Chereads / CINTA ITU GILA / Chapter 3 - PENGHIANATAN

Chapter 3 - PENGHIANATAN

"Maafkan aku, Mayang. Aku tidak bisa menikahimu dan menepati perkataanku padamu selama ini. Aku tidak bisa membohongi perasaanku, kalau sebenarnya gadis yang aku cintai adalah Dewina,"

"Kak Alden? Apa yang kamu katakan?" Mayang berucap terbata.

Walau sangat berat hati ia dapat menerima alasan Alden yang mengakhiri hubungan mereka karena ia bukanlah ayah dari bayi Mayang.

Tapi ini? Kalimatnya menunjukkan kalau Alden telah menghianati cintanya selama ini.

"Aku mencintai Dewina," ucap Alden tegas dan kemudian menoleh pada Dewina di belakangnya.

"Perasaan ini muncul saat Dewina selalu menghiburku, dan terus meyakinkanku, kalau kamu masih Mayang-ku yang dulu. Dewina selalu menceritakan hal baik tentang kamu, walau hatiku sudah sangat kecewa dan hancur,"

"Dewina menyatakan perasaannya padaku, namun ia tetap memperjuangkan hubunganku denganmu. Dewina rela melihat kebahagiaan kita. Tapi aku yang tidak dapat melihat penderitaan Dewina di atas cinta butaku padamu. Dan sejak itu, aku jatuh cinta padanya,"

"Dan saat orang tuaku mengirimku ke luar negeri, Dewina sering mengunjungiku di sana. Kami semakin akrab dan lambat laun aku berani mengungkapkan ketertarikanku padanya,"

"Maafkan a-"

Kalimat Alden terhenti oleh gerakan tangan Mayang di hadapannya.

"Cukup! Aku tidak ingin mendengar kisah cintamu dengannya!"

"Apa kamu tahu, siapa yang membuatku terjebak malam itu? Dia! Dewina-lah yang menjebakku dan membuatku tidak sadarkan diri malam itu!"

Alice dengan yakin mengacungkan jari telunjuknya pada Dena dan menegaskan kalau Dena-lah yang menjebaknya malam itu.

"Aku tahu!"

Ucapan Alden baru saja terdengar di telinga Mayang bak petir menyambar. Mayang membulatkan matanya seketika.

"Aku tahu semuanya karena Dewina mengakui semua kesalahannya padaku. Awalnya semua itu Dewina lakukan untuk kita. Untuk kamu menghabiskan malam denganku. Tapi, aku yang datang terlambat, sementara tubuh kamu sudah sangat membutuhkan sentuhan itu. Dan semua itu terjadi,"

"Sudahlah, tidak usah diungkit lagi. Maafkan dia, Mayang! Dewina hanya gadis muda yang naïf. Pasti Dewina tidak sengaja melakukan semua itu," pinta Alden tanpa merasa bersalah.

"Apa?!"

Mayang berucap setengah membentak. Ia semakin tidak percaya bagaimana bisa kekasih yang dicintainya mengatakan hal berat seperti itu dengan mudahnya.

"Lalu aku? Bagaimana denganku? Apa aku menginginkan semua itu? Apa salahku, Kak? Sehingga aku harus menerima penyesalan ini seumur hidupku? Apa kamu memikirkan nasibku karena ke-naif-an Dewina?"

Mayang menumpahkan emosinya. Mayang sudah tidak tahan lagi membendung sesak yang bersarang di dada. Mayang menangis hebat sembari memukuli dada bidang Alden sekuat tenaga. Semua ini terasa sangat tidak adil baginya.

"Jawab aku, Kak! Jawab!" Mayang membentaknya lagi.

"Aku memikirkan kamu, May! Ayo kita pulang dulu dan menenangkan pikiranmu!" ajak Alden yang merasa suasana hati Mayang sudah sangat tidak kondusif.

Alden mencoba memeluk Mayang yang sedang marah, tapi dengan cepat Mayang menghempaskan tangannya.

"Lepaskan! Jangan sentuh aku! Hahaha!" Mayang membentak Alden kemudian ia tertawa keras.

Saat ini penampilannya sudah sangat kacau. Dengan deraian air mata membasahi wajahnya, Mayang pun tertawa.

Prok prok prok!

"Bagus, hebat! Kalian memainkan drama yang hebat dengan menggunakan diriku. Kalian benar-benar hebat!"

Setelah menghentikan tawanya, Mayang bertepuk tangan dan mengucapkan selamat pada Alden dan Dewina di hadapannya.

"Kamu bisa-bisanya percaya dengan kebusukan Dewina dan memilih meninggalkanku karena kesalahan yang dia perbuat padaku? Kamu hebat, hebat sekali, Kak Alden!"

