Perkelahian dalam jumlah yang tidak sedikit terdengar di depan. Teriakan garang dengan adu fisik yang tak segan sedikit pun untuk memperebutkan posisi kemenangan. Suara benda keras yang tak sedikit pun ragu menjadi senjata untuk meremukkan, menutup habis kesan sunyi saat pertama kali Arka datang.
Bahkan dari suaranya saja begitu ngeri, tak bisa membayangkan akan sesadis apa cara dari mereka untuk saling menundukkan.
Berada dalam ambang batas hidup dan mati, Arka bahkan masih berharap bisa membalas telak atas perbuatan Anton yang begitu menyepelekan kemampuannya sampai saat ini.
Krieettt
Brakkk
Sampai saat pintu terjerembab dengan benturannya yang sampai menghantam tembok sangat keras.
"Lo coba macem-macem sama sahabat gue, sama aja kayak lo coba gali lubang buat mayat lo sendiri, bangsat!"