Shareen tidak tau lagi bagaimana cara memberitahu sahabatnya, Mikael. Mikael itu tipikal orang yang sangat keras kepala sekali, bahkan dibicarakan dengan pelan pun percuma, Mikael akan tetap tersinggung dan menganggap jika dirinya tengah menuduh. Padahal ini semua demi kebaikan sahabatnya juga, ia tidak mau jika kebahagiaan yang sedang sahabatnya urus saat ini hancur begitu saja di saat hari yang Mikael tunggu tiba.
Pun, Mikael bebas bercerita padanya ada masalah apa gadis itu pada rencana pernikahan yang sedang diurus dengan rapi. Apakah ada masalah dengan Bryan, orang tuanya Bryan, keluarganya Bryan, konsep pernikahan atau apa pun juga lainnya. Jika ada, Shareen juga siap membantu, Shareen kembali ke Indonesia demi Mikael, ia ingin hari kebahagiaan Shareen berlangsung dengan baik dan maksimal serta tidak ada masalah sedikit pun.
"Udah lo enggak usah mikirin apa yang Mikael omongin, lo sendiri tau kan Mikael orangnya kayak gimana, Reen." Suara Citra dapat terdengar di gendang telinga Shareen setelah Mikael pergi begitu saja karena tersinggung dengan perkataan Shareen. Usapan pada tangan Shareen yang dilakukan oleh Citra pun semakin membuat gadis itu jauh lebih tenang. Setidaknya Shareen tahu jika Citra pun peduli. Peduli padanya serta peduli pada Mikael.
"Padahal maksud gue bukan gitu, Cit. Gue takut aja kalau nanti apa yang ada di mimpi gue jadi kenyataan. Lo tau sendiri kan sempet ada masalah antara Mikael sama keluarga Bryan. Enggak dapat dipungkiri kalau Mikael emang berasal dari panti asuhan, sedikit susah menerima itu jika yang Mikael inginkan adalah keluarga terpandang. Karena apa? Karena keluarga terpandang juga pasti memimpikan jika anaknya bersama dengan pasangan yang sepadan, enggak berasal dari status sosial di bawahnya. Konflik pasti ada, apalagi kata orang tua jaman dulu, mendekati hari pernikahan itu konfliknya banyak, godaannya banyak. Gue siap bantu kalau dia ada masalah tapi dia malah kayak gini," kata Shareen mengeluarkan semua unek-uneknya.
Citra mengambil napas panjang. Ia tahu apa yang Shareen maksudkan. Shareen adalah sahabat yang baik, ia selalu berusaha membantu jika ada sahabatnya yang sedang kesusahan. Tak pernah sama sekali Shareen berpikiran buruk apalagi sampai membuat rencana buruk kepada para sahabatnya. Di sini tidak ada yang salah sebenarnya, Shareen ingin membantu karena mimpi yang singgah membuat gadis itu khawatir. Mikael pun tak salah, Mikael mungkin sedang tidak dalam situasi baik-baik saja, moodnya mungkin sedang hancur sehingga ia merasa tersinggung terhadap ucapan Shareen.
"Udah, lo tenang aja, Reen. Gue yakin kalau apa yang lo mimpiin itu enggak bakalan jadi kenyataan kok," balas Citra dengan nada penuh meyakinkan.
Seketika gadis penderita heterochromia itu menoleh mendapati balasan dari sang sahabat. "Dari mana lo bisa yakin kalau apa yang gue mimpiin enggak bakalan jadi kenyataan? Apa pun bisa terjadi kan, Cit? Kita enggak tau apa yang terjadi ke depan, apalagi satu minggu ke depan."
