Si kecil Ziel menatap penuh harap pada Bian. Dari balik jasnya, Bian mengeluarkan note book yang telah ditulis Mayang sebelumnya.
"Bacalah!" Ucapnya sambil tersenyum. Langsung si kecil tersenyum saat membaca catatan singkat dari Mayang yang berisi, "Hai Tampan! Terima kasih karena sudah menolongku, You're My Little Hero! Cepatlah sehat, dan semoga kita akan bertemu lagi. Kiss and hug for you… Muuaah!"
"Sudah lebih baik?" Tanya Bian lembut, Ziel mengangguk. Namun setelah beberapa saat, si kecil kembali muram dan diam. Sepertinya, apa yang difikirkan si kecil dapat dengan mudah Bian tebak. Namun, itu merupakan ide konyol bagi seorang Biantara.
"Anak Emas! Boleh Paman kecil ikut membacanya?" Trian mendekati Ziel dengan rasa penasaran yg tinggi.
Dengan cepat si kecil menyimpan note book miliknya di dada, dan membalikkan tubuhnya miring membelakangi semua orang.
"Tri, biarkan dia istirahat. Kalau ada sesuatu hubungi aku lagi." Perintah sang Kakak pada Trian.
"Apa aku bisa bilang, kalau Ziel mencari Mayang?" Trian bertanya serius.
"Ya, bisa dibilang begitu. Mungkin sosok Nona yang menolongnya itu sangat berarti buat Ziel."
"Kita sama-sama tahu, dari bayi, Ziel tidak mendapatkan kasih sayang seorang Ibu. Dan yang ada di sekitar kita, hanya penjilat yang ingin memperalat Ziel untuk keuntungan pribadi."
"Tapi aku rasa, Ziel tahu siapa yang benar-benar menyayanginya." Ucap Bian sambil memandang Ziel yang berbaring membelakangi semua orang.
"Kakak benar, aku rasa Mayang gadis yang baik dan tulus. Pantas saja kalian berdua langsung menyukainya. Benar, kan yang aku katakan?" Tanya Trian menjebak.
"Diam kau! Urusi saja urusan perusahaanmu menangani artis-artis baru dengan baik!" Omel Bian lagi.
"Apa matahari terbit dari barat kali ini? Kenapa Kakakku memperhatikan perusahaanku hari ini?" Ucapnya pelan karena kebingungan.
***
Di sebuah toko serba guna di sekitaran kawasan Apartement Mayang. Setelah senang karena dirinya lolos audisi untuk berakting di iklan sabun terbaru dari perusahaan terkenal. Mayang merasa kalau ini waktu yang tepat untuk merayakannya dengan orang terdekatnya.
"Mark, aku akan berbelanja hari ini. Kita bertemu di Toserba dekat apartementku!" Ucap Mayang pada panggilan telfonnya dengan Mark.
Mayang berencana memasak agak banyak untuk merayakan keberhasilannya yang telah lulus audisi hari ini bersama dengan anak buahnya. Jadi, ia membeli banyak sayur dan soft drink serta cemilan untuk mereka nikmati malam ini.
Troli belanja Mayang terhenti saat dua orang pemuda yang salah seorangnya memasukkan botol minuman keras ke dalam troli belanja itu.
"Boss, can we include this too?" Tanya Rick, pemuda berdarah campuran Indo-Belanda, yang juga orang kepercayaan Mayang sama seperti Mark. Rick masih kesulitan untuk berbahasa Indonesia sampai saat ini. Selain mereka, ada juga Ben yang berasal dari Negara yang sama dengan Mark.
Tiga orang pemuda bertubuh atletis serta tinggi berhadapan dengan Mayang, gadis ramping dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi, dengan Rick memasang wajah memelas dan sok imut di hadapan Mayang.
Tanpa menoleh Mayang sudah menyadari kedatangan tiga orang kepercayaannya itu. Dan setelah mendengar permintaan Rick, barulah Mayang melirik ke arah mereka.
"Apa kita akan mabuk? Oh, aku tahu kalian memang tidak takut mati. Okey, kita berpesta malam ini. Tolong jaga aku, ya! Hehehe." Mayang berseringai licik dengan mata yang ia sipitkan tajam, melirik pada ketiga pemuda di hadapannya.
"Sorry Boss! I'll take this again, we'll just have a soda tonight. Don't take it personally, Boss! "
Cepat-cepat Ben mengambil kembali botol minuman keras yang dimasukkan Rick dan menyimpan di tangannya sendiri.
Mark memukul kepala Rick pelan, "You idiot Rick! You forgot the Boss doesn't drink alcohol anymore? Luckily yesterday when the Boss was drunk she didn't lose consciousness. If she gets out of control it's messed up!"
Sambil mengomel padanya, untuk ingat kalau Bos mereka tidak minum minuman keras lagi. Kejadian di Bar kemarin sudah membuat mereka was-was, kalau-kalau Mayang akan mabuk. Karena bila ia sudah mabuk, maka Bos mereka bukan lagi berperan sebagai Mayang, melainkan Rose.
