Chereads / ATMA-TRUTH OF SOUL / Chapter 4 - Pesta Kesedihan

Chapter 4 - Pesta Kesedihan

Kekuatan Tiga Raja

Pasukan khusus kepolisian hanya bisa bersiaga di area luar barikade, sebab monster yang harus mereka atasi adalah peringkat SS. Mereka hanya bisa menunggu sampai etranger kelas spesial dikerahkan, sanjaga benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa.

"Kekuatan jiwa yang sangat dahsyat terdeteksi…"

"Dari kedua monster dimensi kah…?"

"Bukan pak… kekuatannya berasal dari sosok lain…"

'Jangan bilang ada monster dimensi ke 3… aku harap itu tidak terjadi... '

Kemunculan monster dimensi ke 3 dapat memusnahkan kehidupan di sebuah pulau. Salah satu pulau kecil di amerika serikat hancur lebur hanya karena kemunculan 3 monster dimensi. Kalau 2 monster dimensi muncul secara bersamaan disebut fenomena langka. Maka kejadian yang memunculkan 3 monster dimensi secara bersamaan adalah malapetaka.

"Info terbaru… kelas spesial akan datang 10 menit lagi…"

"Oke… selama sepuluh menit kita harus bersiap untuk kemungkinan terburuk…!"

Di area luar polisi dan militer berjaga dengan sangat ketat, sementara di area dalam rigma baru membangkitkan kekuatannya.

"Mustahil… kekuatan macam apa itu…!?"

"Ini…? Ini adalah kekuatan kami para raja... "

"Raja…!? "

Ether melihat rigma mulai berjalan ke arahnya, instingnya berteriak sangat keras untuk menyuruhnya kabur. Namun kakinya terasa sangat berat dan sulit untuk bergerak, hingga akhirnya rigma sampai di depannya. Ether merasakan energi jiwa yang luar biasa dahsyat, bahkan energi jiwa tersebut terasa mengerikan. Ketakutan yang luar biasa baru pertama kali dirasakan oleh ether, rasa takut akan kematian.

"Bagaimana rasanya ketika kematian berada begitu dekat denganmu…?"

Tubuh ether gemetar, tenaganya untuk bergerak seolah pergi menjauh dan membuatnya terjatuh duduk.

*duar…!*

Suara reruntuhan meledak akibat monster dimensi raksasa, ia langsung menatap ke arah rigma.

"Ether…!!"

"Ja… jangan kemari bodoh…!!"

Ketika ether menyuruh stromer untuk tidak mendekat, semuanya sudah terlambat.

"Mengganggu sekali... "

*jentikan jari... hancur…!*

Dengan sekali jentikan jari, tubuh monster dimensi raksasa bertubuh biru hancur hingga menjadi potongan kecil.

"Stromer… "

"Menjijikan sekali… dia pantas mendapatkannya… karena sudah mencoba menyentuh wadah ini…"

Ether terlihat semakin tak bertenaga ketika melihat stromer mati dengan cara tragis, perlahan air seni ether mengalir keluar.

"Huaaa… menjijikan sekali…!"

*tebas… *

Tebasan tangan rigma berhasil memenggal kepala ether dengan sangat mudah, ia benar-benar tidak berbelas kasihan pada musuhnya.

"Berani sekali melakukan hal menjijikan seperti mengompol di depan kami… tetapi kulitmu memiliki sesuatu yang bagus... jadi mari kita kuliti mayatnya sebelum tubuh ini mencapai batasnya…"

Mayat ether yang sudah tidak memiliki kepala pun dikuliti hingga bersih, lalu rigma menaruhnya pada sebuah lubang hitam. Setelah selesai dengan tugasnya, rigma menghampiri harun yang sempat terluka akibat serangan ether.

[heal]

"Eh,,,!? Rasa sakitnya..."

"Aku sudah menyembuhkan seluruh tubuhmu… sekarang giliranmu merawat tubuh ini dan menjaga rahasianya… sebab ia tidak ingin menjadi etranger jadi kekuatannya harus tetap rahasia untuk sementara…"

"Kau bukan rigma… kau siapa…?"