Citra mengusap punggung Shareen dengan lembut, tak mau jika emosi menggerogoti gadis di sampingnya itu. Shareen pasti sangat ketakutan saat ini, takut jika apa yang dimimpikannya akan menjadi kenyataan. Citra pun demikian, ia pastinya akan takut jika mendapatkan mimpi itu, apalagi kedatangan Shareen ke sini khusus demi pernikahan Mikael. Ia akan sangat hancur jika apa yang ia khususkan menjadi berantakan begitu saja. "Inget ini deh, Reen. Mikael enggak bakalan ninggalin orang yang dia cintai. Mikael itu bucin banget sama Bryan, apa yang Bryan katakan bahkan selalu Mikael turuti, jadi enggak mungkin kalau Mikael sia-siain pesta yang lagi dibuat sekarang. Mikael enggak segila itu. Lagi pula Mikael masih punya otak untuk berpikir jernih, dia pasti tau mana yang benar dan mana yang salah. Mikael pasti enggak akan mempermalukan dirinya sendiri. Undangan udah disebar, semuanya udah berjalan, satu langkah lagi semua impian Mikael akan jadi kenyataan, amat sangat tidak mungkin kalau dia pergi gitu aja."
Saat ini kemungkinan demi kemungkinan buruk terus berputar dan bermunculan di benak Shareen, rasanya mimpi itu benar-benar nyata. Shareen bahkan tidak bisa berpikiran jernih sama sekali, semuanya bagi Shareen terasa gelap. Shareen dirundung ketakutan. Shareen diselimuti rasa khawatir jika bukan kebahagiaan lah yang saat ini Mikael dapatkan. Wajah Mikael bahkan terasa sangat suntuk dan penuh stress, tidak mencerminkan wajah bahagia.
Satu hal yang paling Shareen tidak suka dari para sahabatnya adalah cara mereka menghadapi masalah. Mereka tidak pernah mau cerita sama sekali seolah masalah itu bisa diselesaikan sendiri, padahal ada banyak sahabat yang ingin membantu, ingin menjadi sandaran mereka saat sedang berkeluh kesah. Baik Mikael atau pun Citra, semuanya sama saja. Mereka tidak pernah mau membagi penderitaan yang sedang mereka hadapi.
"Please, Reen. Mikael bukan anak kecil lagi yang jadiin ini semua bahan percobaan atau mainan dia doang. Mikael sayang banget sama Bryan, dia mengambil langkah untuk menerima lamaran Bryan udah bisa membuktikan kalau dia emang beneran berani buat serius sama Bryan, jadi dia enggak mungkin berhenti di akhir secara tiba-tiba dan ujungnya menghilang. Mimpi itu Cuma bunga tidur, lo enggak perlu mikirin itu semua sampai berlarut-larut. Semalem aja gue mimpi lo bakalan nikah, tapi lo aja belum dapet calonnya, kan? Masa enggak ada cowok Singapura yang bisa bikin hati lo merasa nyaman, sih? Harus nyari di Indonesia aja nih kayaknya," ledek Citra dengan menyenggol bahu Shareen. Tawa Shareen saat itu langsung terbit bersamaan dengan pipi yang bersemu malu.
"Andai aja kalau lo tau gue udah ada doi, Cit. Sorry banget belum bisa cerita ke lo atau pun ke Mikael, gue rasa kalian semua harus fokus dulu sama pernikahan Mikael baru gue bakalan cerita," batin Shareen.
"Eh lo sama doi lo itu gimana? Kayaknya makin hari makin mesra aja sampai lo posting di sosial media terus, gue jadi iri deh, pengen ketemu sama jodoh gue sekarang juga." Guna menjauhkan Citra dari masalah pernikahan Shareen serta kekasih Shareen, ia rela mengganti topik dan membahas Citra bersama pasangannya. Saat ini belum waktunya para sahabat tahu tentang Andekal.
"Ya gitu lah intinya, dia makin sweet, gue suka dan gue sayang banget sama dia. Apa yang dia lakuin selalu bikin gue nyaman. Dia satu-satunya cowok yang berhasil bikin gue cair dari esnya. Dia katanya mau serius sama gue, mau lamar gue tapi nunggu tabungan kita sama-sama terkumpul dulu. Nikah itu mahal, belum lagi masalah anak dan lain sebagainya, tabungan kita harus sama-sama matang terlebih dahulu baru kita bisa masuk ke jenjang selanjutnya. Nikah itu bukan masalah jauh dari zina doang sih menurut gue, tapi kesiapan kita baik mental maupun fisik serta kesanggupan kita terhadap apa pun yang terjadi ke depannya. Tanggung jawab yang utama."
"Good girl! Gue suka pola pikir lo itu, Cit. Dewasa juga ternyata lo."