"Gue rasa cuman itu jalan satu-satunya. Kalo pun nanti tersisa sedikit rindu, gue harap lo nggak akan temuin gue lagi, bang. Bukannya gimana, cuman gue takut kalo tiba-tiba hati gue balik berharap ke lo."
Arka mengusap air bening yang turun dari lubang hidungnya. Lantas mengulas senyum, menatap Ruben lamat-lamat di balik manik matanya yang masih berkaca. Melihat pria itu untuk terakhir kalinya. Walau terasa begitu berat, ia harus pasrah pada kekalahannya, kan?
"Ar."
Melangkah pergi, meninggalkan memori indah bersama Ruben di belakangnya. Memang terbilang singkat, tapi begitu melekat di hatinya. Mendengar panggilan pria itu, bahkan sekujur tubuhnya otomatis bergetar. Seketika saja Arka tak percaya diri, bagaimana hidupnya nanti?
Benar-benar sudah tak ada harapan, kan? Saat sebuah panggilan menyentaknya keesokan hari. "Mereka datang untuk mengucapkan perpisahan terakhir, Ar."