"Kami adalah tiga raja yang menjadi jiwa pengelana… kesadaran rigma belum pulih… itu sebabnya kami mengambil alih tubuhnya… namun untuk menopang kekuatan kami secara bersamaan seperti sekarang ini membutuhkan pengorbanan… rigma akan mengalami efek samping pada tubuhnya… jadi kami mohon rawat dia…"

"Tenang saja…! Aku pasti akan menjaganya…!"

Harun langsung bersemangat ketika diberikan kepercayaan untuk menjaga rigma yang belum sadar.

*sssshhss… brugh…*

Tubuh rigma kembali seperti semula, rambut dan tinggi badannya kembali menjadi pendek seperti sebelumnya. Ia pun terjatuh tepat di pelukan harun, bajunya sudah compang camping akibat pertarungan.

"Sepertinya dia lebih mengerikan dari yang kita kira…"

"Jadi apa keputusanmu fira…?"

"Tentu saja kita akan merekrutnya dengan cara apapun… seperti biasa bukan…?"

Pasangan misterius yang menahan stromer sebelumnya sedang mengamati rigma dari kejauhan. Identitas mereka yang sebenarnya adalah Fira Englaus dan Dimas Gunanjar. Mereka berdua adalah etranger kelas 1 tingkat lanjut dari Organisasi Pandawa, organisasi peringkat 2 terkuat.

"Ayo bantu mereka untuk keluar dari tempat ini…"

"Kau yakin…?"

"Setidaknya hanya itu yang bisa kita lakukan untuk berterima kasih… kau sendiri tahu kan kulit monster biru yang kita lawan hampir tak tertembus…"

"Benar juga…"

Fira dan dimas langsung keluar dari persembunyian untuk menghampiri harun yang sedang menjaga rigma. Sementara di luar barikade semua polisi yang memantau energi jiwa mengeluarkan keringat dingin. Sebab 3 energi jiwa yang sangat besar menghilang satu persatu dari radar pendeteksi energi jiwa. Bersamaan dengan menghilangnya 3 energi jiwa yang sangat kuat, etranger kelas spesial dari organisasi SATRIA datang.

"Pak.. la-la-lapor…"

"Ada apa lagi…?"

"Ti-ti-tiga… e-energi jiwa yang ada di area mall menghilang.."

Petugas pengamat radar menjelaskan sambil gemetar, sebab ia takut membuat kedatangan etranger kelas spesial menjadi sia-sia.

"APA…!!?"

"P-pak… bagaimana kita menjelaskannya pada tuan alvin…?"

"Biar aku yang menjelaskannya… kalian hanya perlu menyelidiki penyebab dari hilangnya monster-monster itu…"

Sanjaga mencoba menenangkan anak buahnya sambil berjalan menghampiri etranger kelas spesial yang sedang bersiap.

"Sial… kapten sanjaga keren banget…"

"Dia memang pimpinan yang hebat… dalam urusan lapangan maupun kantor…"

"Aku akan mengikutinya sampai kapan pun…"

"Bodoh… memang sudah seharusnya begitu, bukan…?"

Dua orang operator radar jiwa termotivasi oleh karisma sanjaga, padahal sanjaga sendiri tidak sengaja bertingkah keren.

"Maaf sebelumnya tuan alvin…"

"Oh pak sanjaga… ada apa…?"

"Sebenarnya…ada masalah yang tidak boleh bocor ke publik…"

"Baiklah mari kita bicara di tempat yang sedikit lebih privat…"

Alvin pun masuk ke dalam salah satu mobil kepolisian, di sana sanjaga menyampaikan masalah yang baru saja terjadi.

