Arka meneguk ludahnya kasar, kepala menunduk dalam dengan jemari bertaut di pangkuannya yang makin erat.
Air matanya hampir menetes, menutupnya dengan bibir terkatup membentuk satu garis tipis.
Dadanya kian bergemuruh saat Margaret hanya diam dan menatap lamat-lamat kertas lusuh yang diberikannya. "Hufh... Maaf ya, ibu bahkan nggak bisa bayar lebih dari sepertiga total biayanya."
Bagaimana Arka sanggup menahan air matanya yang seketika tumpah? Bahkan pandanganya sontak terangkat untuk menatap wanita baik hati yang malah mengulas senyum. Untuk apa meminta maaf?
"Bu..."
Arka yang merengek seketika saja loncat ke dalam pelukan Margaret. Merangkul begitu erat, menumpahkan segalanya beban di pundaknya. Malu, sedih, senang, semuanya mengaduk jadi satu.
Merasakan usapan lembut di punggungnya. "Hei, kenapa kamu malah menangis?"
"Bu, kalo keberatan dengan datangnya Arka... Kenapa nggak usir Arka sejak awal?"