Putri tengah berada di dalam dapur memasak sarapan pagi untuk dia orang yang paling berarti baginya. Putra dan Adit tengah memotong sayuran, sambil menonton kartun dua bocah kepala botak. Putri yang melihat hanya bisa terkekeh dan memasukan ikan ke dalam wajan yang sudah panas. Saat tengah memasak ikan, tiba-tiba saja Putri kembali mimisan.
"Putra tolong liatin ikannya, aku mau ke kamar mandi bentar. Kebelet banget ini," alasan Putri yang langsung berlari masuk ke dalam kamar mandi.
Putra langsung berjalan kearah wajan, dan Adit memilih untuk menyusul kekasihnya. Ia melihat tangan Putri berdarah, maka dari itu pria tersebut menyusul sang kekasih. Di dalam kamar mandi Putri membersihkan mimisannya dan tangannya yang dipenuhi darah. Gadis itu meletakkan tangannya di wastafel, dan memegang kepalanya yang pusing. Tubuhnya benar-benar lemas saat ini, ingin keluar saja ia sudah tak sanggup berjalan.
Tok
Tok
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Adit yang menggedor pintu kamar mandi.
Tidak ada jawaban dari Putri, pria itu semakin panik dan akan mendobrak kamar mandi tersebut. Namun, Putra datang sambil memberikan kunci cadangan kamar mandi yang ia temukan di atas lemari tempat biasa Putri meletakkan masakannya. Adit membuka pintu tersebut dan terlihat Putri tengah menatap pria itu dengan wajah pucat. Adit menggedong Putri dan menidurkan kekasih di atas kursi yang ada di ruang tamu.
Putra berlari masuk ke dalam kamar kembarannya, untuk mencari minyak telon. Saat sudah mendapatkan minyak telon, Putra tidak sengaja melihat banyak obat di dalam lemari kembarannya. "Astaga sebanyak ini, kalau aku bawa keluar nanti Putra banyak tanya lagi. Aduh, nanti aja deh dia juga belum makan.." ucap Putra.
Namun, Putra kembali ke lemari obat dan melihat apakah ada obat yang harus di minum sebelum makan. Ada satu obat, selimut dan Putra langsung membawanya ke ruang tamu. Adit tengah mengelap keringat di dahi sang kekasih. Putra memberi minyak telon ke tengkuk dan perut kembarannya, karena tidak mungkin Adit yang memberikan nya.
"Minum vitamin ya," ujar Putra pada kembarannya.
Putri menatap Putra dan gadis itu menganggukkan kepalanya. Putra berlari ke dapur untuk mengambilkan minuman. Setelah itu kembali ia kembali lagi ke ruang tamu. Ia membuka obat tersebut dan memberikannya pada Putri. Tentunya Putri meminum obat tersebut, dan Adit hanya diam sambil mengusap surai Putri.
"Kamu istirahat aja ya, biar yang masak aku sama Putra. Kamu jangan banyak gerak dulu, badan kamu lemes banget kayanya.." ujar Adit.
"Ak--,"
"No sayang, jangan keras kepala. Lihat keadaan kamu, lebih baik istirahat dan nanti bakal aku bangunin kalau masakan sudah masak. Tidur," ujar Adit yang menyelimuti kekasihnya dengan selimut yang dibawa Putra tadi.
Putri pasrah dan memilih untuk memejamkan kedua matanya. Kedua orang itu melanjutkan memasak makanan untuk sarapan pagi mereka. Untunglah kedua orang itu bisa memasak, jadi mereka tidak perlu searching di google cara memasak yang benar. Putra menatap ponsel-nya yang sedari tadi terus berdering. Tadi pagi ia melihat pesan dan panggilan tidak terjawab dari kakaknya dan kedua orang tuanya.
Putra mengabaikan nya dan memilih untuk bersama Putri, sambil menyegarkan otaknya yang selama 5 hari bekerja. Adit menatap Putra yang asik memotong sayuran.
"Kok gak diangkat?" tanya Adit.
"Males, Kak.." balas Putra tanpa sadar.
Adit terkekeh dan memegang bahu kembaran kekasihnya. "Iya deh dek," balas Adit.