"Jadi maksudmu energi jiwa para monster tersebut tiba-tiba menghilang begitu saja…"

"Benar… tebakan saya cuma dua hal yang terjadi… pertama… dua monster saling bertarung dan membunuh satu sama lain… lalu ada etranger yang menunggu kesempatan untuk menyerang mereka saat lengah… kedua… ada dua etranger tingkat lanjut dan beberapa etranger biasa yang bekerja sama di dalam sana untuk membunuh sang monster dimensi…"

"Masalahnya cukup rumit ya… tapi pemerintah sudah membayarku untuk datang ke sini… jadi paling tidak biarkan aku memeriksa bagian dalam…"

"Dimengerti… anda akan mendapat izin untuk memeriksa setiap sudut mall mega park…"

Sanjaga tidak menduga alvin sangat mudah memahami situasinya yang cukup rumit sekarang ini.

'Paling tidak dengan begini aku tidak perlu repot-repot mengurus laporan pengembalian dana…'

Alvin pun melanjutkan pekerjaannya untuk masuk ke dalam barikade, ketika barikade terbuka terlihat 4 orang yang sedang menunggu.

'Mereka dari organisasi pandawa… jangan bilang mereka yang membereskan monster dimensinya…'

Alvin perlahan mendekati mereka saat pikirannya terus melayang dan mencoba menebak apa yang sebenarnya terjadi.

"Itukan… "

"Huaaa itu si alvin... "

'Dari semua orang kenapa harus fira dan dimas yang muncul…'

Alvin tetap mencoba tersenyum ke arah empat orang di depannya, meski ia tidak begitu menyukai mereka.

"Apa kalian bisa menjawab beberapa pertanyaanku…?"

"Maaf kami harus mengantar bocah ini dulu... "

"Itu benar… dia butuh perawatan segera… jadi kami tak punya waktu…"

Fira dan dimas melewati alvin yang mencoba mendapatkan informasi begitu saja. Mereka benar-benar tidak menghormati alvin sedikitpun, kesannya malah mereka tidak mau berurusan dengannya.

"Cih…! Awas kalian…"

"Hah…!?"

"Gak bukan apa-apa kok fir…"

Alvin terlihat lebih takut terhadap fira, padahal alvin jauh lebih kuat dalam urusan kekuatan jiwa. Tanpa buang waktu petugas medis yang berjaga di dekat barikade pun memberikan rigma pertolongan pertama. Hari kelam yang penuh ketegangan berakhir ketika langit menampilkan warna senjanya. Harun membawa rigma yang sudah dinyatakan sehat ke rumahnya, sementara fira dan dimas hanya memberikan kartu nama organisasi mereka.

Renungan Kegagalan

Di dalam mobil taksi otomatis, harun melepas lelahnya setelah seharian membantu rigma berjalan. Ia tidak tahu kapan rigma akan sadar, namun tim medis mengatakan bahwa rigma hanya tertidur karena kelelahan. Lalu mereka juga bilang tubuh rigma mengalami cedera otot, lebih baik merawatnya di rumah.

"Harun…"

"Eh…!? Rigma kamu sudah sadar…!?"

"Kita dimana…?"

"Kita di taksi… dan sedang menuju rumahmu…"

Harun menjelaskan sambil mengusap air matanya yang tidak bisa ia tahan. Air mata rigma pun tak bisa terbendung, sebab ia terus mengingat betapa tidak mampunya dia melindungi jidris.

"Maafkan aku… aku… aku… tidak bisa melindungi jidris…"

"Tidak apa… tidak apa… itu diluar kemampuanmu… aku pikir hari ini aku akan kehilangannya semua… paling tidak kita berdua selamat..."

Harun dan rigma pun menangis tersedu-sedu, mereka meluapkan kesedihannya bersama di dalam mobil. Sementara itu tempat lain seorang wanita mendatangi jasad jidris yang berada di rumah sakit umum purwakarta.

"Jadi kamu berakhir seperti ini… maafkan kakakmu ini yang tidak bisa berbuat apa-apa…"

"Nona… urusan administrasi rumah sakit sudah selesai…"

"Kalau begitu kita harus cepat mengurus pemakamannya…"

Wanita yang menyebut dirinya kakak menutup kembali jasad jidris sambil memalingkan wajahnya. Di waktu yang sama rigma pun sampai di rumahnya, ketika membuka pintu rumahnya lampu tiba-tiba menyala dan dini pun menyambutnya dengan meriah.