Beruntung malam itu tidak ada siapa-siapa di dalam Bar tersebut, dan juga, mereka tidak terlalu khawatir dengan jumlah kadar alcohol yang Bos mereka minum malam itu. Selain Bos mereka yang agak jinak bila berperan menjadi Mayang, Rick juga mencari tahu minuman yang paling tinggi kadar alcohol yang dijual di sana, dan ia rasa itu masih di bawah standard Bos mereka untuk mengatasinya.
Mayang bisa saja lepas control setelah mabuk apabila sedikit saja ia merasa diusik. Bar kecil di Texas tahun lalu nyaris terbakar. Mereka merayakan misi sukses mereka dengan minum-minum di bar tersebut, setelah membunuh koruptor pemerintahan kota itu yang mencoba mengelabui klien Death Rose saat ketahuan bertransaksi secara curang dalam pencucian uang.
Karena ulah Mayang yang mabuk dan lepas control, seorang pengunjung Bar yang ingin menggoda Mayang harus merelakan tangannya patah dan tulang punggungnya remuk, karena dipelintir Mayang dengan kuat ke belakang hingga tubuh pengunjung itu ada di bawah kaki Mayang. Dengan sekali hentakan kaki Mayang, terdengar suara tulang retak di punggungnya.
Teman-teman orang tersebut serta pengunjung yang lain dan juga pemilik Bar marah padanya. Namun, Mayang tetap tak acuh dan kembali menenggak gelas miliknya lagi.
Sementara Mark, Rick, dan Ben tidak berani mendekat. Dan berusaha menahan amarah orang-orang yang berada di dekat mereka, agar tidak mendekati Bos mereka.
"If you still want to live, please forgive me, ok!"
Ucapnya saat mabuk. Pikirannya sedang melambung namun insting membunuhnya semakin tajam kalau ia mabuk. Mendengar suara langkah yang mendekatinya dari belakang, langsung ia keluarkan dengan tenang senjata api tipe Raging Bull 454 yang ada di sabuk pinggangnya.
"Dor! Dor!"
Tanpa melihat ke belakang, dua tembakan Mayang lepaskan tepat di ujung sepatu teman pemuda yang dihajar Mayang tadi. Serasa akan dicabut nyawanya, orang tersebut langsung terduduk lemas dengan wajah pucat pasih.
"I said I'm sorry, if you don't want to die, right? Why do I have to repeat my words? Mark, Rick, Ben! Let's go, I'm bored, I'm going to sleep. "
Ucapnya tanpa merasa bersalah, dengan berjalan sempoyongan dan dipapah Ben dan Mark keluar dari Bar tersebut. Sementara Rick, membayar minuman mereka, dan memberi beberapa lembar dolar ke orang yang nyaris saja ditembak Mayang.
"You almost died at the hands of Rose Black. You're still lucky, Man!"
Ucap Rick pada lelaki tersebut yang makin melebarkan matanya, ketika mendengar nama Rose Black, yang terkenal dengan wanita pembunuh berdarah dingin.
"Come on, Rick! Don't take too long or can I just burn this place to get you out?" Racau Mayang yang mengancam akan membakar bar tersebut.
"No Boss, I'm out now!" Rick keluar terburu-buru dari tempat tersebut. Ia sangat faham watak Bossnya yang semena-mena bila sedang tidak sadarkan diri.
Rick kembali mengingat kejadian itu, hingga tanpa sadar, ia tertinggal oleh dua temannya dan juga Mayang yang sudah lebih dulu berdiri di depan kasir.
Penjaga kasir tersenyum, memperhatikan Mayang yang terkesan dijaga oleh ketiga saudara laki-lakinya. Tak bisa ia tahan rasa keingintahuannya, wanita yang sedikit berumur penjaga kasir tersebut bertanya pada Mayang.
"Maaf Adik, tiga orang pemuda di belakang kamu, teman atau suadara kamu?" Tanya penjaga kasir tersebut. Mayang menyunggingkan bibirnya tersenyum geli, sambil menoleh ke belakangnya.
"Ada apa ya, kalau saya boleh tahu?" Tanya Mayang sopan.
"Bisakah kamu meminta nomor telpon mereka untuk saya? Saya ingin salah satu dari mereka berkenalan dengan anak gadis saya yang baru saja lulus perguruan tinggi. Siapa tahu salah satu dari mereka berjodoh dengan anakku." Ucap Ibu penjaga kasir. Dengan senyum semanis mungkin, Mayang menjawab perkataan Ibu itu dengan sopan.
"Tentu saja, Ibu. Kalau Ibu menginginkannya, minta saja pada mereka. Kebetulan tiga Kakakku ini tidak punya pasangan, mungkin... karena mereka kurang tampan." Ucap Mayang sambil tersenyum ketika berbalik ke belakang.
Tiga anak buahnya hanya bisa tersenyum kaku membalas ucapan Ibu penjaga kasir tersebut. Tidak bisa berkata apapun kalau Bos mereka sudah bertindak usil.
"Kalau begitu aku permisi, sampai jumpa." Dengan ramah Mayang berpamitan pada penjaga kasir, meninggalkan tiga anak buahnya yg pasrah.