Putra langsung menepis pelan tangan kekasih kembarannya. Ia menonaktifkan ponsel-nya agar kedua orang tuanya tidak meneleponnya lagi. Putra sudah muak mendengar suara dering ponsel miliknya. Mereka melanjutkan untuk memasak makanan untuk Putri dan yang lainnya.
***
Makanan sudah mereka hidangkan di tikar untuk tempat Putri makan. Adit berjalan ke arah ruang tamu, untuk membangunkan sang kekasihnya yang tengah tertidur lelap di ruang tamu tersebut. Adit mengusap pelan pucuk kepala Putri dan mencium bibir Putri sekilas. Gadis itu membuka matanya dan langsung memposisikan diri untuk duduk.
"Sarapan yuk, udah disiapin.." ujar Adit.
Putri menganggukkan kepalanya dan langsung berdiri dengan bantuan sang kekasih tercinta. Mereka berjalan kearah dapur, dan terlihat Putra tengah meletakkan piring beserta gelas di atas tikar. Putri duduk di atas tikar sambil menatap kembarannya tersebut. "Sorry, makannya di lantai.." ucap Putri ke arah Putra dan sang kekasih.
"Gini aja udah cukup kali, mau di lantai, mau di semak-semak, mau di tempat sampah kalau makannya enak mah nggak masalah. Udah yuk makan, udah laper banget.." jawab Putra.
"Yaudah, makan. Jangan banyak bicara, nanti kamu libur hari ini 'kan?" ucap Adit.
Putri menganggukkan kepalanya dengan lemas sambil menyuap makanan ke dalam mulutnya. "Di rumah aja ya, jangan kemana-mana. Badan kamu lemes banget loh ini, atau kita ke rumah sakit aja deh..." lanjut Adit.
"Gak perlu, Kak. Ini cuma kecapekan aja kok, gak nanti paling bakal normal lagi tubuhku..." jawab Putri.
Putra hanya diam dan memakan makanan yang ada didalam piringnya. Ia menatap Putri yang tengah menyembunyikan penyakit yang ia derita dari Adit. Ingin memberi tahu semuanya pada Adit, tapi ia sudah berjanji dengan kembarannya itu agar tidak memberitahu Adit bahwa Putri memiliki penyakit ginjal. Ketiga orang itu memakan sarapan pagi yang sederhana dengan nikmat.
Setelah selesai sarapan Adit dan Putra membawa Putri untuk ke ruang tamu. Mereka duduk di ruang tamu sambil menonton televisi. Putri bersandar di bahu Adit, entah kenapa tiba-tiba saja matanya mengantuk dan akhirnya ia kembali tertidur. Putra yang melihat kembarannya tertidur langsung menyelimuti tubuh Putri.
"Kamu gak pulang?" tanya Adit.
"Enggak, males di rumah. Kalau di rumah bawaannya emosi mulu, soalnya Fahri ngajak ribut mulu.." balas Putra.
"Fahri itu siapa?" tanya Jun.
"Fahri Abang pertama kita, dia ngeselin banget. Suka gonta-ganti cewek, kesel liatnya. Tapi dia udah tobat sekarang, karena udah kena karma. Tapi malah dia ngajak anak orang tunangan, eh waktu pertunangan akan digelar malah dibatalin. Itu orang udah stres.." jelas Putra.
Adit tersenyum kecil, "sabar aja, mungkin dia belum paham banget arti kehidupan.." ujar Adit.
"Mungkin, makanya kelakuannya kayak dakjal, bikin kesel.." lanjut Putra.
"Kedua orang tua kamu gimana kabarnya? Tiap aku tanya ke Putri, dia gak pernah tau kabar kedua orang tua kalian. Katanya dia dan kedua orang tua kalian gak berhubungan lagi..." tanya Adit.
"Iya, mereka udah enggak berhubungan lagi. Putri hilang aja mereka nggak cariin, heran kadang dengan kedua orang tuaku. Anak sendiri dibiarin untuk berjuang, mencari uang untuk kehidupan sehari-hari. Kapan ya kedua orang tuaku sadar? Uang tidak akan selamanya ada, karena harta itu ada lah titipan dari sang maha pencipta. Kapan saja semua pencipta bisa mengambil harta yang kami miliki tersebut..." ungkap Putra.
