Bara duduk termenung di rooftop. Ia menatap langit malam yang dihiasi dengan banyak bintang.
Sudah lebih dari dua bulan berlalu semenjak kepergian Dinda. Dan hidupnya menjadi benar-benar hampa.
Semua berjalan dengan sangat baik di Jakarta. Bara danbSam memimpin perusahaan mereka dengan baik, Melati menjadi penulis yang sedang naik daun, dan Elang mulai membuka cabang untuk kafenya.
Semua berjalan dengan sangat baik, akan tetapi, Bara merasa begitu gelisah tanpa ia tahu apa penyebabnya.
"Teh, Bang?" Elang menghampiri Bara dengan memegang dua gelas teh di tangannya.
"Apaan tuh, ngeteh malem-malem gini?" cibir Bara.
"Kata Chef Yuni, ini teh bagus buat yg suka kena amnesia!"
"Bego! Insomnia kali!"
"Eh iya, keseleo lidah gue! Insomnia maksutnya! Lo kan belakangan ini insom tuh, Bang! Minum aja ini!"
Bara menggeleng pelan, namun akhirnya, ia menerima teh yang Elang bawa.
Elang pun duduk dengan santainya di samping Bara. Ia ikut menengadah menatap langit.