Terlepas, seketika benang saliva yang masih menyatukan jatuh menggantung saat perlahan wajah keduanya berjarak.
Manik mata keduanya yang bertemu, tak bisa menutupi perasaan mendamba yang saling menginginkan.
Bahkan Arka semakin sulit untuk mengendalikan diri terhadap kepuasan di ujung mata yang siap menanti. "Eungh...." Tubuhnya terlalu sensitif meski jemari hangat Nino hanya mengusap pipinya yang tengah merona.
"Kamu seksi banget, sayang..."
Demi apa pun, pujian itu rasanya terlalu menggelikan jika Arka dalam versi berandalnya yang jelas tak sudi untuk terusik. Harusnya bibir yang mengatakan itu kalo perlu di pukuli sampai robek. Hanya saja sampai beberapa detik Arka tak menemukan kemarahan seharusnya, alih-alih di dalam hatinya malah membara. Tubuh terasa sangat panas, perasaan yang sangat aneh.