"Tuan…!? Anda kenapa…?"

Betapa terkejutnya dini ketika melihat rigma dirangkul harun untuk masuk ke dalam rumah.

"Kau sendiri sedang apa…!?"

"Eh apa anda lupa…? Hari ini adalah hari ulang tahun anda…"

"Ah… iya juga… aku baru ingat…"

"Ka-kamu… ulang tahun…!? Maaf aku tidak menyiapkan apa-apa…"

"Tidak apa… aku sendiri saja lupa dengan hari ulang tahunku... "

Dini pun membantu harun untuk membawa rigma masuk ke dalam kamarnya, harun sendiri tidak bisa berlama-lama di rumah rigma. Akhirnya ia pun pulang menggunakan taksi setelah mendapatkan potongan kue ulang tahun dari dini. Setelah berterima kasih pada harun, dini pun menghampiri rigma yang tidak bisa bergerak di kasurnya.

"Tuan maaf… saya tidak mengetahui soal insiden yang terjadi hari ini... "

"Ya itu bukan salahmu… insiden hari ini paling cepat ada beritanya esok hari…"

"Ngomong-ngomong tuan… anda benar-benar tidak bisa bergerak sekarang…?"

"Iya... harun bilang seluruh otot pada tubuhku sobek… paling cepat seminggu baru aku bisa bergerak seperti biasa…"

"Kalau begitu saya akan membantu anda dalam segala kegiatan sehari-hari…"

"Makasih kau sangat bisa diandalkan…"

Rigma bersyukur memiliki dini sebagai pengasuhnya, namun ia tidak tahu betapa mesumnya isi kepala dini.

"Kalau begitu saya mulai dengan mandi… soalnya tubuh tuan sangat kotor…"

"Eh mandi…!? Bukankah seharusnya tidak perlu..."

"Benar… tapi tuan... saat tubuh anda bersih... anda akan lebih nyaman berada di kasur bukan…?"

"Ya kau memang tidak salah…"

Tanpa menunggu jawaban rigma, dini pun menggendong tubuh majikannya itu. Bagi dini menggendong rigma yang badannya jauh lebih kecil darinya sangatlah mudah.

"Oi jangan bilang…"

"Benar tuan…"

Dini melepaskan seluruh pakaian rigma dan memposisikan rigma untuk duduk di pojok kamar mandi. Lalu dini melepaskan seluruh pakaiannya satu-persatu, mata rigma tidak bisa lepas dari pandangan indah di depannya. Remaja yang baru genap 19 tahun seperti rigma tentu memiliki libido yang tinggi.

'Sial kalau begini terus aku akan menikmati permainan mesumnya…. Ayah sialan… apa yang kau ajarkan pada wanita ini…!'

*tap…*

Dini membuat rigma bersandar pada tubuhnya, lalu payudaranya pun menjadi bantalan untuk kepala rigma.

"Sial gak perlu gini juga dini… nanti bisa kena banyak masalah… kau tahu kan aku masih seorang perjaka yang baru saja berumur 19 tahun... "

"Tapi anda tidak bisa menggerakkan tubuh anda…"

"Justru itu yang membuatnya lebih parah…! Aku punya banyak hal yang harus dilakukan selain mandi begini..."

"Tuan.. "

"Apa…!? "

"Tidak apa kalau anda ingin menangis sekarang… "

"...!?"

Betapa terkejutnya rigma ketika mendengar perkataan dini yang seolah mengetahui kondisinya.

"Dari mana kau tahu…?"

"Mata anda menunjukkan semuanya… ditambah hanya kamar mandi ini yang kedap suara… jadi hanya disini anda bisa menangis sepuasnya…"

Air mata rigma pun tak terbendung lagi, ia menangis sekeras-kerasnya seperti seorang anak kecil.