"Berdoa aja, semoga mereka cepat sadar. Kalau anak lebih berharga dari harta dam harga diri mereka.." lanjut Adit.
***
Siang hari,
Putri bangun dari tidurnya, dia melihat ke sekeliling ruangan tamu namun tidak menemukan kedua pria yang sedari tadi bersama dengannya. Gadis itu langsung berdiri dan mencari ke dapur, namun tetap kedua orang pria itu tidak ada di dapur. Putri mencari ke dalam kamar, dan tetap saja tidak menemukan kedua orang itu.
Ceklek!
Pintu kamar mandi terbuka dan terlihat Adit baru saja keluar dari dalam kamar mandi. "Udah bangun?" tanya Adit.
"Udah, Putra kemana?" jawab Putri.
"Katanya mau beli cemilan bentar.." balas Adit menggandeng tangan sang kekasih.
Mereka berjalan kearah ruang tamu dan duduk di sofa. Adit berjalan kearah dapur mengambilkan minuman untuk kekasihnya. Beberapa detik di dapur, Adit berjalan ke ruang tamu kembali. "Minum dulu," ujar Adit.
Putri langsung meminum air tersebut hingga tandas. Kemudian Adit meletakkannya di atas meja yang ada di depan Putri. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dan Adit langsung membuka pintu kosan kekasih. Terlihat Putra membawa banyak makanan dan langsung masuk ke dalam kosan.
"Eh, dah bangun?" tanya Putra yang meletakkan barang belanjaannya.
Mulut Putri ternganga, ia benar-benar terkejut saat melihat kembarannya yang banyak membeli cemilan. Adit menutup pintu dan melihat ada 20 cemilan di dalam kantong kresek yang dibawa oleh Putra.
"Mau jualan?" tanya Putri.
"Lah cowok ganteng jualan? 1 detik langsung laku, jadi gak tertantang dong.." balas Putra.
"Jadi cemilan sebanyak ini buat apa?" tanya Putri lagi.
"Ya buat dimakan lah, aku letakkan lemari ya..." balas Putra.
Pria itu langsung berjalan kearah dapur, untuk menyimpan cemilan yang ia bawa. Putri dan Adit hanya bisa menggelengkan kepalanya mereka, melihat Putra yang berbelanja banyak. Adit duduk di samping Putri dan menatap kekasihnya.
"Makanya banyak ya?" tanya Adit.
"Dia doyan makan, apalagi ngemil waktu dulu. Kirain udah berubah, eh ternyata makin parah.." balas Putri.
"Pubertas kali," ujar Adit.
"Dih, udah cocok nikah dia. Gak ada yang namanya pubertas.." jawab Putri sambil terkekeh.
Adit ikut terkekeh dan melihat ponsel-nya, Oliv sang kakak memberitahu Adit bahwa dia akan pergi bersama Damar. Adit yang melihat pesan itu langsung tersenyum bahagia dan memperlihatkan pesan itu pada kekasihnya. "Wah, jadian lagi mereka?" tanya Putri.
"Gak tau, liat aja nanti.." jawab Adit.
Putra datang sambil membawa lima bungkus cemilan dan duduk di depan tv. "Gabung yuk, kartun bocil bakal tayang ini.." ajak Putra.
"Enggak deh, kamu aja. Kita duduk di sini aja," balas Adit.
"Iya, kita duduk di sini aja..." sahut Putri.
"Dih, gak asik lu berdua mah.." lanjut Putra tanpa sadar.
Putri mendekati kembarannya dan menjitak kening, Putra. "Gak sopan, Kak Adit lebih tua dari kamu loh.." tegur Putri.
"Eh, sorry saya keceplosan.." ucap Putra sambil terkekeh dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Santai aja kali, bicaranya jangan formal banget deh. Canggung jadinya," balas Adit.
"Oke, kita bicara anak Gaol aja ya.." lanjut Putra sambil terkekeh.
"Yang bener ngomongnya.." tegur Putri lagi.
.
To be continued.