"Padahal kita sudah saling mengenal jauh saat aku belum tahu indentitasku yang sebenarnya. Aku berusaha sejajar denganmu dalam pendidikan, agar kita selalu bersama,"

"Kamu tahu bagaimana orang tuaku yang dulu memperlakukanku, bukan? Saat mereka tidak mau membiayai sekolahku, aku harus bekerja sambilan menjadi assisten rumah tangga di rumah orang lain setelah pulang sekolah. Untuk apa? Untuk menambah uang pendidikanku, agar aku bisa tetap bersekolah bersama kamu!"

"Aku tidak mengharap hartamu. Kamu yang selalu mengejarku dan membuatku luluh untuk menerima perasaanmu. Tapi sekarang, apa alasan kamu tadi? Aku berubah karena status ekonomi? Setelah aku tahu, kalau aku dan Dewina tertukar saat lahir? Lalu aku menjadi sombong? Omong kosong!"

"Kamu yang sudah menghianati cintaku. Kamu yang berubah, bukan aku! Dengan lantangnya, kamu bilang kalau kamu mencintai Dewina? Ke mana hatimu, Kak? Ke mana pikiranmu saat mengucapkan kalimat itu dengan mudahnya?"

Mayang merasa hidupnya sampai sekarang ini tidak lebih dari sekedar lelucon yang mereka mainkan. Dari saat ia lahir sampai sekarang, Dewina yang selalu beruntung dan diutamakan.

Orang tua Alden yang tidak menyukainya dari awal, bahkan tidak sedikitpun merubah pandangan mereka pada Mayang, meskipun semuanya tahu kalau Mayang sebenarnya adalah anak yang tertukar dengan Dewina. Dan kenyataan Mayang adalah anak yang lahir dari orang tua yang bergelimang harta.

Hanya cinta Alden yang menguatkannya sampai saat ini. Dan kini, apa yang Mayang dapatkan? Sebuah kalimat ajaib yang meluluh-lantakkan dunianya, 'Alden mencintai Dewina,'

Dewina lagi, Dewina lagi. Orang tua Dewina lah yang menukar identitas mereka dulu. Dan setelah itu, Dewina juga yang mendapat kasih sayang orang tua kandung Mayang, bahkan setelah kebenaran identitas mereka yang tertukar telah terungkap. Kini, Alden juga direbut Dewina dari belakang Mayang.

Dengan satu kalimat yang bodoh, 'Dewina masih muda dan naïf,'

Apa yang mereka pikirkan? Apa perasaan Mayang tidak berarti sama sekali bagi mereka? Apa yang diperbuat Mayang di masa lalu, hingga ia harus membayar kepedihan hidup yang sekarang?

Siapa yang akan bertanggung jawab dengan hidupnya? Bahkan Mayang juga tidak tahu siapa ayah dari bayi yang dikandungnya saat ini.

Mayang menangis sekuatnya. Menutup wajahnya yang sudah tak lagi terlihat manis. Saat ini Mayang merasa dunia sudah meleburkan hidupnya.

Mayang berjalan mundur sambil mengucap sumpah serapah untuk Dewina.

"Kalian sudah mempermainkan hidupku. Tunggu saatnya, waktu akan berputar. Aku akan datang untuk membuktikan satu balasan akan kalian terima. Aku bersumpah kalian akan merasakan pahitnya terbuang karena kebohongan!"

Mayang beranjak perlahan dari sana. Meninggalkan dua orang munafik yang mempermainkan hidupnya.

Alden ingin mengejar langkah Mayang, namun Dewina menarik tangannya dan menggelengkan kepala.

"Biarkan Mayang menenangkan pikirannya. Tetaplah bersamaku di sini!" pinta Dewina pada Alden

Baru beberapa saat Alden diam di kamar, samar terdengar oleh mereka suara gaduh dari luar kamar.

Alden mengabaikan Dewina yang terus saja bergelayut manja di pelukannya. Alden berjalan keluar dan melihat banyak orang berlarian menuju ke tangga darurat.

Alden yang heran mengikuti ke mana orang-orang berlarian. Dan sampailah Alden pada kerumunan orang. Alden membelah kerumunan hingga ia dapat melihat apa yang menjadi tontonan mereka semua.

Jantung Alden hampir melompat setelah matanya melihat tubuh Mayang tergeletak bersimbah darah yang terlihat keluar dari sela pahanya.

"Mayang!"

Alden berteriak dan langsung menuruni anak tangga untuk menyongsong tubuh Mayang.

"Tolong! Cepat tolong! Panggil ambulan, dia sedang hamil! Cepat!" Alden berteriak panik pada setiap orang yang mendekati mereka.

Dengan kesadaran yang tersisa, Mayang masih bisa melihat siapa yang berteriak kencang saat memeluknya. Sakit yang teramat sangat ia rasakan dari kepala dan perutnya, membuatnya perlahan menutup mata dan tak sadarkan diri.

Semuanya tampak gelap…