menggelengkan kepala, lantas membanting tubuhnya di sofa yang berhadapan dengan bang Sat. Menampilkan raut wajah frustasi, menghela napas berat. Dalam posisi tubuhnya yang setengah membungkuk, mencengkram kuat helai rambutnya. Kepalanya nyaris meledak, sampai nyaris seminggu tak menemukan solusi untuk melepaskan Arka dari ancaman pria bajingan itu.
Arka bahkan selalu pulang larut. Diam tanpa kata, bahkan sampai Nino yang memohon pria mungil itu untuk bercerita tak sekali pun mendapatkan respon.
Tubuh mungil yang di dekapnya terasa begitu kaku. Sesekali ia bahkan merasakan Arka yang tengah menggigil seolah dekapannya tak lagi terasa hangat.
Pikirannya mendadak buntu, tak ada satu pun cara untuk mengembalikan kekasihnya seperti sedia kala. Kejadian ini terlalu mendadak, jelas Nino belum mempersiapkan apa pun untuk menghadapi kekasihnya yang berubah drastis akibat jebakan masa lalu.