"Aku… aku… lagi-lagi aku tidak bisa melindungi orang terdekatku…!! Aku juga hampir membuat harun terbunuh hari ini… padahal jidris sudah menitipkan harun padaku…! Semua karena egoku yang sangat membenci etranger… kalau aku tidak mementingkan egoku… mungkin jidris tidak akan mati..! Dan mungkin harun tidak akan terluka..."

"Tuan… kita sebagai manusia memiliki banyak kekurangan… contohnya saya… sebagai seorang prajurit yang dilatih secara langsung oleh jenderal aldiano… saya mengorbankan semua ekspresi saya… namun saya tetap bisa merasakan malu, sedih, marah, ataupun senang… namun ego saya sendiri sudah hilang… saya tidak pernah memiliki keinginan sendiri dan hanya mematuhi keinginan orang lain… kalau anda memiliki ego… artinya anda masih layak disebut manusia…"

"Tapi temanku tewas karena egoku…"

"Semua manusia pasti akan mati pada waktunya.. Teman anda tidak mati karena ego anda… melainkan karena egonya sendiri… dia ingin melindungi anda agar bisa tetap hidup… dan saya bersyukur, tidak… mungkin lebih tepatnya saya berterima kasih padanya… sebab berkat dia anda masih hidup… dan harun juga masih hidup…"

"Lalu apa yang harus aku lakukan…?"

"Jalani hidup dengan baik… sesuai keinginan teman anda… dia ingin anda melindungi harun… maka anda harus melindunginya… lalu hidup dengan bahagia..."

Rigma melanjutkan tangisannya hingga setengah jam di kamar mandi, ia tidak bisa menjawab perkataan dini. Sebab semua yang telah terjadi tidak akan bisa diulang kembali, ditambah rigma memang memiliki tanggung jawab yang dibebankan oleh jidris padanya.

"Dini… "

"Iya tuan…?"

"Terima kasih…"

"Sama-sama… "

"Bisakah kita sudahi mandinya… ?"

"Tuan bilang apa dengan kondisi barang anda tegak berdiri seperti ini…?"

Rigma mencoba melarikan diri, sebab ia mulai merasakan kenyamanan payudara besar milik dini di kepalanya. Setelah menangis sepuasnya, pikiran rigma menjadi jernih sesaat dan secara bersamaan menjadi kotor. Sebab ia memikirkan dirinya tak bisa bergerak, lalu seorang wanita dengan tubuh sintal akan membantunya mandi.

"Itu anu… kau tahu kadang dia suka berdiri sendiri seenaknya…"

"Tuan… ayah anda memerintahkan saya untuk memenuhi semua kebutuhan tuan… kalau anda perintahkan saya untuk memuaskan birahi anda… saya akan mematuhinya tanpa mengeluh sedikitpun… bahkan bila anda ingin melakukan hubungan seks dengan saya… sebab saya tidak memiliki ego sendiri jadi anda bebas memerintahkan saya apapun..."

Telinga rigma langsung memerah, pikiran mesumnya hampir menguasai seluruh otaknya. Seorang jenius seperti rigma tidak berdaya melawan godaan nafsu yang bergejolak dalam tubuhnya.

"Ka-kalau begitu… dini… pijat bagian batangku…"

"Dimengerti…"

"Ahhhh… ♥"

Batang penis rigma yang tegang dan tanpa pertahanan disentuh oleh kedua tangan lembut milik dini. Sentuhan tangan yang begitu erotis membuat rigma merasakan kenikmatan menjalar dari selangkangannya.

"Hi-hisap… batangku…"

"Dimengerti… "

Rigma yang sudah tidak bisa berpikir jernih memerintahkan dini untuk melakukan blowjob.

"Ahhh dini… enak... ♥ aku keluar…"

Dini menerima semburan cairan putih, kental dan hangat milik rigma di dalam mulutnya. Ia pun langsung menelan habis cairan tersebut hingga tak bersisa.

"Anda memang keturunan jenderal aldiano… rasa sperma kalian hampir mirip… sama-sama manis…"

"Sial sampai dibandingkan dengan orang tua mesum sialan itu… masa depanku pasti suram…"

*deg… *

Tiba-tiba dini merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya, dadanya terasa sesak dan selangkangannya terasa gatal.

'Wah wah… aku tak mengira ada yang meminum spermamu seperti itu…'

'Syna…!?'

'Maaf aku lupa memberitahumu soal dampak dari penggunaan kekuatanku… tehe…'

'Sekarang cepat jelaskan…!'

'Setiap kali kau menggunakan kekuatanku… pikiranmu akan mudah kotor… dengan kata lain kau akan mudah terangsang ketika melihat lawan jenis... pikiran kotor itu hanya akan hilang bila kau mengalami ejakulasi… dan semakin lama kau menggunakan kekuatanku akan semakin besar juga dampaknya pada pikiranmu… lalu saat lawan jenis menelan spermamu ketika kau mengalami efek samping… maka dia akan menjadi budak nafsu… dan lebih mudah terangsang bila berada di dekatmu… efeknya akan hilang bila sang wanita mengalami orgasme… dan jika... setelah orgasme ia menelan spermamu lagi meski hanya sedikit… ia akan kembali mendapatkan efek samping… jadi hati-hati ya..'

'Sialan kau syna…! Kenapa tidak bilang dari tadi…!!'

Rigma menjadi gugup setelah mendengar penjelasan syna, tingkah aneh dini juga menunjukkan kalau syna tidak berbohong.

"Tuan… "

"I-iya… ?"

"Saya horny...♥"

Dini berbisik sambil mendesah di dekat telinga rigma, benda di selangkangan rigma yang awalnya sudah lemas pun langsung kembali berdiri tegak.

'Sialan… godaan ini terlalu berat untuk remaja 19 tahun sepertiku…!'

Dini pun membalikkan tubuh rigma dan mengarahkan tangan rigma untuk menggesek area selangkangannya. Sementara tangan dini sibuk meremas kepala yang bentuknya seperti jamur di selangkangan rigma sambil mengocoknya sesekali. Setelah beberapa menit keduanya pun mencapai puncak kenikmatan dan mengeluarkan cairan cinta masing-masing.

'Sial lain kali aku harus lebih hati-hati…'

Seminggu berlalu begitu saja, rigma berkali-kali mengalami kejadian memalukan dan erotis selama tubuhnya tidak bisa bergerak. Dini terus menggoda iman rigma dengan tubuh erotis yang ia miliki.

"Fiuh… untung hanya seminggu… kalau lebih dari ini aku bisa-bisa jadi pria mesum... "

"Selamat atas kesembuhannya tuan…"

"Ya ya… "

"Ngomong-ngomong tuan… anda mendapat surat hari ini… silahkan cek kotak barang…"

"Surat…? Dari siapa…? "

Rigma pun mengecek kotak barang, dimana semua surat yang ditransfer dalam bentuk fisik tertampung. Kotak barang adalah teknologi pengiriman barang melalui lubang cacing, sehingga barang dapat terkirim dalam hitungan detik.

"Ini… recorder lama…"

"Dari siapa tuan…?"

"Aku juga tidak tahu…"

Rigma pun mulai memutar recorder suara yang ia terima, lalu suara seorang wanita pun terdengar.

"Halo halo… pertama-tama kenalkan aku dari organisasi pandawa untuk identitas lain tidak bisa kusebutkan… aku ucapkan selamat karena telah berhasil selamat dari peristiwa mematikan di mall mega park… dengan ini aku ingin mengundangmu masuk ke organisasi pandawa… tapi aku rasa kau bukan orang yang menyukai etranger… jadi… langsung saja… kami mengundangmu secara resmi menjadi anggota guild pandawa… pasukan penentang sistem..."

Rigma dan dini terkejut ketika mendengar kata guild dari suara wanita di dalam recorder tersebut. Sebab guild adalah serikat persatuan etranger tidak resmi yang berjuang untuk kebebasan etranger dari formulir yang berbelit. Sebuah jalan yang ditunjukkan kepada rigma sekarang bertambah satu lagi.

Bersambung…